Karena Takdir Kita Bertemu

8K 442 1
                                    

Karena Takdir Kita Bertemu

Aku tidak pernah merencanakan pertemuan ini

Pertemuan ini, murni karena Allah dan karena takdir yang menyutradarai"

-Syauqillah & Syadzahra-

****

Senja dan hujan sore ini benar-benar terasa berat bagi Syadza, ia akan semakin terhanyut dalam kesedihan jika seperti ini.

Senja dan Hujan,

aisshh! Syadza menggerutu dalam batinnya, bagaimana ia bisa menyembunyikan lukanya yang tak tampak ini jika bertemu dengan Haikal nanti.

Ia lebih baik menghindar dari Haikal dari pada harus bertemu dengan wajah yang penuh cemas dan sendu seperti ini, Syadza tau Haikal pasti akan menyerangnya dengan berbagai pertanyaan yang langsung membuatnya gemas dan mencubit pinggang Haikal karena kesal pada kenyataannya Haikal lebih cerewet dibandingkan Khadijah sang Umi. Syadza meremas ujung Khimarnya gemas kala mengingat wajah Haikal yang begitu menyeramkan jika ia melihat Syadza menangis apalagi karena seseorang yang belum halal untuknya. Membayangkan saja Syadza sudah merinding di buatnya.

Tepat ketika ia memfokuskan pandangannya ke jalanan yang sibuk menjadi pelampiasan kesalnya hujan kali ini, sebuah mobil yang sangat ia kenali berhenti tepat di depannya memberikan lengkungan tipis di bibirnya, ia tersenyum dan melambaikan tangan pada seorang lelaki tua yang membawa payung dan menghampirinya.

"Assalamualaikum Mbak Syadza, wajahnya ceria sekali mbak" ledek Pak Ridwan yang tahu bahwa keponakan majikannya ini sedang tidak baik-baik saja.

"Waalaikummusalam warahmatullah wabarakatuh, Ah Pak Ridwan bisa aja hehe" sahut Syadza dengan riangnya, menyembunyikan luka yang sedari tadi ia kubur dalam.

"Oiya pak, Haikal didalam apa? Tumben sama bapak jemput Syadza pa? Lagi kenapa dia pak? " tanya Syadza panjang lebar sambil melangkah menuju pintu mobil. Sementara Pak Ridwan hanya terkekeh melihat Nonanya ini.

Pak Ridwan bergegas membuka pintu mobil ketika mereka sudah tepat si depan Mobil, sebenarnya Syadza sudah melarang Pak Ridwan membukakan pintu kerap kali ia akan pergi di Supiri Pak Ridwan, tapi beliau tetap kekeuh membuka pintu untuk dirinya. Kata Pak Ridwan ini sudah menjadi kewajibannya dan akan berdoa jika tidak dilaksanakan karena sudah digaji. Pak Ridwan adalah Supir dari keluarga Khadijah, yang hampir menjadi bagian keluarga Az Zahra karena Syadza sudah bersama Pak Ridwan sejak ia ikut Khadijah sedari kecil.

Syadza hendak masuk ia mengucap salam dan ucapnya langsung terhenti ketika melihat bukan Haikal yang duduk di belakang, melainkan lelaki 25 tahun yang selama ini ia rindukan nasehat dan pelukannya, tatapan galaknya dan teguran ketika murojjah.Ia Hafidz Al Khaf putra sulung keluarga Khadijah, seperti Namanya, Hafidz merupakan penghafal Al Quran yang cerdas hingga dengan Izin Allah dan Ridho dari kedua orang tua, Hafidz melanjutkan Kuliah Magister di Cairo tepatnya Universitas Al Azhar dengan prodi Sejarah Kebudayaan Islam.

"Assalamualaikum dek Syadza" sapa Hafidz sembari tersenyum merentangkan kedua tangannya memberi perintah supaya Syadza memeluknya, Syadza yang terkejut hanya menutup mulutnya yang menganga dan menggelengkan kepalanya cepat karena kali kedua ia dipertemukan dengan sosok yang ia rindukan.

"Sya? Mau kapan berdiri dan apa kamu tidak kasian pak Ridwan menunggu sambil memegang payung? Mendekat?" ucap Hafidz sambil mengacungkan tangannya ke udara dan Syadza langsung berhambur ke pelukan Hafidz sambil terseyum.

"Sya kangen bang" Syadza menangis di dekapan Hafidz. Hafidz yang sudah paham karakter dan sikap gadis kecilnya ini hanya mengangguk dan menepuk punggung Syadza memberikan ketenangan. Gadis periang, tegas, keras kepala tapi hatinya selembut sutra, mudah menangis dan memiliki rasa lemah lembut yang cukup baik untuk dijadikan istri idaman.

Syauqillah Syadzahra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang