“baby I miss you
I miss you
I still can’t express it but
boy I miss you so much”Jisung harus lebih berhati-hati mulai saat ini. Orangtuanya sering menatap pergelangan tangannya dengan rasa penasaran yang membuatnya cemas. Mungkin karena usianya sudah menginjak tujuh belas tahun? Atau karena mereka penasaran dengan orang yang menjadi soulmatenya?
Ia selalu mengenakan pakaian berlengan panjang karena bekas luka di sepanjang lengannya. Kini dengan bertambahnya nama seseorang di pergelangan tangannya, ia harus lebih berhati-hati agar tidak sampai ketahuan dan berakhir seperti kakak perempuannya.
Sudah sebulan sejak pertemuan pertamanya dengan Minho. Mereka tidak terlalu sering bertemu atau saling bertukar pesan. Minggu lalu saat Minho demam ia datang ke rumahnya bersama Felix dan Changbin untuk menjenguknya.
Oh, ia juga bertemu dengan saudara kembar Minho yang terlihat agak berbeda dengannya. Namanya Gwanghyun. Keduanya sama-sama terlihat tenang, tapi entah mengapa Jisung merasa ‘tenang’nya Gwanghyun ini berbeda. Ia merinding ketika melihat Gwanghyun menyeringai ketika Minho mengenalkannya sebagai soulmate.
“Soulmate, ya?”
Tapi Gwanghyun baik, kok. Jadi Jisung rasa pemuda itu aman untuk didekati. Minho juga berkata kalau Gwanghyun sangat baik. Dan saat mereka pulang Jisung diberi sebatang cokelat sebagai hadiah perkenalan.
Orangtua mereka pulang agak malam, jadi Jisung belum sempat bertemu dengan mereka. Sehari setelah kunjungannya, Minho menelepon dan berkata Ibunya ingin berbicara dengan Jisung. Hatinya segera menghangat karena wanita itu benar-benar baik. Bahkan lebih baik dari orangtuanya sendiri.
“Jisung-ah, kau sudah tidur?”
Pemuda itu menjawab tidak dan setelahnya pintu kamarnya terbuka. Penampilannya terlihat kacau. Tapi Yoora tak terlihat mengekor, mungkin anak itu sudah terlelap di kamarnya.
“Areum…”
Jisung segera menoleh ketika mendengar suara sang kakak yang terdengar aneh. Suaranya agak bergetar dan lemah. Wajahnya terlihat pucat.
“Ada apa dengan Areum noona?”
“Areum, dia—” suaranya terpotong oleh isak tangis. “—dia meninggal petang tadi. Bunuh diri di flatnya. Harusnya aku datang ketika ia memintaku untuk menemaninya sore tadi. Aku—andai saja aku bersamanya mungkin semua ini tidak akan terjadi…”
Pemuda itu termenung. Soulmate kakaknya meninggal dan kakaknya terlihat sangat kacau. Pandangannya terarah pada ukiran nama di pergelangan tangan kiri kakaknya dan ia bisa melihat sedikit demi sedikit darah menetes dari ukiran nama disana.
“Apa yang harus kulakukan? Aku membunuhnya, Jisung-ah, aku seorang pembunuh!”
“Noona—”
“Kenapa tidak sejak awal aku meninggalkan rumah sialan ini? Kenapa aku menurut dan menikah dengan lelaki brengsek itu? Kenapa? Kenapa harus aku?”
“Tenangkan pikiranmu, noona. Yoora bisa mendengarnya.”
“KENAPA AKU TERLAHIR DI KELUARGA SEPERTI INI? APA SALAH JIKA SOULMATEKU SEORANG WANITA? APA SALAH JIKA AKU MENCINTAI SEORANG WANITA?”
Semuanya terjadi secepat kilat. Jisung melihat rambut kakaknya tertarik begitu saja disertai jerit kesakitan yang membuat telinganya pengang. Pandangannya memburam karena air mata.
Samar-samar ia bisa melihat Ibunya menarik rambut kakaknya ke arah gudang. Lalu disusul oleh Ayahnya yang membawa sesuatu entah apa. Ia bisa mendengar suara Yoora yang memanggil Ibunya dari dalam kamar. Membuatnya bimbang, harus kemanakah ia pergi?
TBC
Maaf aku lama menggantung kalian :")
Ada beberapa hal di rl yang bikin aku cukup kewalahan :")
Moga-moga gak pada bosen ya :")
KAMU SEDANG MEMBACA
sonder || minsung
Fanfictionsonder (n): the realization that each random passerby is living a life as vivid and complex as your own soulmate au | bahasa indonesia WARNING! major character death abnormaltoffee (2019)