Aira Syadza

9.6K 493 2
                                    

Engkaukah Aisya?

"Aku malu ketika mutiara yang jatuh begitu deras membasai wajahku

Aku malu ketika mutiaraku berhambur sia-sia, dan aku malu

Yang pada nyatanya aku menangisi engkau yang pada nyatanya hanya sebatas ilusi semata

-Syauqillah & Syadzaha-

***

Syadza melangkah cepat meninggalkan Nayla yang sibuk menyejajarkan langkah untuk menyusulnya. Angin sore yang lumayan dingin menggoyangkan ujung khimar dan gamis gelapnya sementara senja mulai menampakan dirinya pertanda bahwa akan ada perpisahan kecil yang terjadi setiap harinya. Syadza tetap melangkah sambil menundukan pandangannya, ia seakan tak takut jika dirinya tersandung atau menabrak sesuatu di depannya dan dia tak perdulikan rinai yang mulai turun, seketia ia berhenti menyiritkan alisnya.

Bingung, padahal ia melangkah tidak jauh dari kontrakan Bang Nazar tapi rinai sudah turun padahal beberapa waktu lalu cuaca cerah-cerah saja. Mengapa setelah pertemuannya dengan pria itu cuaca berubah menjadi mendung seolah alam juga ikut merasa miris dengan kisahnya yang kandas bahkan sebelum di mulai kala itu. Merasa hari sudah semakin sore ia melanjutkan langkahnya menuju kontrakan Nayla, sembari menunggu Haikal menjemputnya.

Syauqi panggilannya, panggilan yang sengaja ia khususkan untuk dia. Semenjak ia tau Syauqi adalah rindu, ia selalu memangiil pria itu dengan sebutan Syauqi. Lelaki yang terpuji, pandai, ber akhlak dan selalu merindukan Allah dan Rosulnya.

Syadza menggeleng cepat ketika bayangan pertemuannya menari heboh di pikirannya, ia berusaha terus keras menepis rasa lama yang sedikit demi sedikit kembali hadir.

Aishh! Guman Syadza ketika pikirannya tepat pada pria itu. Tidak, ia sudah maju sangat jauh. Ia tak boleh mundur, sama sekali tidak. Ceritanya juga cintanya. Biarkan itu menjadi masa lalu dan tolak ukur kehidupannya,

Tak perlu lagi kembali pada masa lalu apabila itu merugikan untuk dirinya. Tapi Syauqi? Sama sekali tidak merugikan dirinya justru lelaki itu yang membawanya menikmati indahnya Iman.

Apa yang harus aku lakukan Ya Allah, terimakasih untuk Cintamu padaku hingga engkau kembali pertemukan kami dan menguji iman dan sabar yang ada pada hatiku, tapi sekarang apa yang harus aku lakukan?

Sementara di lain sisi...

Seorang pemuda masih tetap bertahan di tempatnya semenjak kepergian gadis itu, ia menatap langit dan hatinya mengucap do'a

Robbana maa kholaqta haadzaa bathilan, subhanaka faqinaa adza bannar ,

ya tuhan kami, tiadalah engkau menjadikan ini dengan sia-sia. Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka. Doanya dalam hati. Syauqi sangat terkejut pertemuannya dengan gadis itu, seseorang yang bahkan menyebut namanya saja tidak bisa.

Syauqi tersenyum dalam diamnya, senyum yang sangat tipis sampai banyak orang yang tidak tau bahwa ia terseyum, ia tersenyum mengingat keluguan gadis itu ketika dengan polosnya mengatakan yang seharusnya tidak dikatakan.

Jangan pernah menyalahkan takdir Allah Qi, ucapnya dalam batin untuk menyemangati dirinya yang jiga merasa terkejut. Lamunanmya terhenti ketika Syauqi di kagetkan dengan suara klakson sepeda motor yang baru saja terparkir depan kontrakan sederhana itu.

Tin tin!

"Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.. Maasaul' khoyr Syauqi. Ente ngapain di depan?" sapa Nazar sambil berjalan menuju pintu dimana Syauqi berdiri dan melamun seperti tidak ada kerjaan pikirnya.

Syauqillah Syadzahra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang