"Ren aku minta putus! " hitam bola mata itu terlihat kejam dipandang, sampai akhirnya membuat logikaku menjadi arang
"Kenapa? " suara itu lirih.
"Seperti hujan yang belum tentu di akhiri dengan pelangi begitu juga dengan pertemuan yang belum tentu diakhiri dengan memiliki, maaf kamu harus menerima kekejaman takdir dari tuhan"
Sakit. Itu yang di rasakan Randy. Cinta itu hanyut terbawa oleh air mata kehilangan. Ini bukan kekejaman takdir namun ini adalah ke egoisan diri yang tak melihat apa arti pengorbanan. Kesabaran yang tak yang tak dinilai seakan semua menjadi abu.
Dug
Pelupuk mata itu singkat terbuka. Mimpi? Ternyata kekejaman itu hanyalah mimpi, lidah mengatakan putus hanyalah mimpi.
Jantungku terus berdebar, fikiran seolah bertanya "Ada apa?"
Entahlah, aku tak tahu ada rasa khawatir yang menganggu hatiku, entah itu mengkhawatirkan apa ?Apakah mimpi itu menandakan aku harus memutuskan Rendy ? Atau mimpi itu menandakan kekejamanku terhadap Rendy ?
Entahlah kepalaku sedikit sakit karena mimpi itu datang tidak lama setelah aku tidur. Aku tidak mau berlarut larut tentang hal yang tak pasti yang datang dari mimpi.
Drett.. Drettt
Handphone ku betgertar di atas meja terlihat nomor baru masuk. Mungkin Rendy pake hp adiknya lagi.
"Hallo," suara tak asing namun bukan suara Rendy
"Ya, ini siapa? "
"Ini Rey," sotak aku sedikit kaget. Bukannya dia kemarin terlihat marah? Mengapa sekarang dia menelpoku
"Ini Vela kan ?"
"Iya aku Vella."
"Mengapa belum tidur?"
"Aku sudah tidur tadi, tapi kebangun lagi."
"Lho, kenapa?"
"Mimpi buruk."
"Lho, kok bisa?"
"Bisalah."
"Hmm. Kamu sudah menerima Puisiku?"
"Puisi apa?"
"Kaleng"
"Oh jadi kamu yang kemarin nimpuk aku."
"Hehe maaf ya."
"Sakit tau."
"Iya iya maaf, gak benjolkan?"
"Benjol segede kutil."
"Hahaha kecil dong."
"Oh jadi kamu pengen aku benjol segede beduk di masjid gitu?"
"Santai bu, lagi PMS ya?"
"Hahaha."
"Cewek mah gitu."
"Gitu apa?"
"Hehe ampun," suara Rey seperti senang sekali ku dengar. Dan entah mengapa hatiku pun ikut senang karena Puisi itu memang buat aku
"Apakah kamu suka denga puisinya?," tanya Rey kembali
"Gak!"
"Kenapa?"
"Gak mau cuma satu pengen nya banyak hahaah."
"Dasar cewek!"
"Kenapa lagi cewek?"
"Galak!"
"Oh jadi kamu berfikir aku galak! Gitu?
"Enggak, enggak hehe. Ampun."
"Hahaha."
Malam itu percakapan sangat memanjang dengan canda tawa semuanya membaur menjadi rasa bahagia.
"Eh, ngomong-ngomong tadi kamu gak sekolah ya?," suara Ray agak berbeda, seperti pembicaraan yang serius.
"Iya."
"Kenapa ?, kamu sakit ?"
"Iya."
"Sakitmu bukan karena aku timpuk kan ?"
"Haha bukan kok."
"Terus ?"
"Kemaren aku ribut sama hujan tapi kalah soalnya hujan datang nya gerombolan dan main keroyokan jadi deh aku sakit."
"Hahaha kau ini." Ray tertawa, dan membuat aku ingin tertawa juga. Aku merasa semakin bahagia karena aku merasa dia memperhatikanku.
Bersambung......
.
.------------------------------------------------------------
Assalamualaikum..
Haii haii haii. Maaf naskahnya jarang ku lanjut, sumpah mager banget, mungkin karena ketidak percayaan diriku atas naskah ini (maklum pemula) 😓
Jadi aku minta saran nih ke temen temen semua atas naskahku ini. Apakah naskah ini lebih baik dilanjut atau tidak. Saranmu akann aku tanpungTerima kasih
Wassalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
PDKT
Teen FictionPDKT yang salah. PDKT yang berakhir perselingkuhan. Apa jalan keluar ketika kita mencintai namun kita sudah memiliki ? Meninggalkan orang yang kita miliki demi orang yang kita cintai ? Atau mungkin meninggalkan orang yang kita cintai demi menjaga...