17 (EPILOG) : Far Longer Than Forever

415 25 8
                                    

Tanah merah itu masih basah. Pusaranya terukir nama Sierra di sana. Nama yang kini hanya tinggal nama dan kenangan.

Seakan mendukung suasana hati Savier yang kini sangat redup, langit pun tampak tidak begitu cerah. Daun-daun kering berjatuhan dari pohon dan terjatuh tepat di sekeliling makam Sierra yang kini pasti tercium sangat wangi akibat bunga-bunga berwarna yang harum.

Sierra selalu suka daun kering yang berwarna coklat.

"Savier," Elsa memanggil sosok yang sedari tadi berjongkok sambil memandangi pusara makam Sierra itu. Wajah Elsa sendiri saja masih sayu, bahkan matanya bengkak dan hidungnya merah. "gue balik duluan."

Tidak ada jawaban dari mulut Savier.

Elsa tahu Savier sangat terguncang akibat meninggalnya Sierra, tapi ia tidak ingin lelaki itu berlarut-larut dalam kesedihan. Walau bagaimana pun juga, ia yakin karena Savier sangat mencintai Sierra, makanya ia menjadi sangat terpukul seperti ini.

"Lo harus kuat." Elsa menepuk pundaknya dan kemudian berlalu.

Savier bangkit berdiri dan menatap bros bunga krisan berwarna biru kehijauan, milik Sierra-pemberian darinya. Ini akan menjadi benda yang dapat mengingatkan dirinya tentang Sierra.

"Lo nggak usah sedih. Sierra udah mendapatkan kebahagiaannya di saat-saat terakhir hidupnya."

Savier terhenyak. Ia menoleh ke samping dan melihat Rafael berdiri di sana.

"Gue udah melakukan hal yang buruk banget terhadap Sierra semasa hidupnya." Rafael menatap Savier, "Itu membuat dia putus asa, sampai dia ketemu sama lo. Gue yakin Sierra bahagia banget udah berarti di dalam hidup lo, jadi lo nggak usah khawatir Sierra nggak bahagia."

Perkataan Rafael ada benarnya juga.

Savier tetap terdiam, sampai Rafael meninggalkannya sendiri di pemakaman itu.

Ia hanya berdiri terpaku di sana, dengan tatapan terpusat pada makam Sierra. Karena tidak kuat, air mata kehilangan itu kembali lagi membasahi wajahnya.

Bayangan Sierra yang selalu ceria kini memenuhi pikirannya.

Gadis itu selalu sendiri karena tidak ada orang yang peduli padanya, padahal ia sangat butuh seseorang untuk menemaninya, bahkan ia merahasiakan penyakitnya dari orang lain. Tapi walau begitu, Sierra selalu menyemangatinya dan mengembalikan semangat hidup kepadanya. Entah betapa besar pengorbanan Sierra untuknya, ia tidak tahu.

Yang ia sayangkan, ia tidak bisa ada di sana untuk Sierra saat gadis itu benar-benar membutuhkannya.

Savier menunduk dan mengecup pusara Sierra, lalu ia tersenyum.

Bagaimana pun juga ia harus menerima kenyataan ini, bukan?

Bukankah hidup ini hanya sementara? Sierra sudah pergi menuju dunia yang kekal dan abadi, dan gadis itu pasti tengah menunggunya. Savier diam-diam tersenyum di sela tangisnya, ia akan menunggu. Ia akan menunggu berapa lama pun itu, agar ia bisa menyusul Sierra dan kembali bersama dengannya. Ia akan membesarkan impiannya, karena itulah cita-cita Sierra.

Kini memang Sierra sudah tidak ada. Tapi cinta itu, cinta untuk gadis itu, masih tetap tinggal dan abadi di dalam hati Savier.

Saat ia memasukkan bross bunga krisan milik Sierra ke dalam kantong celana jinsnya, ia merasa tangannya menyentuh sehelai kertas. Ia mengeluarkan sehelai kertas kecil itu dan membacanya.

Look at the bright side.

Kertas ini berisi tulisan Sierra, saat gadis itu berusaha mencegahnya bunuh diri. Saat pertama kali mereka bertemu. Savier selalu menyimpannya, tapi entah kenapa kertas ini bisa berada di dalam kanton celana jinsnya.

Tapi melihat kata-katanya, ia jadi merenung dan menyadari sisi baik dari meninggalnya Sierra ini.

Ia berjalan menjauh dari makam Sierra. Sierra adalah kunci kebahagiaan di dalam hidupnya yang membuatnya merasa benar-benar 'hidup' lagi. Sungguh banyak hal yang Sierra buat untuknya, hal-hal yang sangat indah yang pasti akan membuat dirinya sangat susah melupakan Sierra.

Tapi semua sudah tidak apa lagi.

Setidaknya ia adalah keajaiban terakhir yang Sierra miliki di hidupnya.

Di novel Sierra, ia sebenarnya sudah mendapatkan jawaban bagaimana akhir ceritanya. Dan akhir ceritanya benar-benarlah sama dengan yang kini sedang terjadi.

Mungkin Sierra sudah menduganya.

Savier naik ke dalam mobilnya dan menengok ke arah makam Sierra. Walau hatinya terasa sesak karena sedih yang menjejal, ia tetap tersenyum getir.

Lalu, sebuah lagu melantun di dalam mobil itu.

Di sendiriku, hati ini telah melukis cinta

Yang kuingini yang saat ini

Ku tak tahu dimana, dimanakah kau cantik

Sesungguhnya, aku kangen kamu....dimana dirimu?

Aku nggak ngerti

Dengarkanlah, kau tetap terindah....meski tak mungkin bersatu....

Kau selalu ada, di langkahku....

Savier tersenyum kecil.

Ya, Sierra memang dan akan selalu menjadi yang terindah di setiap langkahnya.

THE END

ForevermoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang