Pacar

1.7K 147 38
                                    

Pahmi mempunyai seorang pacar. Ini adalah fenomena langka yang ada di sekolahnya. Teman-teman kelasnya tidak ada yang menyangka bahwa Pahmi yang biasanya selalu bersama Mekae akan memiliki pacar yang jika dilihat dari fisik tidak buruk juga.

"Mi, mi, ko lu bisa pacaran ama Reni? Dia lumayan ya, itunya besar,"

Apaan yang besar dah.

"Waktu ultah Dendi ya lu pacarannya? Gue ga nyangka sih, kirain kemarin tuh cuma deket doang,"

"Mekae dikemanain, bro?"

"Mekae gapapa tuh?"

"Homo kok pacaran."

"Yah, nambah lagi 1 pasangan di kelas kita. Lah gue kapan?"

"Jangan sama si Reni, nanti lu berubah!"

Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan teman-teman sekelasnya pada Pahmi. Tidak hanya pertanyaan, pujian dan ejekan pun tidak kalah banyak dengan pertanyaannya. Gosip tentang Pahmi dan Reni berpacaranpun tersebar luas dengan cepat seperti angin yang membisikkan kepada telinga mereka masing-masing.

"Selamat pagi, sayang."

Geli banget ini.

"Ya, pagii....." jawab Pahmi kepada pacarnya itu dengan sedikit senyuman.

Pahmi merasa bersalah karena belum memberitahu Mekae.

"Kamu ga terlalu ganteng kalo dibandingin sama mantan aku, tapi, kamu oke juga kok, mata kamu bagus, rambut kamu ga lepek, kulit kamu mulus, suka deh." Ucap Reni sambil meletakkan tasnya di tempat duduknya. Sebelah Zira.

"Pagi-pagi udah deket aja. Gue mah telat mulu si Galihnya." Ucap Zira yang terlihat iri melihat Pahmi dan Reni.

Hari ini rambut Reni diikat dengan sedikit tidak rapi. Poninya terlalu ke kiri, ikat rambutnya kurang kencang, tapi terlihat cantik.

Pahmi menghampiri Reni dan merapikan rambutnya. Menata ulang ikat rambutnya, meluruskan poninya dan terlihat sedikit rindu disana.

"Cie.. ciee...." ucap teman-teman sekelasnya.

Rindu?

Rindu Mekae.

Biasanya ia merapikan rambut Mekae yang jarang disisir kalo ke sekolah.

"Mekae kok belum dateng, ya?"

"Iiih, kamu kok nanya Mekae terus padahal ada pacarnya di depan, huh" Reni kesal. Tapi, Pahmi tetap mengkhawatirkan anak satu itu.

Pelajaran dimulai. Pahmi duduk sendirian, karena Mekae tidak masuk sekolah.

"Apa Mekae marah ke gue gara-gara gue ga pulang dari rumah Dendi kemarin? Apa karena gue punya pacar? Ah, gue kan belum bilang ke dia. Aduh, dia kenapa ya," Pahmi terus memikirkan Mekae. Tidak biasanya dia tidak memberi tahu Pahmi jika akan tidak sekolah.

Saat istirahat, Reni mengajak Pahmi ke kantin. Makan bersama Zira dan Galih. Pahmi tetap memikirkan Mekae. Dia tidak biasanya makan di kantin sekolah, karena Mekae selalu membuatkannya makanan. Di kantin itu kurang terjamin katanya.

Akhirnya, Pahmi ikut Reni, Zira dan Galih ke kantin. Memesan makanan dan minuman yang sama dengan Reni.

1 mie ayam lengkap dengan pangsitnya dan sebotol teh kotak, sama persis seperti Reni. Padahal, Reni belum tahu kriteria makanan Pahmi seperti apa. Ia langsung memesan apa yang biasa ia pesan.

"Ke wc dulu ya," Pahmi tidak biasa memakan makanan kantin. Berlari menyusuri lorong, berbelok mengikuti panah arah bertulis toilet laki-laki,  mencari pintu yang terbuka dan ada di paling ujung barisan kamar mandi itu. Ia masuk ke kamar mandi ujung itu, yang terkenal horror-nya.

Plup. Plup. Plup.

Sistem eksresinya bekerja sangat cepat. Ia menjatuhkan beberapa itu. Dalam ilmu biologi disebut feses.

"Eh, eh lu tau ga si kalo si Pahmi kelas 10 IPA 5 itu, yang homo itu, punya pacar dih. Pacarnya cewe, bro." Ucap laki-laki satu.

"Masa sih, bro? Cantik ga?" Tanya laki-laki satunya.

Terdengar obrolan dua orang laki-laki yang masuk ke toilet laki-laki dan terdengar oleh Pahmi yang ada di salah satu balik pintu kamar mandi.

"Ternyata bukan cuma cewe yang hobi gosip, cowo juga, parah," Hati Pahmi berkata.

Plup. Plup.

Sesuatu terakhir yang Pahmi keluarkan dari dalam tubuhnya. Segera ia menyiramnya dan membersihkan 'itu'nya.

Pahmi berlari keluar. Menuju kantin yang sangat padat itu untuk kembali menemui Reni, Zira dan Galih.

Cari-mencari, berdesakan mencari 3 anak itu. Akhirnya ia menyerah dan kembali ke kelas.

"Lama sih ke kamar mandinya, jadi kita tinggal, sorry," Ucap Reni yang sedang duduk di atas meja Pahmi sambil menyeruput es teh yang terlihat menyegarkan.

"Gapapa," Pahmi segera duduk di kursinya, mengecek hp nya dan ternyata tidak ada apa-apa. Berharap ada sesuatu dari Mekae atau keluarga Mekae.

Tring.

Pesan yang sangat ia damba-dambakan akhirnya muncul juga.

Chat melalui Line'.
Mekae:
"Gue ga masuk sekolah y, gue lagi di rumah nenek, y nenek gue sakit." (10.31)

Pahmi segera membalas pesan dari anak yang ditunggu-tunggu itu. Perasaan senang bercampur khawatir tersirat di wajah yang pas-pasannya itu.

Pahmi:
"Oke, bro. Semoga cepet sembuh nenek lu. Ati-ati ntar pulangnya," (10.32)

Pulang sekolah, Pahmi pulang bersama pacarnya, Reni Suryati.

"Misay," Panggil Reni sambil menarik tangan Pahmi.

"Misay?" Tanya Pahmi.

"Pahmi Sayang," Tawa Reni berseri setelah mengucapkan panggilan yang cukup memalukan itu.

Malu. Alay. Itu yang dipikirkan Pahmi.

"Oh singkatan yang bagus," Dengan sedikit ekspresi kesal. Tapi, Reni tak mempedulikan reaksi Pahmi.

"Foto yuk, tar kita upload ke Instagram, sekarang," Reni Mengeluarkan hp nya. Segera ia membuka icon bergambar seperti kamera yang ada di hp nya itu.

Clek.
Satu foto telah berhasil ia dapatkan.

***

Satu minggu berlalu, waktu memang berlalu begitu cepat. Foto satu minggu yang lalu pun baru ter-upload.
Mekae belum juga sekolah, Reni masih seperti satu minggu sebelumnya dan Pahmi makin dekat dengan Reni.


----

Vomments^^
Vomments bisa menambah semangat oey. Makasih^^

Bukan Homo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang