15 : While You're Away

230 18 0
                                    


Di sendiriku, hati ini telah melukis cinta

Yang kuingini yang saat ini

Ku tak tahu dimana, dimanakah kau cantik

Sesungguhnya, aku kangen kamu....dimana dirimu?

Aku nggak ngerti

Dengarkanlah, kau tetap terindah....meski tak mungkin bersatu....

Kau selalu ada, di langkahku....

Mengapa harus, keyakinan memisah cinta kita?

Meski cintamu aku

Sesungguhnya, aku kangen kamu....dimana dirimu? Aku nggak ngerti, dengarkanlah....

Kau tetap terindah, meski tak mungkin bersatu....

Kau selalu ada, di langkahku...

Savier mematikan radio mobilnya dengan perasaan galau. Tiba-tiba saja lagu Kahitna terputar di radio mobilnya, entah siapa yang me-request lagu yang sudah agak lama itu. Lagu favorit Sierra. Mengingat kata demi kata, bait demi baitnya, Savier jadi teringat bayangan Sierra. Mengapa akhir-akhir ini segala sesuatu muncul di hadapannya dan mengingatkannya dengan Sierra!?

Ia menghentikan mobilnya dan memarkirkannya di depan pintu masuk Danau Situgede, danau tempatnya dan Sierra naik perahu dan menikmati pemandangan sunset. Danau itu tidak terlalu ramai sekarang, mungkin karena bukan waktu liburan atau juga karena saat itu sedang musim hujan. Kadang cuaca cerah, kadang juga hujan.

Savier berjalan di tepian, sesekali melirik pasangan-pasangan yang dengan mesranya menghabiskan waktu bersama, menikmati pemandangan di sini.

Betapa ia rindu....

Sedetik kemudian, matanya menangkap sesosok gadis yang duduk di kursi panjang berwarna putih, yang terletak di bawah pohon cukup rindang. Hati Savier berdetak sangat keras dan cepat, tubuhnya pun menegang, ketika ia menyadari sosok itu.

Apakah itu Sierra? Sosok tubuhnya sangat mirip, rambutnya....semuanya seperti Sierra!

Hanya saja, ia tidak memakai pakaiannya yang biasa. Ia tidak memakai beanie, rambut hitamnya malah digerai dan terlihat begitu indah. Ia tidak mengenakan sweter rajut, syal, atau baju tertutup. Ia malah mengenakan gaun terusan selutut berwarna putih.

Ia terlihat sangat....cantik.

Savier ingin sekali menangis saat itu. Sudah lama sekali ia tidak melihat Sierra, bahkan ia hampir percaya kalau Sierra sudah hilang ditelan bumi. Tapi kini, ia melihat gadis itu lagi. Di sini, di Danau Situgede. Apakah semua ini kebetulan? Entahlah, tapi Savier sangat ingin berbicara dengan gadis itu. Ia butuh jawaban.

Cukup lama Savier berdiri terpaku, memandangi Sierra dan melamun. Ia tidak sadar kalau gadis itu kini berjalan ke arahnya.

Tidak ada yang berubah dari wajah gadis itu. Matanya yang kadang menampakkan keriangan, yang juga kadang menunjukkan pandangan sayu. Bibir tipisnya yang sempurna, semuanya masih dengan jelas diingat oleh Savier. Hanya saja kini, Sierra tidak lagi memiliki wajah pucat seperti dahulu. Wajahnya lebih cerah dan lebih 'hidup'. Tidak seperti dulu, ketika wajahnya pucat sekali seperti mayat.

"Hai, Savier." Sierra berkata. Ia melemparkan senyum pada Savier.

Savier terperanjat. Ia sadar kini Sierra berdiri di hadapannya. Gadis itu mengenakan mahkota yang terbuat dari rangkaian bunga krisan putih dan ungu. Sangat cantik.

"Bisakah kita bicara?" tanya Sierra, tersenyum.

Lima menit kemudian, mereka sudah berada di perahu. Gelombang-gelombang air membuat perahu bergoyang, dan angin saat itu cukup dingin. Saat itu matahari sudah mau terbenam. Tidak ada di antara Sierra atau Savier yang memulai percakapan lebih dahulu, keduanya merasa canggung karena sudah lama tidak bertemu.

ForevermoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang