Page 10: Don't Leave

1.1K 205 1
                                    


“a guy like me
Having you
I guess it was too good to be true”

“a guy like meHaving youI guess it was too good to be true”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Melihat senyuman Jisung setelah beberapa hari membuat dada Minho sesak. Pemuda itu terlihat agak kurus dan pucat. Ia tetap tersenyum seperti biasanya. Ia bahkan masih sempat mengejek Changbin.

Tapi rasanya menyakitkan bagi Minho.

Seungmin membiarkan Jisung menempati salah satu kamar kosong di rumahnya selama beberapa hari ini. Ia tinggal berdua bersama kakaknya, dan rumah ini terdiri dari tiga kamar jadi Jisung bisa menempati kamar kosong disana.

Felix berbicara dengan Jisung agak lama tadi. Mata pemuda itu terlihat agak sembab setelah keluar dari kamar. Seungmin hanya mengusap bahunya perlahan dan membiarkannya berbicara dengan Changbin di halaman belakang.

“Kau harus berbicara dengannya, hyung.”

Minho mengalihkan pandangannya dari layar televisi yang tengah menyala. Entah menayangkan acara apa, ia tak terlalu memperhatikannya.

“Jisung membutuhkanmu.” Seungmin tersenyum tipis. “Apapun yang terjadi, tolong tetap berada disampingnya, ya?”

Dengan langkah ragu Minho memasuki kamar yang Jisung tempati. Tentu saja setelah mengetuk pintunya. Jisung yang tengah berbaring di ranjang tersenyum lebar saat melihatnya.

“Bagaimana kabarmu, hyung?”

Minho terkekeh pelan. Ia duduk di tepi ranjang, menatap sang soulmate yang kini terlihat rapuh. Lebih rapuh dari biasanya.

“Aku merindukanmu.”

Jisung tertawa kecil. “Aku juga.”

“Aku merindukanmu sampai rasanya sangat sesak.” Minho memberanikan diri meraih tangan Jisung yang terkulai disamping tubuhnya. “Kenapa begitu dingin?”

“Mungkin karena gugup saat tahu Felix kemari bersamamu?”

Minho tersenyum tipis. Ia merunduk lebih dekat, lalu mengecup jari-jari ramping milik Jisung dengan hati-hati. Membuat dada pasangannya menghangat seketika. Jisung merasa begitu dihargai saat bersama Minho. Ia selalu suka saat pemuda itu menatapnya dengan pandangan memuja namun lembut di saat yang bersamaan.

Jisung membiarkan Minho menggenggam tangannya selama mungkin. Hangat tubuh pemuda itu seolah berpindah melalui genggaman mereka.

“Kemana saja kau selama ini?”

“Aku di rumah.”

“Lalu kenapa sekarang kau di rumah Seungmin?”

“Aku kabur.”

Kedua netra itu saling bertatapan. Minho bisa melihat banyak ketakutan di mata Jisung. Ia tak tahu ketakutan terhadap apakah itu. Dan ia merasa benar-benar tak berguna sebagai soulmatenya.

“Kau mau bercerita?”
Pupil mata Jisung terlihat bergetar.

“Hyung,” panggilnya.

“Ya?”

“Aku takut.” Jisung tersenyum miris. “Kau terlalu baik untukku. Kau berhak mendapatkan orang yang lebih baik dariku.”

“Tapi kau soulmateku.” Minho mengelus pipi Jisung dengan ibu jarinya. “Dan hal itu berarti kau yang terbaik untukku.”

“Besok mereka akan membawaku.” Jisung menundukkan kepalanya. “Pagi tadi Ayah membuat noona mengaku.” Setitik airmata terjatuh ketika Jisung membayangkan cara macam apa yang dilakukan sang Ayah pada kakak perempuannya untuk membuatnya mengaku. “Belum sampai seminggu dan mereka sudah menemukanku.”

“Tinggal bersamaku.”

“Apa?”

Minho berdeham pelan. “Ayo tinggal bersamaku. Ayah dan Ibu pasti akan menyambutmu dengan baik. Mereka sudah lama ingin bertemu denganmu.”

Wajah Jisung terasa memanas begitu saja. Minho mengajaknya untuk tinggal bersama semudah itu? Apa pemuda itu tidak memikirkan perasaannya sama sekali? Ia merasa senang sampai rasanya mau gila.

“Aku tak mau merepotkanmu.” ucapan Jisung terpotong karena tenggorokannya serasa tercekat. “Kau tidak tahu apa yang akan orangtuaku lakukan jika—”

“Persetan dengan mereka!”

Jisung berjengit mendengar ucapan Minho. Walau baru mengenalnya sebentar, baru kali ini ia mendengar pemuda itu berbicara sekeras itu. Dia selalu berbicara dengan volume normal yang—jujur saja—membuatnya merasa tenang setiap kali mendengarnya berbicara.

“Pikirkan dirimu, Jisung-ah..” Minho mengusap lembut pipi Jisung dengan ibu jarinya. Pandangan teduhnya tak sedikitpun ia alihkan.

Pemuda yang lebih muda terpekur menatap individu dihadapannya yang terlihat memancarkan berbagai emosi lewat matanya. Netranya yang selalu teduh kini tak bisa ditebaknya. Tapi ia tetap larut dalam pesonanya. Sebuah perasaan yang menggebu-gebu di dalam dadanya membuatnya sesak.

Sesak karena ia sadar bahwa ia telah benar-benar terjatuh untuk Lee Minho.

Kelopak matanya perlahan menutup ketika ia mulai merasakan hembusan nafas Minho yang menerpa permukaan kulit wajahnya. Rasanya hangat dan menggelitik.

Sudah sangat lama sejak kunjungan terakhirnya ke gereja. Sudah sejak lama ia merasa kecewa. Ia sering merasa Tuhan tak pernah berlaku adil padanya.

Namun pada saat ini, sepenuh hati ia memanjatkan permohonan pada Tuhan.

Ia ingin hidup bersama Lee Minho selamanya.





TBC

sonder || minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang