“Kali ini kamu mau ikut yang mana?”
“Kayaknya drama seru deh!”
“Semoga kali ini yang datang lebih ramai dari sebelumnya ya ...”
Aku celingak-celinguk mencuri dengar murid-murid asyik berbincang. Sepertinya akan ada acara seru di sekolah ini.
“Kamu belum tahu? Festivalnya dimulai besok, Averna.” Jelas Sisilia Legnard melihatku kebingungan.
Aku hanya mengangguk-angguk saja. Sisilia menarikku untuk mendekat pada majalah dinding. Banyak poster menarik di sana. Tapi yang paling besar adalah tentang festival sekolah. Banyak juga cabang-cabang lomba yang akan diadakan.
“Sekolah juga akan mengundang murid dari sekolah lain dan murid-murid yang akan masuk ke sini. Bisa dibilang juga untuk ajang promosi, memperkenalkan apa-apa saja yang ada pada sekolah ini.” Lagi-lagi Sisilia menjelaskan.
“Kamu pasti bakalan sibuk sekali ya.”
Sisilia menggeleng.
“Tidak. OSIS sudah lepas tangan. Setiap lomba akan diurusi oleh masing-masing penggiatnya. Misalkan lomba lari, makan akan diurus oleh ekskul atlet. Begitu juga yang lain.”
Berguman, aku jadi kepikiran untuk ikut beberapa lomba. “Kamu ikut lomba apa?”
“Aku?” aku mengangguk. “Mungkin aku tidak ikut lomba semacam itu. Seperti tahun lalu saja, jadi pelayan di kafe sekolah.”
“Kafe? Kita bikin kafe juga?” kali ini aku jadi berminat lebih. Kelihatannya keren.
“Ya. Biasanya ruang gimnasium yang diubah jadi kafe untuk pengunjung nanti. Mau ikutan juga?”
Aku menggangguk setuju. Sisilia lalu mengajakku untuk berkumpul dengan anggota kafe lainnya. Katanya ini saatnya untuk membicarakan konsep apa yang akan dipakai saat festival nanti. Di salah satu ruang kelas kosong kami berkumpul. Aku dikenalkan dengan mereka. Ada Clara, Sherna, Oshy, Kenia, Lisa, dan beberapa lagi yang katanya belum bisa datang.
“Gimana kalau gothic! Kan seru tuh. Kita pakai pakaian serba hitam, dengan ruangan yang kita buat seram!” Oshy mulai dengan argumennya.
Kebanyakan bergidik ngeri saat Oshy mulai menampakkan kuku-kukunya yang ia kutek hitam. “Nggak!” ucap kami berbarengan.
“Yang ada pengunjung malah lari!” komentar Lisa.
Clara ikut menambahkan. “Lagian kita mau buat pengunjung nyaman, bukan untuk uji nyali kali!”
Kami kembali berdebat. Mulai lagi dari konsep kerajaan ala Sherna tapi ditolak untuk alasan ribet dan waktunya tinggal sedikit lagi. Lalu juga Kenia mengusulkan konsep olahraga, dimana semuanya pernak-pernik olahraga, pelayan juga memakai seragam olahraga pilihannya. Tadinya kami ingin menyetujui konsep ini karena unik, lagi-lagi ditolak untuk alasan sebagian anak kafe tidak punya seragam olahraga. Termasuk aku. Duh, ketahuan tidak pernah olahraga.
“Bagaimana kalau konsep feminin saja? kita buat semuanya dengan nuansa pink dan warna lembut lainnya. Seragam pelayan, kita pakai baju-baju lucu punya kita. Makananya kue kering dan minuman soda. Cocok sekali untuk musim panas seperti ini.” Saran Sisilia Legnard.
Semua tampak terpukau lalu memuji-muji Sisilia Legnard akan ide briliannya. Aku tersenyum sendiri. Sisilia memang hebat. Dia tahu apa yang diminati para gadis di sini. Kami semua mulai membagi tugas. Sialnya, aku bukan dibagian pelayang seperti Sisilia, Clara, dan Sherna, melainkan di bagian dapur. Makanan kering, kata mereka mungkin aku lebih bisa memilih makanan yang enak dan tepat, juga memasaknya.
“Hari ini selesai juga. Tinggal menunggu hari festival dan kita akan bersenang-senang!” ujar Sisilia Legnard. Ia angkat kedua tangannya ke udara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingdom Legend
FantasyKalau tidak ada lagi yang bisa dipercayai di dunia ini, maka masih ada satu yang harus kau yakini. Dirimu sendiri. Perkenalkan, namaku Alline Hemsworth. Kuharap kau tidak kesal padaku, iri pada Sisilia, ingin menjitak Nicobar, atau jatuh cinta pada...