Again?

1.1K 78 5
                                    

Aisyah masih berlari keluar kantin. Air matanya sudah mengalir deras dari pipi nya. Tapi dia tidak peduli akan air mata nya.

Dia lebih mementingkan hatinya yang sakit karena ari.

Bagaimana ari bisa seperti itu?

Baru saja kemarin dia berjanji tidak akan melukai aisyah. Mana?

Mata ari sudah tertutupi oleh omongan Stefi.

Karena sudah lelah berlari, aisyah pun berhenti. Dia sekarang berada di taman sekolah. Aisyah duduk dan menangis terisak di sana.

Sepasang mata yang melihatnya mulai menghampiri. Azka, dialah pemilik sepasang mata itu. Azka duduk di samping aisyah. Aisyah masih menangis dan menutup matanya. Dia tidak sadar ada azka di sampingnya.

Tangan azka mulai menepuk nepuk pelan pundak aisyah agar menenangkan aisyah. Aisyah mulai membuka kedua tangan. Terlihat kedua mata aisyah yang berlinang air mata.

"Udah, nangis aja lagi. Gue tau lo butuh itu sekarang." sahut azka tak berhenti menepuk pundak aisyah.
Tangisan aisyah semakin menjadi jadi.

"Hiks.. Hiks.. Hiks.. " isak aisyah tak bisa berhenti.

Azka mengarahkan kepala aisyah ke bahunya untuk bersandar. Aisyah hanya menurut.

"Lo bisa nangis sepuas puas lo di bahu gue."

"Gue.. Hiks.. Hiks.. Sa.. Sakit hati.  Ka.. Hiks hiks.. "

"Udah ya, nangis nya? Ikut gue yuk!" ajak azka.

Awalnya aisyah tidak mau tapi karena azka memaksa nya, dia akhirnya mau ikut.

"Kemana?" tanya aisyah sambil menghapus air matanya.

"Ikut aja." azka menggandeng aisyah menuju rooftop sekolah.

"Kok di sini?" tanya aisyah bingung.

"Gue mau lo.. "

"Jangan bilang lo mau gue loncat dari sini? Lo jahat banget, ka." ucap aisyah.

"Eh, tenang  aja.. Gue nggak nyuruh lo loncat kok. Tapi, kalo lo mau ya nggak papa." sahut azka enteng.

"Ih, ngeselin lo." aisyah memukul lengan azka.

"Heheheh... Bercanda. Gue cuma mau nyuruh lo teriak."

"Buat apa?"

"Biar lo tenang aja."

"Emang bisa? Gimana caranya."

"Gini caranya."

Azka menarik nafas nya dalam dalam dan mulai berteriak keras.

"Aaaaaaaa!!!!!!!!!" teriak azka membuat aisyah menutup telinga.

"Ayo, ikut teriak." ajak azka.

"Aaaaaaaaa!!!!!!!!!" teriak aisyah.

"Gimana? Udah lega?"

"Lumayan, sih. Makasih ya." ucap aisyah tersenyum.

Aisyah merasa sedikit lega karena bantuan dari azka. Azka memang sahabat yang sangat membantu menurut aisyah. Tapi lain menurut azka.

"Syah."

"Hmm.." aisyah masih menikmati angin sejuk diatas rooftop sambil menutup matanya."

"Lo balik ke rumah gue aja, ya?" ajak azka.

"Kenapa?"

"Biar lo nggak dibikin nangis lagi." sahut azka menatap mata aisyah dalam dalam.

"Gue bakal kuat kok, tenang aja. Gue cuma nggak mau mama sama bunda khawatir kalo gue nggak tinggal di rumah ari." jelas aisyah.

Azka tersenyum mendengar kata kata aisyah. Aisyah memang gadis yang mandiri menurut nya.

"Kalo mau nangis, curhat, atau laper ke rumah gue aja, ya." sahut azka yang membuat aisyah heran.

"Kalo laper gue kan bisa makan di sana, ka." ucap aisyah.

"Kan lo orangnya gampang laper. Badan aja bocil tapi, perut gede kayak lapangan." ejek  azka. Dan mendapat tatapan tajam dari aisyah.

"Hehehehhe, bercanda.. Piss" sahut azka menunjukkan dua jari nya.

Tettttt Tettttt Tettttt... ( Suara bel masuk kelas)

"Masuk, yuk." ajak aisyah menggandeng tangan azka.

*****

Tetttt...  Tetttt... Tetttt...

Semua murid berhamburan keluar sekolah untuk pulang. Aisyah sudah membereskan peralatan belajar nya.

Ari masih marah sama aisyah semenjak kejadian tadi di kantin.

"Syah, gue pulang duluan ya. Mau ada acara." sahut azka dan keluar kelas.

"Ri, ayo pulang." ajak aisyah namun tak mendapat jawaban dari ari.

"Kalo gitu gue tunggu di perkiran ya." sahut aisyah tersenyum dan menuju parkiran.

Aisyah menunggu di samping sepeda motor ari. Tak lama kemudian, ari menghampirinya. Tapi dia tidak sendirian. Dia bersama Stefi.

Aisyah sebenarnya sedikit bingung. Kenapa Stefi ikut? Ah, sudahlah. Itu tidak penting, batin nya.

"Ri, ayo gue udah laper." ucap aisyah menarik lengan ari.

"Gue hari ini bareng Stefi, lo naik angkot aja." kata ari datar.

Dada aisyah menjadi sesak mendengar perkataan ari. Aisyah mencoba agar air matanya tidak keluar. Dia hanya menunduk lemas.

"Oh... Gitu, ya. Yaudah gue naik angkot aja." lirih aisyah dan mulai meninggalkan ari dan Stefi.

"Gini amat, nasib gue. Gue kan udah minta maaf." gerutu aisyah sambil berjalan kaki.

Setelah naik angkot, aisyah harus berjalan sedikit jauh karena rumah ari perumahan. Dan letaknya sedikit pojok.

Aisyah tidak terbiasa jalan kaki sejauh itu. Kakinya terasa pegal.

Dan sampailah di rumah ari.

"Gue pulang." kata aisyah.

Aisyah tak ingin lama lama berdiri, kakinya sudah tidak kuat berjalan. Rasanya ingin ambruk. Belum lagi, dia belum makan siang.

"Gue capek, tidur aja deh. Males banget makan." ucap aisyah dan masuk ke kamar nya untuk tidur.

"Syah.. Keluar.. " teriak ari dari luar kamar aisyah.

"Ih, ngapain ari teriak teriak. Ganggu gue tidur." ucap aisyah mulai bangun dan membuka pintu kamar.

"Ada apa?" tanya aisyah lemes.

"Gue laper." ucap ari datar.

"Gue juga, terus lo ngapain?" tanya aisyah.

"Lo masakin gue makanan lah."

"Gue capek, ri. Tadi habis jalan kaki ke rumah lo." jelas aisyah.

"Gue nggak mau tau, cepet bikin gue makanan." paksa ari.

Bisa bisanya ari memaksanya masak.

"Lo nggak kasihan sama gue, ri?"

"Buat apa?" tanya ari datar.



Jangan lupa, follow author ya..😂

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang