5. A problem

58 6 0
                                    


Terlihat Guntur yang sedang maju berdiri didepan papan tulis kelasnya sambil menulis jawaban  dari pertanyaan yang diberi oleh Pak Rozak guru Matematika.

Selesai Guntur menulis didepan ia berbalik untuk kembali duduk dibangkunya. Ia berjalan dengan angkuh. Ia sangat yakin bahwa jawaban yang ditulisnya itu benar.

"Guntur!"
"Apa apaan kamu ini!!" sentak Pak Rozak tegas.

Guntur yang sedang duduk dengan santai,mengerutkan alisnya. Siswa lainya pun melakukan hal yang sama seperti Guntur.

"Apanya yang apa apaan ?" timpal Guntur santai. Seakan tak ada masalah dalam jawaban yang ditulisnya itu. Jelas jelas Pak Rozak marah,pasti terdapat kesalahan pada jawaban Guntur.

Pak Rozak yang sedari tadi ternganga mendapati jawaban dari Guntur kini ia menghampiri Guntur dengan posisi tangan yang diumpatkan kebelakang. Ternyata tidak,jawabanya tertulis dengan sempurna. Luar biasa. 

"Bagaimana bisa kamu mengerjakanya ? Bahkan saya yakin kamu tidak pernah belajar." ujar pak Rozak terheran heran.

'Jangan suka ngeremehin orang makanya,datengnya telat sih'
Asta membatin. Ya,pak Rozak memang guru baru,ia guru pindahan dari SMA Bima Sakti.

"Saya memang nggak pernah belajar pak" jawab Guntur jujur.

Pak Rozak dapat berkata seperti itu,mungkin karena dapat laporan laporan dari guru guru lain yang mengajar Guntur.

"Lalu bagaimana kamu tahu jawaban itu ?"

Guntur membuang nafas pelan,
"Nggak tau pak saya asal nulis aja" jawab Guntur asal.

Pak Rozak tidak menanggapi  jawaban dari Guntur,melainkan ia kembali kedepan papan tulis untuk melanjutkan pelajaranya kembali. Karena Pak Rozak berpikir,lebih baik dia bertanya pada guru guru lain 'apakah Guntur pintar ?' kira kira seperti itu yang ada dipikiranya.

***

Jam istirahat kedua telah tiba,Letta bergegas kekantor untuk mengumpulkan buku tugas dari teman sekelasnya. Bukankah Daniel si ketua kelas yang harusnya mengantar ?
Daniel sedang Izin,ia hari ini tidak masuk sekolah. Jadi teman temanya yang menyuruhnya untuk mengumpulkanya karena ia mengumpulkan bukunya pada urutan yang terakhir,jadi dialah yang harus mengantarkan bukunya. Tidak masalah bagi Letta,karena dibantu oleh Jonatan dan Calvin. Ayla ? Ia memilih duduk dibangkunya seraya membaca novel.

"Calvin,Jonatan,makasih ya udah bantuin aku" ucap Letta penuh senyum.

Bukanya membalas ucapan dari Letta keduanya malah senyum senyum tidak jelas disamping kiri kananya Letta. Sampai sampai Letta harus menyadarkan mereka berdua dengan menyikut tanganya pelan.

"Eh,iya iya sama sama sayang"
Calvin buru buru menutup mulutnya rapat rapat. Karena ia keceplosan berkata 'sayang' pada Letta. Kalau begitu caranya Letta bisa bisa ilfil dengan Calvin. Kemarin Jonatan yang ketara banget modusnya hanya via dm. Sekarang,malah Calvin. Sepertinya mereka akan bersaing untuk mendapatkan cinta dari Letta.

"Sayang sayang pala lo peyang" Jonatan menggetok kepala Calvin dengan tumpukan beberapa buku ditanganya.

Calvin mengelus kepalanya yang habis dipukul dengan buku oleh Jonatan.

"Santai kali,salah ucap gue" keluh Calvin. Mereka membuat Letta berhasil tersenyum. Letta sedikit terhibur. Karena Letta adalah gadis yang hanya menutupi lukanya dengan senyum dan tawanya.

"Oh ya Al,gue minta id Line lo dong. Biar kita bisa lebih akrab gitu" ucapan Jonatan berhasil membuat Calvin kesal sendiri.

"Gue juga ya Al,biar gue bisa antar jemput lo sekolah" ucapan Calvin tak kalah hebatnya untuk merayu Aletta,tapi Letta tidak tahu jika mereka menyukainya.

"Nggak! Lo nggak boleh minta,gue duluan yang minta. Jadi lo nggak boleh!" sengit Jonatan tak terima.

Sampai diruang kantor. Letta memutuskan untuk masuk dan segera meberikan buku bukunya. Sehingga membuat perdebatan mereka terhenti. 
"Sini bukunya biar aku kumpulin dulu,kalian disini aja"

Jonatan dan Calvin melanjutkan  persainganya lagi.
"Heh,lo itu temen gue masa lo nggak mau ngalah sama gue." Calvin membujuk Jonatan agar Jonatan dapat merelakan Letta untuk dirinya.

"Nggak sudi! Lo yang harusnya mundur.!" Jonatan yakin pada pendirianya jika ia yang akan mendapatkan Letta.

"Nih gue udah mundur" Calvin melangkah mundur. Ya, memang seperti itu Calvin, ia selalu tidak bisa serius. Ia malah melangkahkan kakinya kebelakang satu langkah.

"Nggak gitu bodoh!" Jonatan menempelkan jari telunjuknya tepat dipelipis Calvin. Calvin yang hanya menyengir,tak sengaja melihat Guntur temanya berjalan seorang diri,biasanya kan diikuti sama Damar dan Asta disampingnya.

GUETTADonde viven las historias. Descúbrelo ahora