6

1.8K 92 3
                                    

“Ini saja sudah cukup. Saya tidak akan lagi memberitahu apa pun karena memang tidak tahu apa-apa.”

Aku menggerutu habis-habisan. Setelah kudesak untuk menceritakan tentang Sheila Hemsworth, Pak Bastian Mcquerth tetap menolak. Aku tahu dia bohong ketika bilang tak tahu apa-apa, karena tiap kusebut nama Sheila, mata Pak Bastian berubah sendu. Mata yang sama saat Elbrus William menatapku malam itu di aula. Uhh, aku jadi ingat cowok menyebalkan itu. Pergi, pergi, shuu!

“Pak, sedikit saja tidak bisa ya? Aku benar-benar membutuhkannya saat ini. Aku janji akan melakukan apa pun untuk mendapatkan informasi itu. Janji!” ucapku tanpa memperkirakan resikonya.

Kalau hanya foto dari buku tahunan, Nicobar Windsor juga pasti hafal dengan wajah gadis itu. Aku ingin jadi berguna, sedikit lebih sibuk seperti Sisilia Legnard.          

Pak Bastian Mcquerth tampak menimang. Aku tersenyum puas namun langsung luntur saat ia mengatakan, “Saya tidak butuh apa pun untuk kau lakukan. Kembalilah ke kelas, atau bertemu pacarmu di waktu bebas yang hanya tinggal lima menit lagi.”

Kutatap jam lagi. Benar! Kini jarum hampir menyentuh angka tiga. Sisilia Legnard pasti akan menungguku di aula, waktu bebas.

“Tapi, Pak!”

Aku menyerah saat Pak Bastian mulai mengangkat tangannya. Ia kembali duduk dan terdiam cukup lama di meja kerjanya. Mendesah, kuseret kaki lalu membuka pintu untuk keluar. Mungkin lain kali harus berusaha keras. Lain kali ... kenapa tidak dimulai dari sekarang saja?

Semangat lagi, aku kembali masuk ke perpustakaan. Heran? Sama, Pak Bastian juga setengah melotot menatapku. Aku hanya tersenyum. Kusisingkan lengan baju, memutar pandangan lalu melangkah ke pojok ruangan. Ada sapu dan kain lap di sana.

Kulancarkan strategi dengan mulai membersihkan perpustakaan yang terlihat tua ini. Beberapa sarang laba-laba di sudut tampak mengganggu. Belum lagi debu yang tebalnya kelewatan. Aku juga benci buku-buku yang tak di susun sesuai edisi dan tak sesuai dengan rubrik di lemari. Bagaimana murid tertarik datang kalau tempatnya seperti ini?

Aku terbatuk-batuk saat menyapu bagian paling suram di sini, tiap pojoknya. Pak Bastian sepertinya tak ada niat untuk membantu. Dia kembali geleng-geleng kepala. Mungkin baginya usaha ini sia-sia. Siapa peduli? Aku harus tetap berusaha keras, kan?

Kutatap jam, masih sepuluh menit lewat dari jam tiga. Semoga saja Sisilia Legnard bisa menunggu.

“Pak, kalau saya bisa membuat perpustakaan ini ramai, hadiahnya informasi tentang Sheila ya?” suaraku sedikit ditinggikan.

Kudengar Pak Bastian sempat tertawa pelan. Hanya sebentar. “Kau yang bilang.”

Yuhuuuuu!!!—boleh aku melompat sekarang? rasanya saat ini membersihkan perpustakaan adalah pekerjaan favoritku. Aha, bercanda.

            ***

Sedikit bersiul, aku melangkah ceria melewati koridor untuk masuk ke aula. Jam bebas, aku ingin bertemu dengan Nicobar Windsor untuk menceritakan kejadian ini padanya. Semoga Sisilia Legnard juga tidak marah karena aku terlalu lama.

Yeah, ini dia aula. Selalu ramai—apalagi orang pacaran. Sebenarnya aku juga masih memendam rasa itu, rasa ingin punya pacar yang muncul sejak pertama. Terlalu banyak yang ingin kucapai, kurasa yang itu nanti saja.

Bruukkk! “Ma-maaf!” aku buru-buru menunduk dalam, tanpa berani menatap siapa yang kutabrak tadi. Duh, aku ini benar-benar ceroboh. Belum lagi langkahku genap dua, yang kutabrak itu menghentikan dengan menarik kerah belakangku. “Heyyy!”

“Apa? Harusnya aku yang marah!” Elbrus William memindahkan tangannya ke tanganku, lalu menarik paksa sebelum aku membalas amarahnya.

Aku hanya menubruknya pelan dan responnya sungguh berlebihan. Baru masuk aula, aku diseretnya untuk keluar. Kami berjalan ke arah taman dimana Sisilia Legnard mengajariku manner. Udara di sini sama seperti sebelumnya. Aku suka di sini, hanya saja kali ini harus berdua dengan Elbrus William.

Kingdom LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang