3rd train

4.2K 847 544
                                    

Seongwoo menggigit bibirnya, sedikit melirik ke sebelahnya.

Minhyun sendiri cuek, makanin pop corn karamelnya. Cuma Seongwoo udah ga nyaman di posisinya. Mau gimana lagi. Di layar bioskop lagi ada adegan yang ena ena. Kan jadi serba salah.

Apalagi Seongwoo yang belum pernah dijamah sedikit menjurus ke kurbel. Dia liat anak SD pegangan tangan sambil manggil papa mama aja kabur. Yang pegangan tangan bocah, muka dia yang merah.

Susah emang jones kurbel mah.

"Kenapa? Kamu ga suka filmnya?" Minhyun mendekatkan wajahnya, berbisik ke Seongwoo biar ga ganggu pengunjung lain.

Dampaknya? Makin merahlah muka, leher sama telinga Seongwoo. Nyaingin lampu lalu lintas.

"Ah.. ga. Gapapa." Seongwoo bergeser menjauh. Ga kuat kalo dideketin begitu. Jantungnya mau resign rasanya.

Minhyun kembali ke posisinya, sedikit mengendus bau badannya. Wangi kok. Akhirnya si ganteng cuma bisa bingung aja kenapa Seongwoo menjauh dari dia.

Ah, mungkin karena Seongwoo orang yang agamanya bagus? Dia pemegang aliran orang yang ga boleh deket-deket kalo belum halal.

Ga muhrim istilahnya mah.

***

"Udah malem. Seongwoo pulangnya naik apa?" Tanya Minhyun.

Seongwoo melihat jam tangan hitam yang melingkar di tangan kirinya, berpikir sejenak sebelum ngejawab pertanyaan Minhyun.

"Ojek online mungkin. Atau naik taksi."

Minhyun mengangguk. "Aku anter mau? Naik motor sih tapi. Rumah Seongwoo dimana?"

"Kalo apartemenku sih.. di Pakubuwono Residence situ. Cuma aku mesti pulang ke Pondok Indah. Rumah orang tuaku."

"Aaaa. Kamu orang kaya ya?" Minhyun agak canggung.

Hidupnya Minhyun ga susah sih, tapi keluarganya juga bukan level penduduk Pondok Indah atau punya apartemen di Pakubuwono.

Mendadak Minhyun jadi ngerasa kecil. Di keluarganya, sekarang dia yang jadi tulang punggung. Ayahnya udah pensiun dan sekarang cuma di rumah bantu bundanya ketering. Adiknya baru masuk kuliah.

Mobil punya sih, meski mobil standar kaya Xinia. Tapi yah.. dibandingin Seongwoo mah dia bukan apa-apa.

Ayahnya bilang mah Minhyun jangan mimpi ketinggian. Jalanin aja semuanya dengan usaha keras. Tapi harus tetep realistis. Dan modelan Seongwoo yang kaya gitu mah jodohnya juga pasti orang satu tingkat. Bukan modelan dia.

"Minhyun? Kenapa? Kok bengong?" Tanya Seongwoo.

"Hm? Ah gapapa. Mau naik apa jadinya?"

"Hmm kalo sama kamu.. apa ngerepotin?" Tanya Seongwoo.

"Yakin? Aku bawa motor loh. Aku ga punya mobil. Adapun punya ayah. Bukan punya aku. Aku baru kerja setahun lebih juga. Belum bisa nafkahin banyak."

Seongwoo mengerjapkan matanya. "Kok nafkahin?"

"Eh?" Minhyun mengusap lehernya. "Ga, kamu salah denger. Yuk. Keburu kemaleman."

Jadilah malem itu, Seongwoo duduk di jok belakang motor matic Minhyun, membelah jalanan malam jakarta dari Gandaria ke Pondok Indah.

Akhirnya, motor Minhyun berhenti di depan sebuah rumah mewah.

Akhirnya, motor Minhyun berhenti di depan sebuah rumah mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KRL and You [OngHwang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang