1.Guntur Pradipta Bumi

121 11 13
                                    


Bismilahirohmanirrohim 🙏
Semoga suka ya :)

*****

Suara lantang dari seorang guru yang berada didepan papan tulis putih itu seakan memberi efek kantuk kepada para murid muridnya.

Seorang cowok yang kini tengah duduk diantara puluhan orang didalam kelas,mulai muak dengan apa yang dihadapi. Bukan cowok itu saja yang merasa muak dan jengah sebenarnya,namun beberapa siswa juga ada yang merasakan hal yang sama. Kebanyakan siswa di kelas ini sangat tidak suka dengan pelajaran Fisika. Materinya yang sulit,ditambah gurunya yang horror semakin membuat Guntur dan teman temanya sangat merasa muak.

Tanpa basa basi Guntur keluar begitu saja melewati orang tua keduanya. Pak Wawan yang kini berdiri didepan papan tulis menatap tajam anak itu.

"Mau kemana kamu ?" tegur pak Wawan dengan suara yang agak meninggi. Wajahnya yang sudah merah padam melihat tingkah anak itu berusaha sabar untuk menghadapinya.

Guntur yang kini sudah berada diambang pintung membalikkan badan.

"Toilet pak" jawabnya enteng.
Sungguh tidak ada sopan sopannya sama sekali.

"Kamu anggap saya ini apa ha ?" bentak pak Wawan yang sudah kehabisan kesabaran. Kemudian mendekat kearah Guntur. Siswa lainnya merasa senang dan dengan segera mendelosorkan kepalanya kemeja. Berkah bagi mereka semua,karena pelajaran terhentikan.

"Saya ini guru kamu,tidak seharusnya kamu keluar begitu saja Guntur!!"

Guntur sama sekali tidak merasa takut,apa lagi merasa bersalah. Ia sengaja menyenderkan tubuhnya dipintu dan dengan keadaan kedua tangannya yang menjadi tumpuan dikepala bagian belakang.

"Saya tau kalo bapak guru saya. Saya hanya nggak mau bapak terganggu dengan permintaan izin saya nantinya,kurang baik apa saya pak" dengan bangganya ia menjawab seperti itu.

"Guntur,kamu ini kelas 12 dan  sudah seharusnya kamu bersikap sopan tanpa diperintah siapapun." lagi lagi pak Wawan mengeluarkan suaranya dengan wajah yang menahan emosi.

Tidak terlihat sedikitpun raut muka takut diwajah Guntur. Ia sudah terbiasa dengan hal kecil seperti ini.

"Udahlah pak,saya mau ke toilet ini udah diujung pak,bapak lanjutin aja ngajarnya." alibinya, dengan santai ia kembali meneruskan jalannya keluar dari kelas.

Dengan nafas yang terburu buru pak Wawan menarik tangan Guntur secara paksa. Kelas yang ditinggal terdengar sangat ricuh dan gaduh. Surga dunia katanya.

"Pelan dong pak." kata Guntur seraya melepaskan lengannya yang ditarik pak Wawan. Ia mengikutinya dengan malas.

"Saya sudah sangat kehilangan kesabaran menghadapi kamu,sudah puluhan kali kamu bertindak seenaknya seperti tadi. Kapan kamu berubah ?" bentak pak Wawan.

"Terserah saya dong pak."
Dasar,orang ganteng mah gitu. Ck.

"Kamu nggak kasihan orang tua kamu,yang bersusah payah menyekolahkan kamu ? Papa kamu banting tulang buat kamu. Buat kehidupan kamu. Kamu nggak mau seperti papa kamu ?" pak Wawan memuji muji papa Guntur,ia mengenalnya,ya karena ia pemilik yayasan sekolah ini.

"Nggak usah terlalu ikut campur kehidupan saya deh pak, papa saya memang selalu baik didepan semua orang,jangan pandang orang dari sisi depannya saja pak" penjelasan mencekam berhasil membuat pak Wawan terpaku. Penjelasan yang diakhiri dengan bisikan.

"Siapa tau dibelakang jahat"
Bisik Guntur dan kembali membuat Pak Wawan terpaku.

"Dia jahat banget kalo sama saya pak. Bapak nggak tau ? Sayang sekali. Memang pintar sekali papa saya ya" bisiknya lagi.

Mereka kini tengah berdebat sebuah dilorong menuju ruang BK yang terbilang sepi dan jauh dari area area kelas.

Pak Wawan tak percaya dengan pernyataan yang dilontarkan Guntur,begitu blak blakanya dia untuk mengungkapkan kisahnya dihadapan Pak Wawan.
Ya,karena Guntur sudah lelah karena selalu papanya yang dibangga banggakan,tanpa mereka tahu perlakuanya kepada Guntur.

"Bapak nggak percaya ? Terserah anda lah pak" pasrah Guntur santai. Ia tidak peduli jika Pak Wawan percaya atau tidak dengan ungkapanya tadi.

"Sekarang ikuti saya." suara pak Wawan melemah.

Dengan langkah malas,Guntur mengikuti pak Wawan dari belakang. Ia sangat hapal lorong yang ia tapaki ini menuju kemana. Kemana lagi kalo bukan ke ruang BK.

GUETTAWhere stories live. Discover now