• Melankonia 🌹 02 •

332 44 48
                                    

- Happy Reading -

---o0O0o---

Selain jarang masuk kelas, Alrescha juga gemar menciptakan kerusuhan. Sekarang ini contohnya, cowok dingin itu tengah berkelahi dengan anak kelas sepuluh yang masih muda belia. Alasannya sepele, junior itu tak sengaja menubruk badan Alrescha hingga minuman yang dibeli bocah tersebut mengotori seragamnya.

"Lo gak tahu, yah! Sekarang ini, Lo lagi berhadapan sama siapa?" Alrescha menghardik kasar anak berkacamata itu sambil mencengkram kerah bajunya kuat-kuat.

Karena tinggi badan junior itu hanya sebahu Alrescha, dia tampak berjinjit payah sambil memegang leher bajunya sendiri yang ditarik kasar oleh sang kakak kelas.

Jantung bocah tersebut berpacu cepat karena ketakutan terhadap amukan sang senior. Ah, sial sekali dia, baru hari pertama masuk, tetapi sudah berurusan dengan king of troublemaker di sekolah ini.

"So-sorry, Kak. Tadi itu aku enggak sengaja. Sumpah! Aku bakal ganti rugi kok, tapi tolong maafin." Anak kelas sepuluh itu terus memohon-mohon kepada Alrescha layaknya manusia paling berdosa di dunia ini.

Mendengar jawaban tersebut, emosi Alrescha langsung naik berlipat-lipat, dia merasa sudah dilecehkan bocah sialan di depannya.

"Lo pikir kata maaf cukup setelah Lo bikin baju gue jadi gini?!" Alrescha membentak kembali dengan pandangan tajam.

"Dan asal Lo tahu, bocah! Gue juga mampu beli baju ini lagi. Kalau perlu, gue beli sekalian sama gudang-gudangnya sekalian," lanjutnya.

Mata junior itu terlihat berkaca-kaca, wajahnya pun memerah seperti cabai matang. Kini, tubuhnya seperti terkena uap panas, semakin getir, gerah dan menciut.

"Heh, cowok pengecut!" Hagia berteriak lantang dari arah belakang punggung Alrescha.

Perempuan itu kembali melanjutkan amarahnya terhadap perbuatan cowok menyebalkan tersebut, mengomel-ngomel:

"Heh! Lo bilang kata maaf dari adik kelas itu kagak cukup buat ganti baju Lo yang kotornya enggak seberapa. Terus kalo Lo injek-injek barang dagangan gue tanpa minta maaf dan malah ngehina gue di depan semua orang, itu lebih dari cukup? Kalo Lo hobi nabur duri berarti Lo harus siap tersakiti."

Alis tebal Alrescha kontan bertautan setelah mendengar perkataan pedas dari arah belakang. Dia kenal betul pemilik suara tersebut. Siapa lagi kalau bukan Hagia! Cewek ortodoks alias cewek kuno yang tadi pagi berkoar-koar kepadanya.

Mata tajam Alrescha langsung membulat sempurna. Rahang tegasnya juga mengeras, disertai napas yang menggebu-gebu. Cowok ambisius itu pun melepaskan cengkaraman tangannya dari leher baju sang junior.

Junior itu tersungkur ke tanah. Meski begitu, dia tetap bersyukur karena sekarang bisa kembali menghirup napas lega. Dengan terburu-buru, dia segera pergi meninggalkan kantin, khawatir seniornya itu kembali mengamuk. Beberapa tatapan terlempar padanya dari murid-murid yang ada di area sekitar lokasi kejadian.

Alrescha menoleh ke belakang.  Pandangannya sangat tajam. Dugaannya benar, cewek sewot yang tadi dijumpainya di koridor kini tengah berdiri tegak seolah menantang dirinya.

Alrescha mendengus malas seraya membuang muka. Gadis ortodoks itu ternyata masih berani mengejar-ejar dirinya. Pasti untuk meminta pertanggungjawaban terhadap tragedi sandwich yang terinjak olehnya di lorong.

"Kenapa diem?" Hagia membentak lagi.

Perempuan itu menggeleng-geleng. Sekarang gantian Hagia yang memandang cowok itu dengan sorot merendahkan. "Oh... ternyata bener kata orang-orang, Lo itu emang seorang pecundang! Beraninya cuma sama cewek dan junior." Hagia mencerca cowok angkuh tersebut sejadi-jadinya. Uneg-uneg yang terselubung di benaknya perlahan berkurang.

MelankoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang