“Tahan bolanya Vincent!” seorang bocah lelaki berlari riang ke arah teman yang dipanggilnya Vincent tadi. Ketika dekat ia pun berhenti. Bingung dengan sikap Vincent yang hanya diam, membiarkan bola temannya menggelinding hingga masuk ke hutan.
Vincent melipat tangan di dadanya, lalu bersandar pada sebuah pohon rindang. “Sebentar lagi ada latihan untuk upacara ulangtahun Kota Alzheim di istana. Aku tidak ingin berkeringat dan bau seperti dirimu, Gilbert.” Ujarnya membuang muka.
“Ehh! Bilang saja kau tidak bisa main bola!” Gilbert meleletkan lidahnya. Ia masuk ke hutan, mengambil bolanya, lalu kembali bermain dengan anak lain.
Vincent mendengus kesal. Apa yang dikatakan Gilbert adalah benar. Ia tidak bisa main bola, juga tidak suka sebab olahraga hanya membuat badan berkeringat dan bau. Sebagai anak tunggal dari keluarga William, ia dilatih untuk sesempurna mungkin. Tidak seperti keluarga Windsor yang mau saja berbaur dengan lumpur atau menjelajah hutan. Vincent mengangguk, ia yakin keputusannya tak pernah salah.
“Vincent,” bocah itu menoleh saat seorang gadis seusianya tiba-tiba ada di samping. “Paman Fred menyuruhku untuk memanggil kalian. Kita harus bersiap latihan untuk ucapara ulangtahun kota.”
Vincent mengangguk. “Kau duluan saja, Ernest. Aku akan pergi nanti bersama Gilbert dan Alline. Mereka itu kalau tidak kutunggu, nanti tidak akan pulang.”
Ernest tersenyum. Temannya satu ini, Vincent, walau pun ia terlihat tak pernah menyukai Gilbert, tapi tetap saja mereka bersahabat dekat. Sayang, Ernest Legnard selalu merasa kalau dia tak pernah mampu berada di antara William dan Windsor itu. Kelihatannya seru sekali rasanya melihat mereka bermain bersama.
Berbeda dengan Alline Hemsworth. Dia gadis yang cuek dan selalu gembira. Tidak peduli banyak orang yang tak menyukai sifat tomboynya. Selalu saja berhasil merebut perhatian Vincent dan Gilbert bersamaan. Lihat saja. Bahkan sekarang gadis itu tengah bermain bola bersama Gilbert. Ernest yakin, sebenarnya Vincent tidak hanya menunggu Gilbert, cowok itu pasti memandangi Alline juga.
Ernest memegang dadanya. Ada rasa cemburu yang asing di sana.
***
Teng! Teng! Teng!
Seruan anak-anak yang baru selesai mengemban pelajaran keluar istirahat dengan semangat. Begitu juga dengan Gilbert dan Alline yang berencana menghabiskan waktu dengan main bola lagi. Belum sempat lari, tangan Alline ditangkap oleh Ernest cepat. Gilbert lari duluan, sementara Vincent tidak keluar kelas seperti biasa.
“Temani aku makan bekal. Kau bawa juga, kan?” pinta Ernest setengah memohon.
Alline tersenyum lebar. Mungkin baru kali ini Ernest mau makan bekal bersamanya. Sekali-kali tidak main bola juga tidak masalah. Gadis kecil itu mengangguk setuju.
Alline dan Ernest duduk di taman sekolah. Memakan bekal mereka sambil bercakap-cakap. Hanya berdua. Ernest tahu ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Alline?”
Alline menghentikan suapannya sambil menoleh. Ia hanya mengguman sebagai respon.
“Menurutmu, Gilbert dan Vincent itu orang yang seperti apa?” Ernest menelan ludahnya. Berharap semoga Alline tidak dengan mudah menebak arti pertanyaan sebenarnya.
“Mereka berdua benar-benar berbeda sih. Gilbert itu cowok nakal, usil, juga tipe penantang. Kalau Vincent, dia lebih diam, pintar, dan suka menunjukkan kelebihannya. Tapi mereka berdua tetap sahabat baik bagi kita.”
Bagimu saja, pikir Ernest. Ia tidak puas dengan jawaban yang diberikan Alline.
“Bagaimana denganku? Apa pendapatmu tentangku?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingdom Legend
FantasyKalau tidak ada lagi yang bisa dipercayai di dunia ini, maka masih ada satu yang harus kau yakini. Dirimu sendiri. Perkenalkan, namaku Alline Hemsworth. Kuharap kau tidak kesal padaku, iri pada Sisilia, ingin menjitak Nicobar, atau jatuh cinta pada...