10. Pintu Ajaib

372 55 6
                                    

Sebuah ruangan yang mempunyai ruang yang luas kini nampak sesak oleh sekumpulan manusia berjubah hitam dengan berbagai macam ekspresi dan sifat.

Gadis yang kini berdiri diantara kumpulan itu nampak asyik menatap seseorang yang jauh berada diseberangnya, dia mengacuhkan sekelilingnya termasuk ocehan dari kedua sahabatnya dan ucapan sang kepala sekolah yang sedang berkoar-koar didepan sana.

Mata almond yang cantik itu senantiasa mengikuti gerak-gerik tubuh dari objek yang kini tengah ia amati. Sebuah senyum tercipta kala mata itu menangkap sebuah tawa dari seberang sana.

'Tampan' batinya berucap.

"So eun"

"So eun"

"YAK KIM SO EUN!!"

Sebuah teriakan memecah fokus so eun dalam memperhatikan seseorang. ya yang sedari tadi sedang memperhatikan seseorang itu adalah so eun dan apa kalian tahu siapa yang tengah gadis itu amati?.

Kim taehyung!!, dialah orangnya.

Sejak kejadian dihutan blackblood 2 minggu yang lalu, so eun selalu mengamati gerak-gerik taehyung secara diam-diam. Entahlah apa yang ada dipikiran dan perasaan so eun sekarang, hanya dia dan tuhan yang tahu.

So eun mendelik kesal kearah yura yang kini tengah berdiri dengan wajah polosnya.

"Apa?"

"Kenapa kau berteriak padaku?"

"Siapa yang berteriak padamu?"

"Kau, siapa lagi"

Yura yang mendengar itu hanya berdecak sebal atas tuduhan yang dilayangkan so eun padanya.

"Aku memanggilmu berkali-kali tapi kau tak mendengarnya, jadi dengan terpaksa aku sedikit memperbesar suaraku agar terdengar oleh telinga mu" aku yura.

"Ckk mengganggu saja. Dasar han yura payah, lalu apa bedanya berteriak dengan memperbesar suara?" gumam so eun pelan.

"Apa?" tanya yura karena tak mendengar jelas gumaman so eun.

"Apa?" tanya so eun balik dengan sinis.

"Kenapa kau sesinis itu padaku?, apa aku menggangumu dari aktivitas diammu?" tanya yura dengan sebal.

Oh ayolah yura tak terima jika mendapatkan kata-kata sinis dari so eun cuma gara-gara berteriak heol!!, oh atau jangan-jangan so eun masih marah padanya gara-gara ketidak percayaanya pada cerita so eun atas insiden quidditch beberapa minggu yang lalu?.

Tapi bukannya dia dan seokjin sudah meminta maaf kepada so eun dan menjelaskan panjang dan lebar alasannya, dan bukankah saat itu so eun juga mau memaafkan mereka.

"Siapa yang diam eoh?"

"Kau!!, siapa lagi"

"Aku bukan diam, tapi aku memperhatikan ta..."

So eun seketika diam, dia meruntuki mulutnya yang hampir saja menggungkapkan alasan konyolnya kenapa dia hanya diam sedari tadi pada yura.

"Memperhatikan ta.. ta.. apa?" tanya seokjin.

Seokjin yang sedari tadi hanya menjadi penonton atas debat tak berguna kedua sahabatnya itu akhirnya membuka suara. Dia jadi penasaran.

"Hahaha... Ta..ta.. apa aa..aku tak bicara ta tadi?," elak so eun dengan gugup.

"Kim taehyung!!. Apa kau memperhatikan dia?" tanya yura tiba-tiba.

"TAK MUNGKIN!!, tak mungkin aku memperhatikan dia" jawab so eun dengan berteriak.

"Kalau bukan jangan berteriak seperti itu. Kau malah membuat kami berfikir jika memang dia yang kau perhatikan" ucap seokjin

"Apa sih, tadi aku mau bilang tahi lalat kenapa sampai ke dia" jawab so eun sambil melangkah menjauh dari kedua sahabatnya.

So eun berjalan mengikuti segerombol murid dengan diikuti yura dan seokjin dibelakangnya. Kini mereka akan menuju sebuah ruangan yang terdapat pintu yang mampu mengantar mereka kelokasi perkemahan.

***

Pintu ajaib yang mampu membawa mu pergi kemanapun. Pintu ini hanya mampu bekerja jika mantra diucapkan di dalam hati, jadi jika kamu mengucapkan mantra dengan bersuara pintu ini tak akan mau membawamu pergi.

Disinilah so eun dan murid-murid artemisia lainnya, didepan sebuah pintu yang berdiri kokoh. Pintu ini lebih besar 6X dibanding pintu biasa yang kita temui sehari-hari dengan berbagai corak unik yang mengelilinginya, dengan portal berwarna abu-abu ditengahnya.

Satu-persatu murid-murid artemisia mulai beranjak memasuki pintu ajaib itu dengan tertib, dan satu-persatu pula mereka menghilang termasuk seokjin, yura dan taehyung beserta kedua temannya.

Kini tinggal beberapa murid yang masih tersisa dan salah satunya adalah kim so eun.

So eun berdiri dengan gelisahnya. Ia tak mendengar mantra apa yang harus ia ucapkan, ia mengacuhkan prof. Song ketika sang kepala sekolah yang bermarga Song itu sedang berbicara di depan dan mengajarkan mantra tersebut kepada seluruh muridnya.

Yang dilakukan so eun tadi hanya melihat taehyung dalam diam hingga ia mengabaikan sekelilingnya termasuk hal-hal yang penting yaitu sebuah mantra yang akan membawanya ke lokasi perkemahan.

So eun mengerutu kesal sambil mondar-mandir didepan pintu hingga ia tak sadar bahwa semua orang telah meninggalkan ruangan tersebut hingga tinggal dirinya yang tersisa.

Prof. Jung yang melihat kelakuan so eun itu hanya mengelengkan kepalanya. Dia sudah lelah jika harus berdebat dengan murid yang termasuk kegolongan pandai itu namun kerap kali mendapatkan hukuman darinya karena selalu membuat kekacauan bersama musuhnya, siapa lagi kalau bukan kim taehyung.

Prof. Jung berjalan mendekat kearah so eun dengan santai. Dia menarik jubah hitam so eun untuk menghentikan kegiatan sang murid yang sedang mondar-mandir tak jelas. So eun yang merasa jubahnya ditarik, lantas menenggok kebelakang dan menemukan sang guru ramuannya sedang berdiri dibelakangnya sambil mencengkeram jubah hitamnya.

"Prof. Jung!"

"Sedang apa kau?, bukannya pergi malah mondar-mandir tidak jelas disini"

"Prof. Jung, bisakah kau menolongku?"

"Apa?"

"Aku lupa mantranya, bisakah profesor jung memberitahuku?" tanya so eun dengan wajah berharap.

"Saat di aula tadi apa yang kau lakukan hah?"

"Aku.. Lupa prof" jawab so eun tanpa memberi tahu alasan sebenarnya.

Prof. Jung menghela nafas berat namun detik berikutnya smirk muncul dibibirnya.

'Sesekali tak apalah jika menjaili murid sendiri hahaha' batin prof. Jung.

Prof. Jung mendekat kearah so eun untuk membisikkan sesuatu setelah itu mereka berdua sama-sama memasuki pintu dan.....

"Profesor jung kenapa kita ada disini bukannya di perkemahan?" tanya so eun penasaran. Pasalnya kini mereka tengah berada disebuah tempat yang ramai mirip sebuah pasar.

"Kau bantu aku membeli barang-barang keperluan perkemahan" jawab prof. Jung dengan santai.

Prof. Jung mulai melangkah mendekat kesalah satu toko dengan santai. Sedangkan so eun hanya bisa menahan amarahnya karena dia baru saja dijahili oleh sang profesor.

"So eun cepat kesini bantu aku angkat barang-barang ini" teriakan prof. Jung memenuhi telinga so eun.

'Ingatkan aku untuk memperhatikan ketika orang berbicara didepanku agar aku tak mengalami hal seperti ini lagi' batin so eun mengerutu.
.
.
.
.
.
Tbc.

Mage Of Muggle (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang