Pergimu yang tiba-tiba membuatku berjeda
Bukan, bukan kamu yang mau
Aku yang memaui semuanya
Aku yang mau, kamu pergi dan memberikan oksigen baru akan hidupku.
yang tentu, tanpa dirimu
Maaf, jika pada akhirnya, hari itu aku tak sanggup
untuk sekedar menahan bulir-bulir air mata yang meluncur bebas di pipiku
Kau tahu bukan?
Aku mempersiapkan kepergianmu dengan segala timbang menimbang
Aku persiapkan kehilanganku dengan penuh luka
Apa aku suka?
Ya. Aku suka. Sebab akhirnya, aku menemu udara.
Tak lagi terkungkung atas nama cinta pada dirimu.
Namun,
Apa aku tidak terluka?
Jawabnya sama. Ya. Aku pun terluka.
Kamu membuatku memutar otak,
Meluruhkan segala rasa yang hanya kepadamu
Demi egoisnya kamu dan masa mu
Kamu, bahkan abaikan aku yang sudah sekian lama mendekam di relung hatimu
Kau lupa jika pernah ingin membahagiakanku...
***
Di suatu siang, di atas meja kerja.
YOU ARE READING
Setelah Kepergianmu
PoetryAku mengeja nada-nada yang mungkin masih merangkai jelas akan namamu. Namun, ku pikir itu adalah semu. Semu meramu akan bayang-bayangmu, yang mendadak pergi karena kesiapanku.