“when you feel so lonely,
I'll be here to shelter you
when you feel so lonely,
I'll be here, here for you”
Pagi itu, Minho terbangun karena merasakan sakit yang tajam di pergelangan tangan kirinya. Jam beker disamping ranjangnya menunjukkan waktu pukul empat dini hari. Sebuah nama kini terukir di pergelangan tangannya.
"Han Jisung?"
Sebuah perasaan asing membuncah di dadanya dan ia tak bisa menyembunyikan senyuman lebarnya walaupun ia belum bertemu langsung dengan sang soulmate.
BRUK
Suara benda jatuh membuatnya terkejut dan segera menegakkan punggungnya. Asalnya dari ruangan tengah.
Cklek
Ia membuka pintu kamarnya dan melongokkan kepala mencoba melihat kondisi ruangan tengah yang remang-remang. Kemudian ia melihat sosok saudara kembarnya yang menyeringai dan melambai kepadanya, menyuruhnya kembali masuk ke kamar dan tak usah repot-repot menceramahinya. Kelihatannya ia baru saja pulang entah dari mana.
Dua bulan lalu Gwanghyun putus dengan Sewoon, alumni sekolah mereka. Sewoon bertemu dengan soulmatenya dan dia berpikir lebih baik mereka berpisah lebih awal daripada harus saling menyakiti diri sendiri.
Sewoon menyayangi Gwanghyun, tentu saja. Minho bisa melihatnya dari cara mereka saling bertatapan. Tapi tentu saja hal itu akan menyalahi takdir jika mereka terus bersama.
Minho kembali teringat soulmatenya, dan seulas senyum tipis kembali menghiasi wajahnya. Gwanghyun terkekeh pelan melihat wajah bodoh adik kembarnya, lalu ia masuk ke kamarnya dengan langkah terseret.
***
Jisung terbangun ketika ia mendengar suara ketukan pelan di pintu kamarnya. Ia mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan matanya dengan sinar matahari yang muncul lewat sela tirai kamarnya.
"Jisung-ah? Apa kau sudah bangun?"
Pemuda itu duduk diam di kasurnya. Pikirannya belum sepenuhnya berkumpul. Setelah beberapa detik, akhirnya ia beranjak dari kasur dan membuka pintu kamarnya. Kakak perempuan bersama keponakannya yang berusia tujuh tahun berdiri disana dengan sebuah kue di tangan Yoora, keponakannya.
"Selamat ulang tahun, Jisung samcheon!"
Jisung terkekeh pelan. Ia berjongkok dan menyamakan tingginya dengan Yoora. Tangannya terjulur untuk mengusap puncak kepala si kecil.
"Terima kasih, Yoora-ya.." ucapnya tulus.
"Ayo tiup lilinnya!" Yoora berceloteh riang. "Ah, tidak, tidak. Ucapkan permohonan dulu, baru tiup lilinnya."
Jisung menutup matanya. Keinginannya hanya satu sejak dulu. Ia ingin bebas. Ia lelah dengan semuanya.
Pemuda itu membuka matanya dan meniup lilin yang menunjukkan angkat tujuh belas. Setelah itu ia tersenyum lebar dan mengecup pipi Yoora.
"Terima kasih, Yoora-ya. Terima kasih, noona."
Han Jisoo, kakak Jisung menyunggingkan seulas senyum dan mengusap puncak kepala adiknya sayang.
"Kuharap kau bisa mendapat apa yang bisa membuatmu bahagia." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca. "Apapun yang terjadi, kuharap kau bahagia."
Yoora menatap ibunya heran, sedangkan Jisung tersenyum tipis. Ia tahu betul apa maksud Jisoo. Matanya menangkap sebuah nama yang terukir di pergelangan tangan kakaknya.
Kwon Areum
Kakaknya mendapatkan seorang gadis sebagai soulmatenya dan keluarganya marah besar dengan hal tersebut. Mereka menentang takdir. Jisoo dinikahkan dengan seorang pria yang kini entah kemana. Pria brengsek itu pergi setelah Jisoo mengandung Yoora. Mungkin kabur bersama soulmatenya.
"Kuharap-" ucapan Jisoo tercekat oleh tangisnya. "Kuharap kau bahagia bersama soulmatemu."
Dengan senyuman lembut dan airmata yang terus mengalir, Jisoo mengusap pergelangan tangannya, tempat dimana nama soulmatenya terukir.
Ia berharap nasibnya tak akan terulang pada adiknya.
TBC
Rencananya fic ini gak bakal sampe 20 chapter gaes, moga-moga kalian ngefeel bacanya ya :')
Eniwei aku masih sedih dan gak percaya jbj bakal beneran disband 30 april nanti :')
Semacam merasakan ditinggal pas lagi sayang-sayangnya :')
KAMU SEDANG MEMBACA
sonder || minsung
Fanfictionsonder (n): the realization that each random passerby is living a life as vivid and complex as your own soulmate au | bahasa indonesia WARNING! major character death abnormaltoffee (2019)