Bagian 8

656 17 2
                                    

Yeay akhirnya update juga :) Maafkanlah tulisanku yang gk ada keren-kerenya sama sekali, aku harap kalian menikmati hasil karya ku yang abal-abal ini :)

---------

"Aaaaaa". Teriakku ketika melihat wajah Ifan tepat di depan wajahku. Tak lama kemudian setelah dia mendengarkan teriakan ku dia pun bangun. 'ya allah aku baru tau kalo Ifan bangun seganteng ini'.

"Lebay". "Siapa juga yang lebay, orang kaget juga". Sanggahku.

'Perasaan tadi malem aku tidur pake jilbab deh, apa jangan-jangan, ya rabbi'. Karena reflek kutarik selimut hingga menutupi seluruh badanku.

"Ngapain Nay? Kaget jilbabnya gak ada?". Jawabnya terkekeh.

"Tadi malem aku lepas, kepo sih, hahaha". Lanjutnya. Satu cubitan pun melayang ke perutnya.

"Aduh sakit Nay, sungguh jahat istriku ini, udah jadi istri tetep aja pakai babydoll". Rintihnya.

"Ye! Dibilangin bajuku babydoll celana sama blouse semua kok". Ujarku kesal. Tak lama kemudian sebuah tangan menerpa perutku yang membuatku terkejut setengah mati, semakin aku bergerak rangkulan Ifan semakin kencang.

"Ifan bisa lepasin gak?". Pintaku pasrah. "Gak, sebelum aku lihat kamu". Dengan terpaksa aku menuruti perintahnya, tak lama kemudian setelah mata kami bertemu, sebuah kecupan bibir Ifan menyentuh bibirku dan segera dia terbangun untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang hamba.

Dan aku yang masih terpaku dengan apa yang telah dilakukan Ifan barusan, "Nay buruan bangun gak usah melongo, cepetan ambil wudhu, aku tunggu di mushola ya". Ucapnya terkekeh melihat responku. "Iyyya Ifan, udah bangun juga". Sanggahku.

Otakku tak bisa jernih karena apa yang telah Ifan lakukan terhadapku, hingga sebuah ketukan pintu terdengar keras di telingaku yang sedari tadi melamun di depan tv.

"Aku apa kamu yang bukain?". Tanya Ifan, sontak aku langsung berdiri melangkah ke sumber suara.

"Assalamualaikum nak". "Waalaikumsalam mama, mama kesini sama siapa?". Tanyaku.

"Itu sama ayah, abi, sama umi juga ikut". "Ngapain ma?". Tanyaku

"Buat nanyain perkembanganmu sama Ifan eh sama suamimu". Ralat Mama yang membuat wajahku seperti kepiting rebus. "Ayo ma masuk".

Mereka pun masuk rumah, dan membuat Ifan terkejut atas kedatangan kedua orangtua kami.

"Eh kalian kemari?". Tanya Ifan.

"Emang kenapa Fan abi gak boleh kesini? Merasa di ganggu ya?". Goda abi yang membuat kami salah tingkah.

"Enggak kok, lagian ini juga hari liburkan?". Sanggahnya.

"O ya kami kesini mau menanyai mu tentang perkembangan mu dan istrimu". Ujar abi.

"Tunggu dulu jangan dimulai aku akan memanggil mereka kemari". Sambung ayah sambil berdiri kemudian meninggalkan kami dan menemui Sia, umi, dan mama yang ada di dapur.

5 menit berlalu mereka pun segera menghampiri Ifan dan abi di ruang tamu lalu duduk.

"Sia ngapain disini? Sana sama suami mu". Ucap mama.

"Gak mau Sia maunya sama mama". Sanggahku.

"Nak turuti mama mu". Jawab ayah kalem, agar aku segera menurut dan duduk di samping Ifan.

"Jadi gini, to the point aja ya, kapan kalian kasih kami cucu?". Tanya ayah.

"What!". Jawabku sangsi.

"Kok kaget sih nak, itukan cuman permintaan kecil kami, kami gak akan minta lagi dari kalian kecuali itu". Jawab umi kalem. "Apa kalian gak kasihan sama kami, umur kami semakin berkurang, dan kami hanya meminta itu ke kalian, kalo kami meminta itu sama adek kalian gak mungkin lah, ya gk?". Sanggah ayah yang membuat kami mengangguk.

"Nunggu kita dewasa ya ma, yah, bi, mi". Pintaku

Akhirnya mereka pun pulang dengan membawa perasaan kecewa terhadap keputusan ku, ya itu keputusanku. Karena Ifan dari tadi terdian tertunduk dan hanya melihatku saat pertanyaan dari kedua orangtua kami bertanya itu tandanya dia menyerahkan semua keputusan di tanganku.

Tak lama setelah kepergian orangtua kami, aku ingin keluar untuk menenangkan semua yang telah mengusik otakku sejak kemarin.

"Fan aku keluar ya". Izinku. "Mau kemana emang". "Gak tau yang penting keluar, pingin jernihin otakku yang penting untuk sekarang". Tak lama kemudian aku lansung keluar. Sedangkan Ifan menatapku punggung ku dengan tatapan bingung.

****

Hujan pun turun dengan sangat derasnya mengguyur kota Sidoarjo. Disisi lain Ifan mengkhawatirkan ku yang sedang berada di luar rumah. Berkali-kali Ifan meneleponku tapi tak kunjung ku jawab, karena kondisiku yang tak memungkinkan untuk menjawab telepon darinya.

'Ya Allah ini anak kemana? Ah ya gps nya di nyalain gak ya? Kan bisa ku lacak lewat gps'. Batinnya sambil memainkan ponsel yang sedari tadi dipegangnya. 'Alhamdulillah ketemu'. Saat itu juga Ifan keluar rumah menggunakan mobil saat hujan masih mengguyur kota. 'Dimana kamu Nay?'. Batinnya was-was. Hingga matanya yang liar mencari keberadaan ku pun berhasil menemukanku, dan berlali menemuiku. "Ya Allah Nay, bangun Nay". Ujarnya getir lalu memboyong badanku menuju mobil.

****

Mataku terbuka, pengelihatanku menjadi blur tapi tak lama kemudian menjadi bersih.

"Udah bangun Nay?". Tanyanya smabil menyentuh dahiku untuk mengecek suhu tubuhku.

"Gak papa cuman pusing aja". Jawabku singkat dan melihat pakaian yang sekarang kugunakan. "Kamu yang gantiin in semua?".

"Iya, emang kenapa?". Reflek tanganku menyubit perut Ifan dan membuatnya merintih kesakitan.

"Baru kali ini aku melihat dirimu sesungguhnya". Godanya.

"Apa? Gak usah gitu bisa gak?".

"Ciee yang malu, enggak-gak yang gantiin Mb Nining, kamu ngarep?".

"Kalo ya sini aku buka bajunya". Sambungnya sambil terbahak melihatku, mungkin wajahku udah kayak kepiting rebus.

Ifan pun memutuskan percakapan kami tadi dan keluar mengambil bubur untukku makan.

"Nih makan, gak mau? Minta disuapin?".

"Belum aja jawab udah nyerocos aja". Jawabku kesal

"Bilang aja minta disuapin, gitu aja susah". Ujarnya yang langsung kuhadiahi cubitan. Ifan pun menyuapi bubur ke mulutku.

"Oya aku mau tanya, kamar ini kurang nyaman ya buat kamu sampai-sampai tidur di alun-alun kayak gitu?. "Gak". "Terus ngapain tidur disana?". "Ya gak tau lah, terakhir aku cuman lagi nonton anak kecil hujan-hujan habis itu bangun-bangun udah disini, ya kali aku tidur disana Ifan". Jawabku smabil menjitak kepalanya. "Dosa kamu jitak kepala suami mu". Katanya tak terima

"O ya aku lupa kalo udah punya suami yang super ngeselin". Bantahku dan membuat kami tertawa.

Friend To JannahWhere stories live. Discover now