21st train

2.9K 653 242
                                    

Desahan yang bersautan dan deru nafas yang berusaha menarik udara sebanyak-banyaknya menjadi penghias malam Seongwoo dan Minhyun malam ini.

Setelah diakhiri dengan lenguhan keduanya, kegiatan panas mereka pun terhenti. Minhyun menciumi wajah suaminya, menarik Seongwoo ke dalam pelukannya.

"Maaf aku pasti udah buruk banget beberapa hari ini."

Seongwoo menggumamkan suaranya. Memberikan persetujuan terhadap ucapan Minhyun.

"Kamu nyebelin."

Minhyun terkekeh. "Iya maaf."

"Tapi aku ngerti. Aku cuma kaget aja. Kamu ga akan mukul aku kan kalo aku bikin salah?"

Seongwoo mengangkat wajahnya, menatap sang suami yang juga sedang menatapnya.

"Selama ada jalan lain, aku juga ga mau pake kekerasan, Sayang. Apalagi aku cintaaaaa banget sama kamu." Minhyun mencium kening Seongwoo. "Aku cuma kecewa kemarin. Aku ngerasa Jihoon ga menghargai aku. Bahkan justru ngecewain aku dan ayah bunda."

"Aku tau." Seongwoo mengecup bibir suaminya, yang dibales senyuman si suami.

"Aku telpon ayah sama bunda setiap hari. Setelah malem itu Jihoon selalu di rumah. Cuma pergi kalo ada jadwal ngampus aja. Dan sejauh ini beneran. Cocok sama jadwalnya."

Seongwoo ngangguk, masih menatap lekat suaminya. Ngasih pertanda kalo dia dengerin semua ucapan sang suami.

"Aku gatau mereka beneran putus atau engga. Tapi sejauh ini, Hyunbin bukan laki-laki baik buat Jihoon. Aku tau, Jihoon juga salah. Tapi Hyunbin juga punya porsinya sendiri. Dan sebagai orang yang harusnya lebih dewasa, Hyunbin bener-bener ngecewain."

Seongwoo ngangguk lagi.

"Aku gatau mesti gimana kalo ketemu ayah sama bunda lagi." Minhyun menghela nafas. "Aku mesti gimana sekarang?"

Seongwoo mengusap sisa peluh di wajah indah suaminya, lalu tersenyum.

"Hyun, jangan salahin diri kamu. Jihoon udah dewasa. Kamu, ayah sama bunda udah ngasih semua yang kalian bisa. Aku tau kalian, terutama kamu kecewa. Tapi ini pilihan Jihoon. Bukan salah kalian. Kalopun emang pilihannya Jihoon salah, kita sebagai keluarga cuma bisa kasih dia peringatan dan akhirnya meluk dia lagi. Karena aku rasa.. itu adalah keluarga."

Seongwoo menatap wajah lembut Minhyun yang masih membelai rambutnya dengan penuh sayang.

"Maaf kalo aku sok tau." Lanjut Seongwoo.

Minhyun tertawa pelan, mencium kening Seongwoo, turun ke hidung, lalu berakhir di bibir Seongwoo.

Mereka saling melumat sesaat sebelum pagutan keduanya kembali terlepas.

"Besok aku lembur. Kamu bisa nemenin Jihoon?" Tanya Minhyun, ngapus sedikit sisa saliva yang entah milik siapa di sudut bibir Seongwoo.

"Gapapa. Si adek mau nemenin. Dia kan lagi di Pondok Indah. Besok aku suruh bawa mobilku. Sekalian disimpen sini aja." Kata Seongwoo.

"Jangan sayang. Kita belum punya garasi. Simpen disana aja. Biar kerawat."

"Begitu?"

Minhyun ngangguk.

"Yauda kalo gitu. Oh Hyun liat deh."

Seongwoo bangun dari posisinya, ngambil tas kertas dan membukanya. Dari dalemnya ada sebuah kendi kecil.

 Dari dalemnya ada sebuah kendi kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KRL and You [OngHwang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang