Foto Pahmi dan Reni telah ter-upload 3 minggu yang lalu. Komentar positif dan komentar negatif bertebaran.
Hari ini adalah hari jadi Pahmi dan Reni yang ke satu bulan.
Tak kalah penting juga, kabar mengenai Mekae yang membuat Pahmi harus memilih antara Mekae dan Reni.
Pahmi mendapat kabar bahwa dalam perjalanan pulang Mekae dari rumah neneknya, bis yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.
Satu bulan Mekae di rumah neneknya dan saat perjalanan pulang dia kecelakaan. Bayangkan betapa rindunya Pahmi kepada Mekae. Berapa hari lagi Mekae harus absen dari sekolah?
Pahmi yang duduk termenung mendengar Mekae kecelakaan itu dikagetkan oleh Reni, pacarnya.
"Halo, Misay, Pahmi sayang, tau ga ini hari apa? Bawa hadiah ga?" Tanya Reni dengan mata berbinar.
"Hah? Apaan? Gatau. Ga." Jawab Pahmi dengan tatapan sayu seperti orang yang tidak punya harapan hidup.
"Ko kamu lupain tanggal jadian kita sih, hari ini kan tanggal jadian kita, kamu kenapa sih, kaya ga semangat, huh" Ucap Reni kesal menepuk-nepuk pipi Pahmi.
"Mekae di rumah sakit sekarang, baru lewat masa kritisnya, katanya," Kepalanya masih menunduk.
"Di hari penting gini kok mikirin Mekae sih, kamu sayang aku atau sayang Mekae?" Tanya Reni menaikkan sedikit nada bicaranya. Matanya melotot kesal. Zira dan Galih memperhatikan mereka.
"Bikin seneng dong di hari yang penting gini mah, Mi," Ucap Zira mendukung Reni, temannya.
"Bukan gitu, Ren. Aku udah ga ketemu Mekae sebulan, kita tu udah sahabatan dari kecil. Dia sakit, rasanya aku juga ikutan sakit," Pahmi menjelaskan dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Bilang aja kalo lu belum move on dari Mekae. Alay lu." Bisik Galih lalu pergi keluar kelas disusul Zira dan Reni.
***
Pulang sekolah, Pahmi berencana pergi menjenguk Mekae di rumah sakit. Berjalan memikirkan apa yang harus dibawa, Reni tiba-tiba datang mengagetkannya.
"Nonton yuk," Ajak Reni.
"Aku harus ke rumah sakit," Jawab Pahmi.
"Jenguknya bisa besok, Mi. Hari ini hari jadi kita. Kalo ga mau nonton, makan aja deh," Ajak Reni lagi.
"Gabisa Reni. Kamu kenapa sih?" Nada bicara Pahmi meninggi.
"Maaf, Ren," Lanjut Pahmi.
"Kamu pilih aku atau Mekae," Tanya Reni membalikkan badannya.
"Jangan bikin aku milih, Ren." Berusaha membalikkan badan Reni, tetapi sangat sulit.
"JAWAB MI!" Teriak Reni.
"Oke, Maaf Ren, makasih buat sebulan ini, aku ke Mekae, ya," Pahmi langsung berlari menuju rumah sakit. Reni pun berlari ke arah yang berlawanan.
Tak sangka, kisah Pahmi dan Reni hanya bertahan satu bulan. Cukup menyenangkan mengenal Reni. Itu yang ada di pikiran Pahmi. Tapi, sekarang, yang lebih penting adalah Mekae.
Sesampainya di rumah sakit dengan berlari, ia bertanya kamar dengan nama Mekae Ratya ke suster yang duduk di depan komputer. Beberapa detik dicari, nomor kamarnya pun ketemu dan Pahmi kembali berlari menuju kamar Mekae.
Di depan kamar Mekae, Pahmi merapikan seragamnya, tasnya juga rambutnya yang berantakan karena berlari. Tidak lupa mengelap keringat dan mengatur napas agar terlihat normal. Setelah semua siap, dibukalah pintu kamar Mekae itu.
"Hey, Mi, Lu bawa apa kesini? Buah? Kue? Biskuit?" Tanya Mekae yang terduduk lemas di tempat tidurnya. Bau rumah sakit melekat dan banyak tertempel perban di tubuhnya.
"Gue kira gue bakalan mati, Mi. Ternyata engga. Terus gue liat di instagram lu pacaran ya ma Reni. Lu belum ceritain. Gimana jadiannya? Terus sifatnya gimana?" Lanjut Mekae.
Pahmi diam terharu. Segera dia berlari memeluk sahabatnya itu.
"Lu gapapa, Mek? Lama banget ya ga ketemu, ga main bareng, ga makan bareng," Pahmi terus memeluk Mekae yang penuh perban itu.
"Woy, sakit, gila ni anak, gue gapapa, lepasin, nanti gue mati gimana?" Melepas pelukan Pahmi. Pahmi duduk di tempat tidur Mekae.
Berhadapan.
"Jadi gimana sama Reni?" Tanya Mekae
"Btw, lu jenguk gue ga bawa apa-apa ? Sobat macam apa ini," Mekae memukul Pahmi sambil tertawa, dibalas dengan senyuman haru dari sahabatnya Pahmi. Pahmi tidak menyangka Mekae masih bisa tertawa dalam keadaan parah seperti ini.
"Gue dah putus kok ma Reni, ga usah dipikirin, yang lebih penting sekarang lu harus sembuh, sayang absen sekolah tuh, PR numpuk juga," Ucap Pahmi serius.
"Yah, padahal gue mau minta pajak jadian. Huh. PR? Apa itu PR? Ehehe," Jawab Mekae santai.
"Lu masih hutang cerita ke gue," Pahmi mendekat.
"Apaan?" Tanya Mekae.
"Ceritain tentang kaka kelas yang berantem sama lu sebulan yang lalu,"
Deg.
"Eh, em, mending jangan bahas itu dulu, Mi," Terlihat jelas Mekae berusaha menutupi sesuatu dari Pahmi.
"Gue pengennya sekarang," Paksa Pahmi.
"Yaudah, iye, ah, jadi gini, gue berantem gara-gara gue nolak adiknya. Dia marah dan langsung hajar gue bareng temen-temennya. Terus gue ilang sebulan buat ngehindar sementara dari si kakak itu," Mekae minum dulu, "Terus, kejadian kecelakaan ini di luar dugaan, yaa, terus, yaa, gitu deh," Lanjut Mekae.
"Gitu ya, parah ya, kenapa lu ga terima adenya aja? Bukan tipe lu?" Pahmi semakin penasaran.
"Gue ga mau pacar-pacaran dulu lah, ribet," Mekae tertawa sedikit.
"Iye bener ribet," Pahmi ikut tertawa.
Pahmi dan Mekae ngobrol banyak hal. Dari mulai tentang cewek, nenek Mekae, sekolah dan lain lain. Mereka berdua memang tidak terpisahkan. Tidak ada rahasia diantara dua manusia ini.
Percayalah, sahabat sejati itu benar-benar ada. Entah kapan dan dimana akan bertemu, tapi pasti ada meskipun hanya 1 orang.
Mekae merasa cukup hanya dengan Pahmi, begitupun sebaliknya.
Pacar?
Jika mereka mempunyai pacar masing-masing, Pahmi tetap menjadi prioritas Mekae dan Mekae tetap menjadi prioritas Pahmi.
----
Vomments^^
Vomments bisa menambah semangat oey. Makasih^^Maaf buat chapter ini maksa banget ehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Homo
Humor2 orang lelaki yang tinggal bersebelahan dan sudah berteman sejak kecil itu terlihat seperti berpacaran. "Jangan deket-deket sama mereka. Homo. Hahaha" Ejekan dan tertawaan mereka terus terngiang sampai ke dalam telinga Pahmi dan Mekae. Terkenal tid...