Bagian 11

524 18 0
                                    

Beberapa bulan kemudian, hingga suara telpon pun terdengar di telingaku, dan di jawab oleh Ifan.

"Halo, Assalamualaikum". Salam Abi

"Waalaikumsalam bi". Jawab Ifan.

"Kok kamu yang jawab Fan? Sia dimana?". Tanya Abi.

"Ini disampingku".

"Bikin Loudspeaker"

"Iya bi".

"Kapan kalian kasih kami cucu?". Tanya abi yang spontan membuat Ifan menoleh kepadaku dan mata kami bertemu sesaat.

"Kok lama jawabnya?". Sambung abi.

"Em anu bi, Ifan lagi sibuk kuliah dan Sia..."

"Kalau udah waktunya pasti kita kasih kok bi". Jawabanku membuat Ifan menoleh tak percaya yang di katakan istrinya.

Ifan masih dengan tatapan bingung, tapi di dalam telpon abi dan umi merasa senang karena pengakuanku yang sudah mulai untuk memenuhi permintaan orangtua kami. Saat menjawab telpon abi kadang aku menoleh kea rah suamiku untuk melihatnya, dan Ifan tetap sama dengan tatapan sebelumnya, dia masih melongo. Ketika sambungan dari abi terputus dan Ifan langsung melahapku dengan beberapa pertanyaan.

"Kamu serius dengan apa yang kamu bilang tadi?". Tanyanya memastikan dn kujawab dengan anggukan, tak lama kemudian sesuatu yang hangat kurasakan, ya pelukan terhangat dari suamiku.

"Makasih". Ucapnya getir.

"Buat apa?". Tanyaku yang membuat pelukannya semakin erat.

"Assalamua....laikum". Salam Bagas, Doni, dan Andik, yang membuat kami melepas pelukan dan salah tingkah.

"Waalaikumsalam, eh kalian ayo masuk". Ajakku masuk lalu segera meninggalkan mereka.

"Ciie tadi kenapa? Kok kayak mau nangis gitu ya?". Tanya Andik.

"Hah? O yang tadi? Gak papa, lagian kalian kesini gak bilang-bilang sih". Gerutu Ifan.

"Bisa gak besok-besok kalau gue kesini gak kayak gitu lagi?". Tanya Doni yang membuat mereka tertawa.

Wajah bahagia Ifan tak bisa dipungkiri, dan wajah bahagia seperti itu yang baru aku lihat setelah menikah. Mungkin aku terlalu egois dengannya. Mungkin aku harus merubah sikap egoisku untuk selamanya, walaupun tak bisa hilang mungkin aku akan menguranginya.

*****

"Nay, mereka mau nginep, boleh?". Tanyanya.

"Loh ini kan rumahmu, nagapain harus izin aku, yang penting gak teman cewekmu yang kesini, lagian besok juga hari ahad kan? Sekalian ya CFD bareng kita, CFDnya di Jl. Slamet Riyadi aja ya Fan, bosen kalau di komplek ini terus". Jawabku yang di balas senyuman bahagia dari teman-teman Ifan

"Makasih ya Sia, oke kita mau kok".

"O ya kalian tidur di kamar atas apa bawah biar di rapiin Bi Inah".

"Di bawah aja deh". Jawab Bagas.

"O ya kalo mau ganti pakaian ada di lemari kamar bawah ya". Ujarku. Lalu segera beranjak untuk menyiapkan makan malam.

*****

"Fan temennya suruh makan dulu mainnya di pending, cepet ya gak pake lama". Teriakku.

Friend To JannahWhere stories live. Discover now