2

10.4K 274 2
                                    


Terdengar suara pintu apartemen diketok.

"Iya sebentar..." teriak Bianca.

Kemudian Bianca membuka pintu. Dia melihat sebuah rangkaian bunga yang sangat besar sekali di depan mukanya, sampai Bianca tidak bisa melihat orang yang membawanya karena tertutup rangkaian bunga itu.

"Wow... buat siapa ini mas?" tanya Bianca.

"Saya kurang tau mbak. Saya Cuma bertugas mengantar. Ada kartunya di situ mbak, mungkin ada nama pengirimnya," jawab mas pengantar bunga.

"Tolong tanda tangannya mbak," pinta masnya.

Bianca segera menanda tangani kertas tersebut.

"Trimakasih," kata masnya dan minta ijin untuk pergi.

"Iya. Sama-sama mas." Jawab Bianca dan membawa masuk karangan bunga tersebut.

Cepat-cepat Bianca menaruhnya dan mengambil kartu yang ada di bunga tersebut. Bianca sangat penasaran siapa orang yang sudah mengirim karangan bunga tersebut.

"To Natalie Adiwijaya, aku akan mengirim utusanku malam ini kerumahmu untuk menjemputmu jam tujuh tiga puluh untuk makan malam," kata Bianca sambil membaca tulisan di kartu tersebut.

"Buat aku? Serius?" jawabku seakan tidak percaya.

Karena rasanya belum pernah ada orang yang memberikan karangan bunga sebesar dan seindah itu di dalam hidupku sebelumnya. Aku kemudian membaca kartu yang diberikan Bianca.

"Hah? Kartu ucapan apa ini? tidak ada nama pengirimnya lagi. Ini ajakan makan malam apa mau diculik sih. Nakutin banget," kataku dengan sengit dan keheranan.

"Mana ada orang nyulik pake karangan bunga juga Nat. Kamu ini ada-ada aja," saut Bianca.

"Trus ini apa coba?"

"Ya... mungkin ada seseorang penggemar. Semacam secret admirer kamu gitu," kata Bianca menggodaku.

"Apaan sih. Nakutin banget. Aduh aku paling gak suka kayak gini ini. Gak jelas banget."

Terdengar suara nada dering dari ponselku.

"Hallo?"

"Ini saya bicara dengan Ms. Natalie?" tanya seseorang pria dengan suara berat.

"Iya benar. Ini dengan siapa saya bicara?"

"Maaf nama saya Wisnu, saya utusan dari Mr. Alvino Gunadi. Saya di minta untuk mengirim karangan bunga untuk anda. Apa anda sudah menerimanya?" tanya pria tersebut.

"O... jadi ini dari Alvino Gunadi. Ya saya sudah menerimanya."

"Baiklah kalau begitu, jadi saya akan menjemput anda nanti malam?" jawab Wisnu.

"O... ya soal itu, tolong anda sampaikan pada Tuan Gunadi kalau saya tidak bisa." Jawabku tegas.

"O begitu... boleh saya tanya alasannya? Karena saya harus melaporkan hal ini ke Mr. Gunadi," tanya Wisnu.

"Bilang saja saya sibuk karena ada kerjaan, begitu saja. Trimakasih," jawabku sambil menutup ponselku.

"Hah, Kamu menolak ajakan Alvino Gunadi? Kamu serius? Ya ampun Nat," kata Bianca dengan nada heran.

"Kamu tau enggak kalau kamu ini beruntung banget. Enggak semua wanita bisa diajak kencan dengan Alvino Gunadi."

"Aduh, itu bukan ajakan kencan kali Bi. Mana ada orang ngajak kencan tapi kata-katanya seperti itu. Pasti dia belum puas kemaren mempermalukan aku. Makanya dia mau ketemu aku biar bisa mempermalukan aku lagi. Dasar... orang kok jahat banget," jawabku ketus dan penuh prasangka.

Sweet doll & Mr. PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang