Minhyun memarkirkan motornya di halaman yang biasa dipake penghuni kosan Hyunbin buat markir motornya, dan bener aja. Minhyun menemukan motor adeknya terparkir manis di parkiran.
Minhyun melangkahkan kakinya lebar-lebar, diikuti Seongwoo yang sedikit berlari buat mengimbangi langkah suaminya.
"Sialan banget emang anak itu. Bajingan. Bangsat. Beraninya dia begitu. Tega banget sama kakaknya sendiri." Minhyun ngomong pelan, lebih ke dirinya sendiri.
"Hyun udah jangan marah." Seongwoo menarik tangan Minhyun, mengelus tangan suaminya. Berharap bisa menurunkan emosi Minhyun yang udah ada di ubun-ubun.
"Gimana aku ga marah?" Minhyun berhenti di depan sebuah pintu. Menggedor pintu itu sekuat tenaganya.
"Siapa?" Suara berat Hyunbin terdengar.
Minhyun kembali menggedor pintu kamar Hyunbin.
"Siapa sih yaelah ganggu orang aja."
"Yang ih buka dulu. Siapa tau penting." Suara Jihoon terdengar menyauti Hyunbin. Bikin Minhyun makin murka dan nendang pintu kamar kosan Hyunbin.
Untung Seongwoo langsung narik suaminya mundur selangkah. Kalo engga habis kali itu pintu didobrak.
Akhirnya karena kesenangannya keganggu, Hyunbin keluar dari kasur dan memutuskan buat buka pintu kamarnya.
Begitu matanya ketemu mata penuh emosi Minhyun, Hyunbin langsung panik dan berusaha nutup pintu kosannya. Tapi telat. Minhyun lagi-lagi nendang pintu kamar Hyunbin, sampe si tiang sutet ngejengkang.
Efek lainnya, pintu kamar kini terbuka lebar. Minhyun bisa liat Jihoon yang ada di kasur Hyunbin. Cuma ditutupin selimut. Baju adeknya udah bertebaran di seluruh penjuru kamar.
"Bangsat. Bajingan emang ya lu. Anak kaya lu perlu gue jedotin kayanya baru sadar mana yang boleh dan ga boleh lu lakuin. Sini lu. Sini." Minhyun melepaskan lilitan Seongwoo di tangannya, melangkahkan kakinya lebar-lebar sebelum menjambak rambut Jihoon.
"Kak sakit! Lepasin. Aduh." Jihoon merintih kesakitan karena Minhyun menyeretnya keluar dari kasur dengan jambakan.
Minhyun memejamkan matanya, ga mau liat kondisi adeknya yang bener-bener bikin malu.
"Kalian berdua mau bunuh gue atau gimana sebenernya?" Minhyun menyentak Jihoon ke lantai. Sementara Hyunbin langsung lari buat ngelindungin Jihoon pake badannya.
"Kak kalo mau ngamuk ke gue aja jangan Jihoon." Kata Hyunbin.
Minhyun tersenyum. "Lu yang minta. Gue ingetin. Dulu gue medali emas taekwondo."
Minhyun menendang Hyunbin, sampe badan orang yang lebih besar terpelanting membentur tembok. Masih ga puas, Minhyun mengayunkan tangannya beberapa kali. Memukuli Hyunbin yang ga ngelawan sama sekali.
"Kak! Kak jangan kak maafin Jihoon. Kak!" Jihoon teriak panik.
Sementara Seongwoo membeku di tempatnya. Dia ga pernah liat kekerasan. Kekerasan pertama yang dia liat justru dari suaminya sendiri.
Suami yang selama ini dia anggep sebagai pribadi yang lemah lembut. Sabar. Pendengar yang baik.
Seongwoo jadi takut. Apa kalo dia bikin salah nanti Minhyun juga bakalan mukulin dia kaya mukulin Hyunbin begini?
"Kak! Kak Seongwoo! Tolongin kak Hyunbin."
Seongwoo tersadar dari lamunannya, menarik tubuh Minhyun biar ngejauh dari Hyunbin. Tapi kayanya Minhyun kesetanan. Dan tentunya Seongwoo ga sebanding sama tenaga suaminya.
"Hyun udah aku takut. Aku takut liat kamu begini. Udah. Hyun!" Seongwoo menarik tubuh tegap Minhyun sekuat yang dia bisa, hingga akhirnya Minhyun berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
KRL and You [OngHwang]
FanficSeongwoo, jomblo 23 tahun, anak orang kaya yang ga pernah susah dan selalu mobilan kemana-mana. Seongwoo, si pembenci transportasi umum. Seongwoo, yang jatuh cinta di pandangan pertama dan akhirnya bersedia naik KRL setiap harinya. Demi orang yang j...