Menurut Hagia, Alrescha itu memiliki personalitas mirip buah durian. Dia bisa membuat luka jika salah mengerti diawal. Namun, sangat manis dan harum setelah mengenalinya dengan sudut pandang yang berbeda.
Sejak kelas sepuluh, Alrescha adalah biang k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kediaman keluarga Ardiaz
---o0O0o---
Hagia membuka mata perlahan, menatap semu langit-langit ruangan. Kemudian, kedua tangannya memijat bagian kepala yang sedikit pusing seraya mengaduh pelan.
Hagia kemudian menundukkan kepala karena merasa ada yang janggal. Iris hitamnya memperhatikan sprei bermotif Barcelona yang kini menyelimuti badannya. Dia merenung sejenak. Lalu, melayangkan pandangan ke seluruh penjuru kamar dengan nyawa masih setengah sadar.
"Ini bukan kamar gue!" pekik Hagia berasumsi, "Dimana gue sekarang?!"
Kamar tersebut berukuran besar dan sangatlah mewah, sangat berbeda dengan kamar milik Hagia yang sederhana. Tampak, aneka ornamen bergaya klasik-modern dengan dominasi putih dan emas menghiasi pojok-pojok ruangan. Almari, ranjang, jendela hingga pintu balkon nyaris memiliki tema yang serupa yakni klasik-modern.
Hagia langsung terbelalak ketika mendapati Alrescha tengah tertidur di sebuah kursi di kamar itu. Dan cowok tak memakai baju pula!
"Aaa...!!!" Hagia menjerit sangat keras hingga membuat Alrescha terbangun dan menoleh ke arahnya karena terkejut dengan suara barusan.
"Heh, cowok belagu! Gue kenapa ada di sini?! Dan kenapa Lo gak pake baju?" hardik Hagia mendengkus. Kemudian, dia turun dari tempat tidur dan menutup matanya agar tak melihat pemandangan terlarang itu.
Alrsescha segera menutupi badan atletisnya dengan kaus hitam bertuliskan New York City. Kemudian beranjak dan menghampiri Hagia.
Gadis berambut lurus itu terlihat ketekutan, ia berjalan mundur dengan kaki bergemetar. Cewek mana coba yang berani tidur berduaan dengan cowok? Apalagi cowok itu tak mengenakan baju dan merupakan seorang anak nakal macam Alrescha.
"Lo tadi pingsan pas di perpustakaan. Gue bingung mau bawa Lo kemana? Ya udah, Lo, gue bawa ke sini, ke rumah gue," ujar Alrescha dengan rambut agak berantakan karena baru saja bangun tidur.
"Oh," gumam Hagia.
Baiklah, dia tidak akan berlama-lama di sini. Dia harus segera pergi, meski nampaknya saat ini adalah tengah malam. Hagia tak peduli, yang terpenting dia ingin menemui Sarasvati sekarang dan mengecek keadaan Ibunya di rumah.
Ketika Hagia hendak melangkah ke arah pintu keluar, Alrescha segera mencekal tangannya, "Jangan pulang sekarang! Tengah malem, bahaya dan gak baik buat cewek."
"Bodo amat! Pokoknya, gue mau pulang. Gue mau ketemu Ibu," jawab Hagia sambil berusaha melepaskan cekalan itu. Namun sial, cowok itu terlalu kuat mencengkramnya.
"Cewek ortodoks, jangan keras kepala!"
"Lepasin gak?!" ancam Hagia sembari menghentak-hentakan tangannya agar bisa terlepas, "Lo gak akan tahu gimana kecemasan seorang Ibu saat anaknya tengah malam seperti ini belum pulang."