Bagian 13

578 17 0
                                    

Yuhuuu readers akhirnya aku bisa update lagi setelah beberapa bulan hiatus, hahaha, maafkan aku, lagi buntu mau digimanain nih cerita kan sebel gitu aja gk bisa kepikiran bikin cerita yang sedih-sedih gitu, bisanya mah yang bahagia, hahaha, udahan ah, silahkan membaca.... 

"Assalamualaikum..".

"Waalaikumsalam, nyari Ifan ya?". Tanyaku kepada 2 teman Ifan, sepertinya mereka teman Ifan, soalnya aku tak pernah melihat mereka sebelumnya.

"Eh iya mbak, kita mau ngerjain tugas dari dosen". Jawab perempuan cantik berparas putih, tapi sayang dia tak berjilbab.

"Ah iya, mari silahkan masuk, kalau ada perlu bisa panggil saya di dapur". Ucapku kemudian meninggalkan mereka.

"Itu tadi adiknya? Sopan banget, ini rumah gede banget ya?". Ujarnya perempuan berjilbab dengan lesung pipi, membuatnya terlihat manis, sepertinya namanya Diana, aku yang masih bisa mendengar perkataanya membatin.

'jadi mereka gak tau kalau aku ini istrinya?'

"Ya yalah, orang ini rumah calon suami gue". Ucap perempuan yang tadi izin kepadaku untuk mengerjakan tugas. Setelah selesai menyiapkan aku berjalan ke ruang tamu.

"Ya ampun dek, pake repot segala, makasih ya?". Ucap Dian.

"Eh kalo boleh gue tau, Ifan darimana sih? Kan secara ya lo kan adiknya, terus orangtua lo dimana?".

"Di Surabaya mbak, orangtua kita di Surabaya mbak, ah itu Ifannya udah dateng, aku pergi dulu ya". Pamitku.

Hubungan kami semakin hari semakin membaik. Sudah hampir 7 bulan kami tinggal di Kota Budaya. Hari dimana acara pernikahan Mas Anjas tiba.

"Nay udah siap, 2 jam lagi jadwal penerbangan lo Nay, cepet ya, aku tunggu di mobil". Pintanya yang sudah menunggu di teras bawah.

"Iyya Fan". Entah kenapa perutku terasa ingin mual dan pusing.

"Tuan! Nyonya Sia muntah-muntah". Ucap Bi Inah was-was yang menimbulkan raut khawatir di wajah Ifan.

"Dimana bi Nayya?". Tanyanya khawatir.

"Di kamar mandi dapur tuan". Tak lama kemudian suara hentakan kaki terdengar keras seperti orang berlari dan suara nafas terengah-engah.

"Nay, kamu sakit?".

"Gak papa Fan ayo, aku udah siap". Jawabku dengan menatap wjaah tampan yang Nampak khawatir melihat wajah pucatku.

"Yakin gak pa.. Naya!". Teriaknya melihatku tergeletak dilantai.

Satu-satu objek yang pertama kali kulihat saat ini adalah atap putih dan bau obat yang menyengat seperti bau rumah sakit, dan ternyata rumah sakit.

"Gimana bu keadaannya? Sudah mendingan?". Tanya dokter dengan senyum manis ditambah lagi lesung pipi yang mengukir di pipinya dan kujawab anggukan.

"Gimana dok keadaan istri saya?". Tanya Ifan khawatir.

"Baik-baik aja, malah ini berita bagus buat kalian". Jawab dokter yang membuat wajah khawatir Ifan berubah menjadi bingung.

"Maksudnya dok?".

"Selamat ya bu, anda hamil, dan usia kandungannya sudah beranjak 6 minggu, cukup jaga kesehatan, mungkin untuk beberapa bulan kedepan anda akan mengalami morning seeknes, kalau sekiranya gak bisa sarapan minum susu ibu hamil ya, dan ini adalah kehamilan di usia muda, jadi anda jaga kesehatan, gak boleh stress ya bu, dan kalau bisa dibuat gerak terus biar babynya sehat, sekali lagi selamat ya atas kehamilannya". Jawab dokter dan meninggalkan kami berdua di tempat kosong dengan diliputi suasana bahagia. Kemudian rasa hangat itu pun menghampiriku.

"Hamil dok?". "Iya, selamat ya".

"Makasih sayang". Ucapnya sambil meneteskan air mata bahagianya dan merapatkan rangkulannya semakin erat.

"Ifan aku gak bisa nafas".

"Maaf-maaf aku terlalu bahagia".

"Maaf karenaku kita gagal untuk ke Sidoarjo, aku gak mungkin membahayakan diriku dan anak kita".

"Gak perlu meminta maaf, kan masih ada kereta sayang". Setelah Ifan selesai registrasi, kami beranjak pulang dan berkemas untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda.

"Halo, kalian belom berangkat? Acaranya nanti malam udah mulai dek, cepetan". Tanya Mas Anjas dengan nada marah-marah.

"Ini mas tadi ke rumah sakit dulu Sia mual-mual sama pusing gitu katanya, kita naik kereta, jadi nanti jemput ya".

"Oya udah kalo gitu, emang perjalanannya gak lama kalau pake kereta?".

"Gak kok mas, kita naik jam 9, mungkin nanti jam 1 udah sampai".

"O ya udah, omong-omong istrimu kenapa? Sakitkah? Kalo iya mendingan besok aja kesininya, lagian akadnya juga lusa".

"Gak kok mas, cuman lagi isi aja". Jawabnya senyam-senyum.

"Wah selamat ya dek, abi umi kasih tau gak nih?".

"Gak usah dulu mas biar tahu sendiri nanti".

"O ya udah salamnya buat istrimu, kalo kayak gini aku kalah dong sama bocah".

"Hahaha enggak kok mas, lagian mas juga mau nikah gitu kok".

"Ya udah hati-hati, tadi umi sempat khawatirin kalian, soalnya jam penerbanganmu juga udah dari tadi sampai sini kan".

"Hehehe mas maaf lupa gak ngabarin sangking senengnya, hahaha".

Percakapan mereka pun terputus, tak lama kemudian Pak Sobri menekan klakson mobil yang artinya mobil telah siap. "Kamu gak papa kan?".

"Udah dibilangin gak papa ya gak papa Ifan". Banyak kenangan yang terukir hari ini, sejarah yang tak akan kami lupakan sampai kapan pun. Aku senang melihatnya bahagia, bahagia yang belum pernah kulihat darinya.

Friend To JannahWhere stories live. Discover now