14. Simbol 3

310 58 12
                                    

Deretan buku yang bersampul kuno memenuhi setiap ruas rak buku yang menjulang tinggi disetiap ruang perpustakaan akademi artemisia. Mata cantik so eun mengedar sambil jemari lentiknya menyusuri tiap buku yang berjejer rapi disetiap rak.

Hembusan nafas lelah mengalun indah dari celah kedua bibir mungilnya. Sudah berjam-jam dia mencari buku yang memuat informasi mengenai simbol yang terdapat pada kalung dan pergelangan tangan yoona. Tapi sampai perpustakaan yang semula dipenuhi murid-murid akademi artemisia kini berubah menjadi sepi hanya menyisakan so eun dan penjaga perpus yang duduk terlelap diujung ruangan, namun buku yang dimaksud tak kunjung dia temukan.

So eun menyeret kedua kakinya menuju salah satu kursi yang memang disediakan untuk membaca para murid dengan ekspresi murung. Kedua tangannya dia lipat diatas meja kemudia dia mulai meletakkan kepalanya yang mendadak pening diatas lipatan tangannya.

"Huh.."

Helaan nafas terdengar lagi ketika ingatannya memutar kejadian beberapa menit sebelum dia terdampar diperpustakaan akademi dengan kepala pening luar biasa. Percakapan antara dirinya dengan musuh bebuyutannya ditepi danau felix.

Flashback

"Ini?!" ucap taehyung dengan raut muka terkejut.

"Apa kau tahu sesuatu tentang ini" tanya so eun penasaran.

"Aku pernah melihatnya, tapi aku lupa dimana dan kapan aku melihat simbol ini" ucap taehyung

"Tak bisakah kau ingat-ingat lagi" pinta so eun dengan wajah memohon.

"Aku tak yakin, tapi akan aku coba mengingatnya lagi. Sudah selesaikan?, aku harus pergi sekarang" ucap taehyung sambil beranjak meninggalkan tepi danau felix.

So eun yang melihat itu hanya bisa mengerutu kesal atas tingkah taehyung yang sok itu.

"Oh ya so eun jika kau sangat penasaran, aku punya saran. Datanglah keperpustakaan dan carilah buku yang menjelaskan makna tanda itu. Aku rasa ada buku yang kamu butuhkan" ucap taehyung yang masih berjalan tanpa berbalik.

Flashback end.

"Sial!!. Kepalaku pusing" gerutu so eun.

So eun semakin menengelamkan wajahnya dilipatan tangan dan mencari posisi yang nyaman untuk mengistirahatkan pikirannya. Mata almond itu mulai tertutup dan belum sampai lima detik mata itu kembali terbuka ketika telinganya menangkap sebuah suara.

Bruukkk

Suara benda jatuh didekat so eun. Tubuh mungil so eun reflek tegak dan matanya spontan mencari asal suara.

Disana dilantai yang berjarak sepuluh langkah darinya tergeletak sebuah buku bersampul coklat kuno seperti buku lainnya. Tapi bukan itu yang menarik perhatian so eun untuk mendekat tapi sebuah gambar yang terlihat samar tercetak diatas kertas buku tersebut.

Dengan langkah lebarnya so eun mendekat dan sedetik kemudian mata almondnya membulat syok.

'Simbol ini!' batin so eun histeris.

Tangan so eun bergerak cepat mengambil buku tersebut. Dengan perasaan was-was dia mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang yang telah melempar buku itu. Tidak mungkinkan jika buku ini jatuh sendiri dan tak mungkin kebetulan jugakan jika buku itu buku yang dicari so eun?, pasti ada seseorang yang melemparnya.

Setelah memastikan keadaan, penglihataan so eun tak menemukan satupun orang terlihat kecuali sang penjaga perpustakaan yang masih setia bergelut dialam mimpinya.

So eun mulai bergegas meninggalkan perpustakaan yang mulai mengeluarkan aura aneh dan keadaan yang mulai gelap dengan buku yang berada didekapannya.

***

Seseorang berjalan sendirian dilorong yang sepi. Dengan jubah hitam yang menyapu lantai pria itu berjalan dengan begitu santainya tak memperdulikan keadaan sekitar lorong yang menyeramkan karena bertepatan dengan hutan blackblood disebelah kirinya. Hutan itu masih sama gelap, sunyi, dan menyeramkan.

Wajah sang pria tak terlihat karena tertutup tudung jubah namun senyum miring pria tadi masih dapat terlihat jelas.

Kaki panjang sang pria berhenti ketika ia berada didepan sebuah pintu yang sedikit terbuka dan menampilkan sang kepala sekolah dan guru kelas ramuan sedang berbincang serius.

Senyuman pria itu semakin lebar ketika telinga tajamnya mendengar rentetan kalimat yang keluar dari kedua bibir sang guru.

Kakinya kembali berjalan meninggalkan pintu yang masih sedikit terbuka itu dengan langah ringan dan seringai menyeramkan.

"It's show time"

***

So eun bergegas masuk kedalam asramanya dengan sedikit tergesa-gesa. Dia berjalan menuju meja belajarnya dan mulai mengamati sampul buku yang dia temukan tadi.

Kepalanya kembali pening ketika ia menginggat kejadian tadi.

"Aneh"gumannya.

"T-tunggu, apa ini?!"

Jemari lentikknya bergetar ketika sepasang mata almondnya menangkap dengan jelas kode yang tertera disampul buku tersebut.

"Gila!!!. Ini benar-benar gila!!!" teriaknya tak percaya.

"Bagaimana bisa?" tanyanya lagi.

"I-ini k-kkode buku yang berada di rak terlarang!. Bagaimana bisa buku ini tergeletak dilantai?"

So eun bergetar takut karena siapapun murid akademi dilarang mendekat ke rak terlarang apalagi mengambil buku yang berderet disana. Dan lagi rak itu terkunci dengan mantra yang kuat hingga tak satupun murid bisa membukannya. Dan ada resiko yang harus ditanggung oleh seseorang yang berani mencoba membuka kunci rak tersebut.

Jadi siapa yang mengambil buku ini!!!.

Dengan tubuh yang masih bergetar, so eun mencoba membuka lembar pertama buku tersebut. Namun..

Tok

Tok

Tok

Pintu kamarnya diketuk seseorang. Dengan cepat so eun menyembunyikan buku terlarang itu kedalam laci meja belajarnya. Setelah menjamin buku itu aman so eun bergegas membuka pintu kamarnya.

"Han yura!!" teriak so eun.

"Ehhh kau kenapa?, kau nampak pucat so eun. Apa kau sakit?" tanya yura dengan kawatir.

"Tidak, aku hanya kelaparan" bohong so eun.

"Aaa. Kalau lapar kenapa tak pergi kekantin?!. Aku dan seokjin sudah lama menunggu mu dikantin tapi kau tak kunjung datang. Jadi aku kesini menjemputmu" omel yura.

"Benarkah" tanya so eun dengan raut wajah sok terkejut.

"Iya. Ayo cepat!!" ucap yura sambil menyeret so eun menuju kantin.
.

.

.

.

Tbc.

Hai hai aku balik dengan part yang pendek.

Maaf ya kalau aku lama updatenya.

Mage Of Muggle (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang