Bagian 12

884 28 0
                                    



Suara alaram pun membuatku terbangun dan bersiap untuk menunaikan sholat shubuh 30 menit, disaat yang berbeda Ifan masih tertidur. Segera ku bangunkan Ifan, tapi tak lama kemudian sebuah tangan menyambar leherku dan berhasil menarik wajah ku kedepan wajah Ifan, jarak wajah kami hanya berjarak tidak ada 5 cm, dan itu membuatku gugup plus terkejut.

"Aku tau tadi malam kamu gak bisa tidur".

"Aku tidur Ifan".

"Iya tidur, jam 1 pagi, ya kan". Tanyanya sambil membuka matanya. Dan aku masih dalam posisi, posisi dimana membuatku salah tingkah.

"Kamu apaan sih, udah mau shubuh nih, udah sana". Ujarku untuk mencairkan suasana.

*****

"Wah kalian serasi sekali, bajunya, hahahaha, gak-gak Cuma bercanda". Ledek Doni. Kami sengaja memakain pakain senada, dengan bawahan hitam dan atasan biru muda.

"Sia, kamu pakai rok?". Tanya Andik.

"Enggak kok ini hanya rok celana, aku jarang memakai tranning di depan umum, paling cuman di rumah". Jawabku dengan gelengan.

"Karena sudah siap, mari kita berangkat ke TKP". Pinta Doni dengan tak sabaran dan diiringi dengan suara klakson dari Pak Sobri yang sudah siap dengan mobil alphard.

"Pak gak usah repot-repot nganterin kami, Pak Sobri bebas berdua sama Bi Inah, anggap rumah ini milik kalian juga ya". Ucap Ifan yang di jawab senyum bahagia dari Pak Sobri.

Kami pun masuk mobil, dan tak lama kemudian suara tangisan terdengar.

"Doni kenapa Gas?". Tanya Ifan.

"Biasa dulu waktu pake lamborgini lo dia juga nangis kok, apa lo gak liat matanya di snapgram dia waktu itu? Nanti juga diem sendiri".

Kami pun melanjutkan perjalanan sambil menertawakan tingkah Doni saat itu, tak habis pikirku dengan Doni, tadi nangis-nangis tapi kenapa tiba-tiba di berubah menjadi senangnya seperti anak kecil, dan sekali-kali berteriak lewat atap mobil. Tak terasa tempat CFD di Slamet Riyadi pun sampai.

"Ramai banget Fan". Tanyaku sambil merangkul tanganya rapat.

"Ehem inget disini ada 3 jomblo mbak". Ucap Doni sontak membuatku tertawa, bukan hanya aku tapi Ifan dan 2 temannya itu pun ikut menertawainya.

"Biarin aja keles, orang mereka udah halal". Sanggah Bagas yang sepertinya dia tegas.

"Kita lari-lari dulu ya bro". Ucap Andik sambil menepuk pundak Ifan lalu pergi menjauhi kami.

"Fan temenmu unik ya".

"Iya dong".

"Kamu mau apa?".

"Pingin sama kamu terus".

"Apa? Gak salah denger aku?". Dan satu cubitan menghantam perut Ifan.

"Aww sakit sayang". Rintihnya. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat sampai-sampai kami lupa bahwa kami belum makan.

"Kamu gak lapar Nay?". Tanyanya.

"Mau makan yang itu". Jawabku sambil menunjuk pedagang kaki lima di area CFD.

"Ya udah ayo".

Friend To JannahWhere stories live. Discover now