06. Masalah

422 59 6
                                    

Rintik hujan yang turun sejak pagi tadi kini telah berhenti sepenuhnya. Gumpalan awan yang menggantung di langit-langit mulai beranjak menjauh. Matahari yang tadinya bersembunyi dibalik keperkasaan awan hitam kini mulai menunjukkan kekuasaannya kembali.

Suasana alam sekitar berbanding terbalik dengan keadaan so eun saat ini. Suasana hatinya sangat buruk sejak kejadian yang tak mengenakkan kemarin. Semua orang menyalahkannya karena melukai teman-teman setimnya dan menganggap so eun sebagai biang keladi kekalahan tim quidditch angkatan mereka.

So eun sudah mencoba menjelaskan situasi yang sebenarnya pada mereka, tetapi tak satupun dari mereka percaya dengan ucapan so eun.

'Bola budger disihir?, apa kau sedang berusaha menipu kami huh?. Kami, semua penonton melihat bola itu tampak normal-normal saja dan tak seperti disihir untuk menjatuhkan seseorang'. Ucapan mereka pada so eun kala itu.

So eun menjatuhkan kepalanya di atas meja, memejamkan mata sejenak untuk melepas beban yang kini menghimpit pikirannya.

Suara bisik-bisik masih terus dia dengar dari mulut orang-orang yang ada disekitarnya. Umpatan, makian, serta ejekan terus mengalir dari mulut mereka yang ditunjukkan khusus untuk so eun.

Seokjin dan yura memandang so eun dengan iba. Mereka tak tahu harus berbuat apa untuk membantu sang sahabat yang kini sedang tertekan.

"So eun jangan dengarkan kata mereka ya?" ucap seokjin pada so eun.

"Apa kalian percaya padaku?" kata so eun tiba-tiba.

"...." seokjin dan yura hanya diam saling melirik satu sama lain. Sejujurnya mereka juga tidak melihat kejanggalan pada bola budger seperti yang diucapkan so eun pada mereka.

So eun yang tak mendengar jawaban dari kedua sahabatnya itu mulai membuka matanya. Dia memandang keduanya dengan raut kecewa.

"Kalian tak percaya padaku bukan?" ungkapan kekecewaan so eun pada keduanya.

So eun mulai beranjak pergi meninggalkan suasana kelas yang semakin menyesakkan. Setetes air mata meluncur mulus dari kedua mata almondnya.

'Kedua sahabatku pun tak percaya padaku,menyedihkan' batin so eun menangis pilu.

"So eun" pangil yura dengan suara lirih.

Seokjin dan yura hanya memandang punggung so eun yang semakin lama semakin jauh dengan nanar.

***

Taehyung yang sedari tadi memperhatikan so eun dari mejanya, kini hanya menghela nafas berat. Kenapa sekarang dia mengkawatirkan musuhnya itu, jika so eun kenapa-napa bukanya menguntungkan dirinya?.

Tapi yang dia rasakan kini adalah sesak, sesak saat melihat gadis yang selalu ribut dengannya, gadis yang selalu berteriak padanya, dan gadis yang galak seperti macan tiba-tiba berubah menjadi rapuh dan menyedihkan.

'Sungguh tak masuk akal, kenapa aku terus terusan mengkawatirkan so eun sih' batinnya mengerutu kesal.

Setelah asyik bermonolog ria, taehyung memandang jungkook dan jimin yang sedang bercanda didepannya itu dengan pandangan misterius.

"Jungkook-ah, jimin-ah apa benar kalian tak melihat keanehan pada bola budgernya?" tanya taehyung lagi.

Jungkook dan jimin kompak menjawab dengan gelengan kepala. Taehyung kembali menghela nafas.

'Ini sungguh aneh, kenapa hanya aku, so eun, namjoon, chanyeol, sehun, yoongi, dan jieun yang bisa melihat keanehan pada bola budger" pikir taehyung.

"Apa benar-benar telah terjadi sesuatu dengan bolanya?" tanya jimin penasaran.

Taehyung yang mendengar pertanyaan dari jimin hanya mengangkat kedua bahunya. Detik berikutnya taehyung mulai beranjak pergi meninggalkan jungkook dan jimin.

"Dia aneh" bisik jimin pada jungkook.

***

So eun mengeser pintu ruang kesehatan dengan pelan. Dia baru saja menjenguk namjoon, chanyeol, dan jieun yang masih dirawat diruang kesehataan. Keadaan mereka saat ini jauh lebih baik dari pada kemarin.

Luka-luka kecil yang menimbulkan memar kini sudah mulai menghilang. Hanya menunggu pulihnya tulang tangan yang patah akibat terjatuh dari ketinggian yang cukup tinggi.

Kaki kecil so eun mulai melangkah menjauh dari pintu yang telah dia tutup. Berjalan dengan diiringgi tatapan sinis dari orang-orang yang berpapasan dengannya. Hembusan nafas berat kembali terdengar dari mulut kecilnya.

Dengan menundukkan kepalanya, so eun mempercepat langkah kakinya untuk menghindar dari tatapan sinis mereka.

Langkah kaki so eun seketika berhenti ketika daun telinganya menangkap sesuatu yang membuatnya ingin berteriak marah.

"Coba kau lihat dia" ucap salah satu orang.

"Kenapa dengan dia?"

"Orang itu melukai teman-temannya sendiri di pertandingan quidditch kemarin".

"Benarkah?, wah ternyata wajahnya saja yang polos tapi kelakuannya sungguh biadap"

"Dasar perempuan tak punya malu. Sudah membuat teman-temannya celaka masih bisa berkeliaran tanpa beban"

'Tanpa beban?, apa mereka tak melihat betapa tertekannya aku?.' batin so eun beriak marah.

"ITU BUKAN SALAHKU" teriak so eun pada mereka.

Dia sudah tak tahan lagi mendengar ucapan-ucapan mereka. Batinya tersiksa dan juga lelah.

"Lalu jika bukan salahmu salah siapa lagi huh?" jawab mereka.

"Yang kami lihat kau menyerang timmu sendiri, mau menyangkal lagi?".

So eun terdiam tak bisa membalas mereka. Dia tak tahu harus menjelaskan dengan cara apa lagi. Semua alasan yang telah dilontarkannya hanya menjadi bahan lelucon mereka. Penjelasannya berbanding terbalik dengan kenyataan yang dilihat mereka.

"Dasar MUD BLOOD"

So eun yang mendengar kata mud blood keluar dari mulut mereka menggelengkan kepalanya. Dia tak trima di sebut mud blood.

Mud blood adalah kalimat paling kejam dan kasar yang pernah ditunjukkan seseorang pada so eun. Kalimat mud blood dilarang diucapkan karena kalimat ini adalah kalimat yang kasar.

Tiba-tiba so eun berlari menjauh dari mereka. So eun terus berlari sambil menahan tangis yang sebentar lagi pecah.

***

Taehyung kini sedang berada disebuah lorong dengan jendela besar yang terbuka. Taehyung sedang berfikir sambil memandang hutan blackblood yang terpapang luas didepan matanya.

Fokus taehyung terpecah ketika sudut matanya menangkap sosok yang dikenalnya. Itu so eun.

Taehyung terus mengamati so eun, gadis itu terus saja berlari dan sesekali jatuh diatas rumput basah (sisa dari hujan tadi pagi).

Mata taehyung membulat ketika dia melihat so eun berlari kearah hutan blackblood, hutan yang berbahaya dan semua guru melarang seorang murid masuk sendirian kedalamnya.

Apa yang harus taehyung lakukan sekarang, meyusul so eun masuk ke hutan dan memastikan dia baik-baik saja atau membiarkan dan tak memperdulikan keadaan so eun didalam hutan.

Hati taehyung gusar sekarang. Sisi baik dalam dirinya menyuruh menyusul so eun dan memastikan keadaan gadis itu aman. Dan sisi jahat dalam dirinya menyuruh membiarkan saja, toh untung jugakan kalo orang yang menjadi musuhnya itu terluka.

Lalu pilihan mana yang harus dipilih taehyung, menuruti sisi baik atau malah mengikuti sisi jahat dalam dirinya. Taehyung bingung sekarang.

Tbc.

Hai semuannya.
Saya mau mengucapkan terima kasih banyak untuk teman-teman yang sudah bersedia membaca cerita anehku ini.

Jika ceritaku ini makin kesini makin ancur, gk nyambung, atau ngebosenin mohon dimaklumi ya authornya masih dalam tahap belajar 😁.

Sampai jumpa di part berikutnya...

Mage Of Muggle (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang