Cicitan burung yang bertenger diranting ranting pohon mempermanis pagi yang cerah ini. Nampak gadis mungil berjalan menuruni tangga dirumahnya untuk sampai dimeja makan. Sang gadis yang diketahui bernama Kim So Eun itu mengeser kursi secara perlahan dan mendudukan dirinya disamping wanita paruh baya yang sangat disayanginya itu. Ya Kim So Eun tinggal dengan paman dan bibinya karena orang tua Kim So Eun telah meninggal dalam sebuah insiden kecelakaan.
Dan ketika orang tua So Eun meninggal saat itu So Eun masih bayi, dia ditemukan orang-orang terbungkus selimut dalam pelukan sang ibu yang bersimpah darah. Mulai saat itulah So Eun tinggal dengan keluarga pamanya. Paman dan bibinya merawat dan menyayanginya seperti putri mereka sendiri. Well pamanya itu belum diberi kepercayaan untuk memiliki seorang anak, jadi mereka bersyukur So Eun tinggal bersama mereka.
"selamat pagi bibi, selamat pagi paman." sapa so eun.
"Selamat pagi So Eun." jawab mereka berdua.
"Hari ini kamu akan kembali ke akademikan.?" tanya sang paman.
"Iya paman, masa liburanku sudah selesai dan aku harus kembali keasrama dan mulai sekolah lagi."
"Bagaimana sekolahmu selama dua semester ini.?"
"Menyenangkan." jawab So Eun dengan wajah cemberutnya karena tiba-tiba teringat musuh bebuyutannya.
"Menyenangkan? Kok wajahnya cemberut gitu sih sayang." giliran sang bibi yang berbicara.
"Gak papa" jawab So Eun seadanya, jujur So Eun malas harus menceritakan tentang Kim Taehyung sang musuh bebuyutan.
Setelah ucapan So Eun tadi keadaan menjadi hening karena mereka sedang menikmati sarapan.
"Paman bibi, ayo kita berangkat 45 menit lagi kereta akan berangkat." ajak So Eun.
"Iya sayang, ayo berangkat" jawab bibi. Mereka mulai beranjak dari duduk, meraih barang yang akan mereka bawa ke stasiun Artemisia dan kemudian masuk kemobil. Dengan perlahan namun pasti mobil itu mulai meninggalkan pekarangan rumah.
Sekitar 15 menit perjalanan, sampailah mereka distasiun Seoul. Stasiun inilah jalan utama bagi para murid Akademi Artemisia untuk bisa sampai distasiun Artemisia, karena hanya distasiun inilah yang diizinkan kementrian sihir untuk dibuatkan pintu menuju stasiun Artemisia.
So Eun yang pertama kali keluar dari mobil dengan menyeret kopernya lalu disusul bibi dan pamannya. Mereka mulai berjalan melewati puluhan orang untuk sampai ditempat yang dimaksud yaitu didepan sebuah dinding dengan ukiran khas Artemisia berada diatasnya.
"Paman, bibi So Eun pergi dulu. Paman dan bibi jangan lupa jaga ksehatan. So Eun pasti merindukan kalian." dengan lembut serena mengecup pipi pama dan bibinya.
"Iya sayang, kamu juga hati-hati disana."
So Eun mulai berjalan menjauh dari kedua orang yang disayanginya itu, dan menatap dengan mantap dinding didepannya yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. Hembusan nafas keluar dari bibir kecilnya, dengan sedikir berlari serena menyeret kopernya menuju dinding.
JESSS
Suara kereta artemisia terdengar, So Eun berhasil menembus dinding pembatas antara stasiun Artemisia dengan stasiun didunia muggle atau lebih tepatnya stasiun Seoul. Gadis itu mulai mengedarkan penglihatannya, dia sedang mencari kedua sahabat di keramaian.
"SO EUNNN!!." teriakan dari seorang perempuan yang kini sedang melambaikan tangannya kearah So Eun seakan menyuruh mendekat padanya.
Dengan langkah sedikit tersendat karena terhambat oleh banyaknya orang yang akan menaiki kereta yang kini masih diam diatas lintasannya. Setelah berjuang melewati orang orang dan tinggal 10 meter dari tempat kedua sahabatnya menunggu, tiba tiba, BRAKK suara tubrukan antara kepala So Eun dengan bola sihir dengan kerasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mage Of Muggle (End)
FantasíaSlow update Berawal dari kisah masa lalu antara para muggle dengan penyihir yang saling bermusuhan. Hingga perdamaian hadir diantara mereka. Namun tidak seorang pun tahu dendam masih bersarang disebagian hati penyihir. Lalu bagaimana cara para penyi...