21. Rencana 2

240 48 2
                                    

Gemerisik dedaunan kering yang terinjak oleh beberapa pasang kaki terdengar nyaring di dalam sepinya hutan.

"Apa kalian yakin ingin melanjutkan rencana kita" tanya seokjin, berharap-harap cemas menunggu jawaban dari kelima temannya.

"Ya, tak ada cara lain lagi bukan." balas taehyung.

"Bukankah ini rencanamu, kenapa kau jadi yang ragu" oceh jungkook.

Sedangkan seokjin hanya menghembuskan nafas yang terdengar berat.

"Aku ucapkan sekali lagi ini bahaya, sangat bahaya malah" tutur seokjin lagi.

"Sudahlah, kita sudah sampai disini dan tak mungkin untuk kembali. Aku tak ingin jatuh korban lagi" ucap so eun dengan lirih.

"Baiklah, kita tak akan mundur. Well ucapkan selamat datang untuk hutan blackblood teman-teman"

***

Flashback

"Aku pernah mendengar bahwa mayat itu bisa dibangkitkan menggunakan sebuah batu yang namanya aku lupa" ucap seokjin lagi.

"Lalu apa rencananya?" tanya jimin tak sabar.

"Rencananya kita harus mengambil batu itu sebelum batu tersebut diambil oleh para penyihir gelap" ungkap seokjin.

"Lalu?" tanya yura penasaran.

"Ckk. Ya kita harus mencari batu itu lah" balas seokjin, ia menatap sebal sahabat perempuannya itu dan dihadiahi cekikikan oleh sang pelaku.

"Kau tau batu itu disimpan dimana?" tanya taehyung.

"Nahh, itu masalahnya. Aku tak tau tapi menurut buku yang pernah aku baca lokasi batu itu dijelaskan di sebuah buku terlarang"

Deg. Deg

Detak jantung so eun terpacu kala indranya mendengar kata buku terlarang, ya buku itu masih tersimpan rapi dilaci asrama so eun sejak buku tersebut dibawanya dari perpustakaan. Ia belum sempat membacanya lagi karena adanya kejadian-kejadian yang meresahkan sehingga ia melupakan sejenak buku tersebut.

"Tapi sayangnya kita tak punya buku itu hehehe" ucap seokjin lagi dengan disertai tawa kikuk karena ditatap tajam oleh sebagian teman-temannya.

"Lalu apa gunanya kau mengucapkan rencanamu jika kau tak tau lokasinya" teriak jungkook emosi, dengan bar-bar jungkook mulai memukuli seokjin. Sedangkan seokjin hanya mampu berteriak kesakitan.

"Heii!!, sudah-sudah. Aku tau buku itu dimana" ucap taehyung menghentikan aksi anarki yang terjadi didepannya.

Sontak kedua orang yang tengah beradu jotos itu menghentikan aksinya dan mulai mengfokuskan diri untuk mendengar kelanjutan ucapan taehyung.

"So eun bukankah buku itu ada di kamu" ungkap taehyung santai tapi tidak untuk keempat orang lainnya yang kini tengah syok.

"Be-benarkah itu so eun?" tanya jimin dengan gagap.

Sedangkan so eun hanya berdehem untuk menjawab pertanyaan jimin

Flashback off

Begitulah awal dari keenam remaja itu berada dihutan terlarang ini. Mereka berenam menyelinap keluar dari akademi kala fajar akan muncul karena disaat itulah para guru yang berjaga terlelap.

"Ayo kita mulai pencarian kita" ajak taehyung.

***

Mereka berenam terus berjalan diantara tingginya pepohonan hutan. Semakin kedalam suasana semakin sepi dan mencengkam. Suara binatang yang biasanya terdengar kini hanya hening.

"Apa masih jauh?, aku capek" keluh yura dengan wajah penuh keringat.

"Sepertinya masih. Kita istirahat dan mendirikan tenda sekarang saja karena sebentar lagi malam akan tiba" perintah taehyung.

Semua orang bergegas mendirikan tenda dan menyiapkan keperluan lainnya. Setelah selesai mereka berenam berkumpul melingkari api unggun.

"Ini pertama kalinya aku masuk hutan ini" cerita jimin.

"Kau dan aku sama" balas jungkook.

Sedangkan keempat orang lainnya hanya menjadi pendengar.

"Dan kenapa saat pertama kali aku masuk harus dihadapkan dengan situasi yang seperti ini" tutur jimin lagi.

Setelahnya semua orang terdiam membisu dengan segala macam pikiran memenuhi otak mereka.

***

Sebuah pena menari dengan luesnya didalam genggaman seseorang yang kini tengah duduk dimeja kebesarannya.

Sebuah kertas berwarna buram berada didepannya. Seseorang yang diketahui bernama profesor song itu tengah menulis deretan huruf dengan serius.

Namun gerakannya terhenti kala ia merasakan kehadiran orang lain diruangannya. Sontak ia menoleh kearah sang pelaku namun sedetik kemudian sebuah mantra meluncur kearahnya yang mengakibatkan dirinya kehilangan nyawa.

Seseorang dengan jubah hitamnya berdiri didepan mayat kepala sekolah dengan seringainya. Menatap dengan tatapan mencemoh yang ditujukan kepada sang pemimpin artemisia.

"Akhirnya kau mati juga, seorang muggle sepertimu tidak pantas menjadi seorang kepala sekolah" ucapnya tajam.

"Kau lebih pantas mati hahahaha" tawa mengelegar didalam ruangan yang sepi dengan seongok tubuh tanpa nyawa yang ditinggal pergi sang pelaku.
.
.
.
.
Tbc.

Maaf makin gk jelas, aku bingung mau ngetik apa :)

Bye-bye....

Mage Of Muggle (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang