Bagian 10

524 21 0
                                    

Lama ya? Hehehe maaf, aku mungkin jarang update bagian baru, tapi inshaallah sekali update banyak.. :) 

Hari-hari pun berlalu, setelah hari dimana aku sudah merelakan diriku untuk Ifan, hubungan kami terlihat semakin baik. Hingga saat teman-teman Ifan datang untuk mengerjakan tugas dari dosen mereka.

"Assalamualaikum". Salam teman-teman Ifan dari luar pintu.

"Biar aku yang buka". Jawabku.

"Waalaikumsalam". Jawabku dengan senyum. 'sepertinya mereka terkejut dengan adanya aku'.

"Ifan nya ada mbak?". Tanya teman laki-laki Ifan kepadaku.

"Oh ya ada mas, sudah dari tadi nungguin,mari silahkan masuk". Mereka pun masuk dan melongo dengan keadaan rumah kami yang megah, karena itu rumah hadiah abi untuk umi di hari pernikahan mereka.

"Hey bro, apa kabar? Rumah lo gede banget yak?". Tanya teman laki-laki Ifan tapi beda dengan yang tadi, ya teman Ifan yang datang ada 3 dan aku bersyukur tidak ada yang perempuan.

"Alhamdulillah baik, ini bukan rumahku melainkan rumahnya orangtuaku untuk kami tinggali sementara". Jawabnya

"O ya Nay ini temen-temen deketku yang pernah aku ceritain ke kamu waktu itu, dan kalian kenalin ini istriku Adresia". Sambungnya sambil mengenalkan ku kepada teman-temannya yang sedang menatap kami takjub atau mungkin kah mereka terkejut?

"Lo udah nikah Fan? Kirain dia saudaramu eh ternyata istri". Tanya Bagas

"Iya emang kenapa, ngiri? Kita temen SMA loh". Jawabnya sambil merangkukan tangannya di leherku. Ku akui Ifan pintar mencari teman, dia berteman dengan anak-anak liqo' jadi aku tidak perlu mengkhawatirkannya.

"Wow". Jawab mereka terkejut dan berhasil membuatku tertawa.

"Kok lo gak pernah ngasih tau kita sih? Yang minta nikah kalian? ". Tanya Andik

"Nanti kalo kalian aku kasih tau gak bakalan percaya, seharusnya aku kuliah mulai tahun kemarin, tapi gara-gara nikahin dia, jadi diundur deh, yang minta kedua orangtua kita, mereka gak mau kalau sampai kita pacaran dan sebangsanya pacaran".

"Aku pamit dulu ya, selamat belajar, nanti kalau butuh apa-apa suruh Ifan aja ya". Ujarku terkekeh dan di sambut tawa oleh teman-teman dekatnya dan langsung menuju dapur karena mendekati jam makan siang. Di dapur aku menemukan Bi Inah yang sibuk entah sedang mencari apa.

"Lagi ngapain sih bi? Kok bingung gitu?".

"Bukan nyari sesuatu kok Nya, saya cuman lagi ngecek bahan-bahan yang sudah habis di suruh Tuan".

"Bi kalau manggil aku sama Ifan gak usah pake embel-embel 'Nyonya sama Tuan' ya, kita masih muda lo bi, orang umur belom nyampe 20 tahun, tapi kalau Ifan 2 bulan lagi udah 20 tahun".

"Hehehe, kalau gitu saya panggil 'Mbak Sia' gimana? Cocokan? Sama 'Mas Ifan'?

"Hahaha cocok kok bi, udah yuk bi kita masak".

Saat ini kami akan memasak ayam teriyaki, entah mengapa aku ingin membuatnya, mencoba-coba hal baru kan seru, karena aku juga belum bisa buat ayam teriyaki, yah sekalian minta di ajarin Bi Inah

****

2 jam berlalu, merea masih asik dengan mengobrol dan mengerjakan tugas. Tapi hari ini sedikit berbeda denganku, hari ini badanku tidak enak akibat hujan-hujan kemarin, saat menolong anak kecil di taman belakang komplek. Rasa pusing menghantamku dan semua terasa hitam dan kelabu.

Friend To JannahWhere stories live. Discover now