1

7.3K 147 9
                                    

Aku tidak tahu siapa diriku. Asal-usul, orangtua, bahkan sebelumnya aku melakukan apa saja tak pernah terlintas di otakku. Memoriku seakan di-reset ulang atau di-format jika ini flashdisk. Hanya satu hal yang kutahu. Itu juga dari kalung yang kukenakan.

Namaku Averna.

Pagi tadi tepatnya aku bangun dan mendapati diri di sebuah ruangan serba putih. Dinding kaca berisi obat berjejer di sebelah kananku, sementara di kiri banyak ranjang kosong. Tadinya kupikir ini sebuah rumah sakit. Aku terbangun dan tak ingat apapun seperti sinetron klise di televisi. Jauh sebelum aku sadar, kalau apa yang tengah kualami lebih buruk dari itu.

Suara berisik mulai terdengar. Aku bangkit lalu melihat ke jendela. Ternyata aku berada di ruang yang entah lantai berapa, karena beberapa meter ke bawah ada lapangan olahraga. Beberapa anak didampingi guru mulai bermain softball. Di sisi lain dengan guru pendamping lain juga olahraga, hanya mereka berlari mengelilingi lapangan. Oke, aku dapat satu informasi lagi untuk disimpan di otak kalau ini sekolah. Mungkin sekolahku dan orang-orang di bawah itu teman serta guruku. Mungkin tadi aku sedang bermain softball lalu tertimpuk bola yang tidak soft itu di kepala hingga lupa ingatan begini.

Kepalaku sakit, dan pintu mulai berdecit.

“Selamat pagi, ah kamu udah sadar?” aku menoleh ke belakang dan mendapati dua sosok murid berseragam rapi. Salah satu yang menyapaku, gadis yang sejengkal lebih tinggi—hmm, mungkin lebih—dariku.

Sebelum mereka berbicara lagi, aku duduk di pinggir ranjang. Mereka mengambil posisi masih sama—tak jauh dari depan pintu. Hey, yang cowok tampak sedikit kaku.

“Kami datang dari perwakilan guru dan sekolah untuk menyambut ... ehm, kamu siapa?” ia tampak memiringkan kepala pelan dan bertanya.

Aku sedikit tidak yakin, tapi ... “A-Averna,”

Bayangkan saja. Sekolah dan guru bahkan mengutus mereka berdua untuk menyambutku yang mereka saja tak tahu siapa.

“Baik, Averna. Aku Sisilia Legnard sebagai ketua OSIS wanita dan ini Elbrus William sebagai ketua OSIS lelaki.”

Selanjutnya gadis bernama Sisilia Legnard itu memperkenalkan sejarah sekolah yang sangat membosankan serta tata tertib dan segala macam hal yang tidak ingin kuketahui sekarang. Aku hanya ingin tahu siapa aku, semua tentang diriku. Apa aku punya teman secantik Sisilia Legnard sebelumnya? Dia punya rambut coklat panjang yang bergelombang di bawah. Wajahnya kecil dengan kedua mata yang besar. Aku paling suka dengan bibirnya, merah dan kecil. Dia juga punya ukuran tubuh kurus yang diidamkan setiap wanita. Seragam coklat tua dengan dasi merah maroon itu cocok untuknya. Dia sepertinya orang yang baik dan ramah.

Pandanganku beralih pada sosok cowok yang sedari tadi hanya diam. Aku pasti bisa mengira dia patung porselen kalau tidak bergerak tadi. Apa aku juga punya teman cowok setampan dia? Aku bukan cewek yang menyembunyikan pujian. Dia memang benar-benar tampan. Maksudku, lihat alis tebal itu. Menaungi mata tajam layaknya elang. Garis wajah dan rahang itu juga teraut jelas. Belum lagi rambut hitam yang dibuat ke atas. Andai saja bibir yang juga kemerahan itu bisa tersenyum, mungkin aura charming-nya bisa terlihat jelas. Mungkin dia bisa masuk dalam daftar calon pacarku. Hey aku tak ingat punya pacar di sini, ada masalah?

“Gimana, Averna? Ada pertanyaan?”

Huh? Tadi Sisilia Legnard sampai dimana?

Aku tergagap, tapi tak ada yang bisa membantuku mengeluarkan sepatah katapun. Sisilia Legnard ternyum dan mendekat. Kali ini benar-benar dekat hingga ia bisa menyentuhku, menepuk kedua pundakku yang sedari tadi kaku.

“Kamu mirip seperti salah satu murid yang hilang itu,” ucapnya sambil tersenyum. Ada dua lesung pipit yang membuatnya semakin tampak manis. Tunggu, gadis yang hilang?

Kingdom LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang