Page 2: Don't Look At Me Like That

2.7K 483 10
                                    

don’t hate on us, however you’re viewing us
we’re just a little different
just leave us alone

“don’t hate on us, however you’re viewing uswe’re just a little differentjust leave us alone”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jisung duduk terdiam di bangkunya ketika istirahat tiba. Sebagian besar teman-temannya pergi ke kantin, dan beberapa diantaranya memakan bekal bawaan mereka di kelas. Tapi pemuda itu hanya duduk diam di bangkunya.

“Kau tidak makan?”

Jisung beralih menatap Felix, pemuda yang duduk didepannya. Ia menggeleng.

“Kenapa?”

“Tidak apa-apa.”

“Kau kurus, tahu? Kenapa susah sekali makan, sih?”

“Aku memang jarang makan.”

“Ya karena itulah kau harus makan!” Felix membuka bekalnya. “Mom memberiku dua kotak bekal pagi ini. Katanya berikan yang satunya pada Jisung.”

Ah.. Selalu saja seperti ini. Jisung selalu merasa bersalah kepada setiap orang yang memberikan perhatian kepadanya. Bukannya kurang bersyukur, tapi Jisung sering bertanya-tanya kenapa bukan keluarganya yang memberikan perhatian seperti ini?

“Tuh, kan. Kau melamun lagi. Kau sering sekali melamun, kenapa sih?”

“Tidak apa-apa.”

Ringisan kecil membuat Felix mengalihkan perhatian dari kotak bekalnya. Pemuda itu terbelalak ketika melihat bagian pergelangan tangan Jisung.

“Tanganmu kenapa??” tanya Felix panik. “Biar kuperiksa!”

“Jangan!” nafas Jisung tersengal.

“Kemejamu berdarah!”

“Aku akan membersihkannya sendiri.”

Jisung beranjak dari kursinya dan berjalan cepat menuju toilet di dekat tangga menuju lantai dua yang jarang dipakai (karena gosip bodoh tentang siswi yang bunuh diri setelah gagal masuk universitas).

Ia membuka jas almamaternya lantas menggulung lengan kemeja putihnya yang kini berwarna kemerahan. Di pergelangan tangannya, tepat diatas luka sayatan yang telah mengering, kini terukir nama seseorang yang tak dikenalnya.

“Lee Minho?”

Jisung menarik nafasnya tajam. Ah, ternyata Felix yang mengikutinya.

“Nama soulmatemu Lee Minho? Astaga! Coba kulihat!”

Felix menarik tangan kiri Jisung, menatap takjub ukiran nama baru di pergelangan tangan sahabatnya. Kemudian matanya terarah pada luka-luka sayatan yang menghiasi lengan Jisung hingga ke pangkal lengannya.

“Jisung-ah,” panggilnya seraya melepas lengan Jisung perlahan. “Kau tahu aku selalu siap untuk mendengarmu, bukan?”

Jisung tahu. Tentu saja ia tahu. Sudah hampir setahun ia mengenal Felix dan ia tahu pemuda itu tulus berteman dengannya. Hanya saja rasanya sulit.

Terlalu sulit..






TBC

Awal semester di Korea Selatan itu kalau gak salah bulan Maret yaaw, ini settingnya sekitar bulan September :3

sonder || minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang