12. Inikah Rasa ?

24 4 0
                                        

Dengan tidak sabarnya Guntur mengklakson didepan rumah Letta beberapa kali. Sampai-sampai mbok Yanti bergumam "siapa sih dia ?"

Mbok Yanti tak menyangka jika malam malam begini yang datang adalah Guntur,yang diketahui mbok Yanti adalah pacarnya Letta. Tapi realitasnya tidak.

Sepersekian detik gerbang dibuka,Guntur langsung saja masuk dengan masih mengegas motornya dengan ribut. Dilepasnya helm full-face nya dan lagi,Guntur disapa oleh mbok Yanti.

"Silahkan masuk Mas. Mbak Letta nya ada didalem kok." Ujarnya sopan.

"Iya mbok," balas Guntur tenang.

Guntur sudah dipersilahkan mbok Yanti duduk di sofa sambil ia menunggu Letta keluar dari kamar. Guntur tak sengaja memperhatikan wajah Letta yang sedikit lesu dan lebih tepatnya matanya sedikit memerah Dan tembam. Seperti sehabis menangis.

Itu,alasan Letta yang tadi ketika ditelfon Guntur ia sempat melarang Guntur untuk datang kesini,namun bukan Guntur namanya jika ia tidak keras kepala. Letta habis menangis. Memang,cengeng sekali dia. Siapa sih, anak yang tidak menangis jika ia mulai mengingat,meratapi,masalah keluarganya yang hancur saat ia masih duduk dikelas 10,2 tahun silam. Ya,baru saja ia manangisi papanya dan mamanya yang diprediksi Letta tidak akan pernah bersatu kembali.

"Lo nangis ?" Tanya Guntur memecah keheningan.

Letta masih diam tak mau menjawab pertanyaan itu.

'Padahal gue kesini mau minta pendapat dari lo.' Batin Guntur. Dugaannya kesini ternyata salah. Niatnya kesini yang tadinya ingin "curhat" kata anak jaman now,malah ia jadi tak enak sendiri disini melihat Letta yang tengah sedih.

"Nggak usah cengeng deh" gurau Guntur, namun ia memasang wajah sedatar mungkin. Ia berusaha menghibur Letta.

"Aaah gue balik aja kalo gitu" Guntur tetap memaksimalkan ekspresinya seperti biasa. Sambil meregangkan kedua tangannya keatas.

Letta terhenyak,meski sedikit.
"Kenapa kamu kesini ? Ada sesuatu ?" Tarik Letta. Sehingga Guntur tetap berdiam diri di rumah Letta. Selang beberapa detik akhirnya Guntur kembali duduk disamping Letta.

"Heeeeh" Guntur membuang nafasnya lelah.

"Tadinya,gue mau ngomong sesuatu sama lo,tapi nggak jadi." Terang Guntur.

Letta mulai tertarik dengan obrolan sekarang ini,pun ia juga mulai tertarik pada sang pemilik tubuh yang kini tengah berada disampingnya,karena akhir-akhir ini Letta dapat mengenal Guntur lebih dalam lagi dan mulai memahami Guntur.
Letta mulai nyaman ketika berada didekatnya. Awalnya Letta hanya menganggap Guntur sebagai kakaknya,meski Guntur tak menganggap dirinya sebagai adiknya. Namun,kini sudah terasa lain bagi Letta.

"Ngomong aja". Titah Letta sebiasa mungkin.

"Kapan-kapan". Balas Guntur santai 'sekali'.

"Gue tidur disini lagi boleh ? Sorry lancang banget. Tapi ini kepepet. Gue udah nggak punya siapa-siapa lagi sekarang." Terang Guntur sangat jujur dengan wajah sedikit kecewa.

"Boleh kok. Nggak papa."

"Kamu lagi berantem sama orang tua kamu ?" Letta berusaha mengorek kehidupan pribadi Guntur, yang ia kira keluarganya sangat bahagia dan harmonis,tak seperti kehidupan keluarganya. Namun,dugaan Letta salah.

"Tiap hari". Jawab Guntur enteng.

Sedikit terkejut. Letta berusaha sebiasa mungkin. Agar tidak dikira kepo oleh Guntur.

"Kok bisa ?"

"Ya bisalah. Nggak seru dong kalo nggak berantem." Lagi, Guntur mulai berbicara ngaco.

Setidaknya,Guntur sedikit membuat senyum Letta terukir diwajahnya. Dengan senyum yang disuguhkan Letta,Guntur teringat Binar.

"Kamu nggak usah khawatir Bin,gue bakal selalu ada buat lo." Guntur membiarkan Binar mendekapnya erat dengan suara isak tangisnya.

"Aku cinta sama kamu" ujar Binar yang masih memeluk Guntur erat,menyatukan tubuhnya dengan pria yang dicintainya agar ia mendapat kehangatan saat ini.

Guntur semakin mendekap Binar. Ia mencium kening Binar. Pun Binar ia semakin tertarik suasana ini. Pelukan mulai mengendur, tubuh Binar lunglai. Ia pingsan. Dengan rasa cinta,Guntur membawa Binar masuk ke kamarnya,karena kedua orang tuanya yang sedang terjadi perang dunia dan sedang menggeluti aktifitasnya masing-masing Binar terpaksa sendirian di rumah. Di selimutinya Binar di bed covernya. Ketika Guntur hendak pergi,tangan mungil Binar menarik lengan  Guntur,Dan mendudukkan Guntur disebelah tidurnya Binar.

GUETTAWhere stories live. Discover now