Thirteen - Welcome Back

18 2 0
                                    

Akhirnya Abby telah sampai di depan rumah yang akan ia tempati beberapa bulan ke depan, mungkin hanya sekitar 6 bulan saja atau bahkan kurang. Ya karena semua tergantung dari suasana hatinya dan suasana hati ayahnya.

Abby turun dari mobil dan menekan bel rumah itu sementara supirnya pergi ke rumah utama Pearce untuk pulang. Tak lama menunggu, seorang perempuan membuka pintu rumah itu dan terkejut melihat Abby.

"Kak Abby!!"

"Hai Thata, kamu udah lebih tinggi ya ternyata."

"Ihh! Ya masa aku pendek terus sih kak," balas Thata kesal mendengar pujian kak Abby.

"Tapi masa kamu udah sekuping aku sih, kan tinggi banget itu."

"Tau tuh, Thata dipaksa minum susu mulu biar ga pendek kayak teh Sasha."

Thata terlihat sebal ketika mengingatnya, setiap hari diledek dan dicecoki susu yang sudah muak ia minum.

"Siapa itu dek?" seru seorang perempuan dari dalam rumah.

"Ada tamu nih teh!" jawab Thata balik membalas dengan seruan.

"Masuk aja yuk, kak. Kebetulan tadi bang Jevin baru pulang, kangen kan kak!" ledek Thata bersemangat.

Abby terkekeh pelan, "Terus apa kabar annoying boy kamu?"

Thata pergi dari ruang tamu seolah tak mendengar perkataan Abby. Abby yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Thata.

Tak lama teh Sasha datang dengan teh di nampan lalu terkejut sebentar ketika melihat Abby.

"Abby?"

"Apa kabar teh?" balas Abby sambil tersenyum.

"Ya ampun! Kirain siapa tamunya, peluk dulu dong. Teteh kangen nih!"

Abby langsung bangun dan memeluk teh Sasha.

"Abby juga kangen banget sama teteh," jawab Abby antusias.

"Lebih kangen sama teteh atau sama Jevin nih?" goda Sasha sambil terkekeh.

"Lebih kangen sama bunda," jawab Abby tanpa berpikir.

"Kasian banget ya si Jevin, punya pacar gini amat. Dianya mah seneng banget kalo nerima telfon atau vidcall dari kamu, eh kamunya malah gak kangen."

Abby hanya bisa tertawa kecil menanggapinya karena kalau ia bilang Jevin dan dirinya tidak ada hubungan selain sahabat baik, mungkin akan ada masalah baru nantinya.

"Jevin mana ya, by? Kamu gak kasih tau dia kalo kamu udah sampe?"

"Belum teh, tadi Abby udah ke sekolahnya Jevin tapi Jevinnya udah buru-buru pergi."

"Jevin bareng cewek lain ya?" tebak Sasha tepat sasaran.

"Teteh tau?"

"Iya, waktu itu teteh pernah disapa tiba-tiba terus dia bilang dia lagi deket sama Jevin. Tapi Jevin gak cerita apa-apa tuh, dia malah ngomongin kamu terus ga ada bosennya."

"Teteh suka banget ya ngegodain Abby, Abby bosen tau dengernya."

Teh Sasha tertawa menggoda Abby, cukup lama hingga sebuah suara menginterupsinya.

"Teh jangan kayak orang gila di depan ta--"

Jevin membulatkan matanya ketika melihat tamu yang ternyata bukan teman kakaknya tapi malah Abby.

"Bi, lo bohongin gua?" sinis Jevin tak suka.

"Aduh, aduh, udah ya by. Kamu sama Jevin aja, teteh masih ada banyak tugas gambar."

Setelah teh Sasha pergi, Jevin ikut pergi ke kamarnya. Abby mengikuti Jevin sambil menahan tawa karena tingkah Jevin yang sangat kekanakan.

"Bukannya mau boong, Jev. Gue cuma nyampe lebih cepet aja, tapi gue takut lo lagi ada kerjaan makanya gak ngabarin lo."

"Lo ketemu cowok lain dulu kan sebelum gua?"

"Kok lo tau? Tau darimana?"

"Bau parfum cowok, berarti lo dipeluk atau deket-deket cowok lain."

"Emang lo enggak? Ngapain bahas itu sih, tadi gue ketemu seorang brengsek yang gak bisa nahan nafsunya di kantor itu aja."

"Siapa dia? Berani banget sih sama lo, kasih tau sini biar gua hajar."

Abby terkekeh, "Enggak bukan gue yang dia nafsuin, remember Alvred?"

"Alvred si b*ngs*t yang suka banget nempel sama lo itu?"

"Bahasa lo astaga, Jev!"

"Sorry, gua cuma lagi banyak pikiran. Gua stress karena gak ada lo disini."

"Terus gue apa dong?" Abby tertawa kecil.

"I'm here now, you'll gotta be alright Jev."

Jevin tersenyum dan mulai memeluk Abby dalam-dalam, meluapkan rasa rindunya selama ini.

***

"Tha, tolong panggilin Jevin sama Abby dong. Kita makan disini, makan malemnya udah siap."

Thata melangkah dengan semangat ke arah kamar Abby terlebih dahulu.

"Kak Abby!!" seru Thata dari depan pintu kamar.

Karena panggilannya tak dijawab, Thata memukul-mukul pintu itu.

"Bangun kak Abby!! Makan malem duluu!"

Akhirnya pintu itu terbuka, tapi bukan Abby yang membukanya dan malah Jevin. Wajah mengantuk dan rambut acak-acakan saja yang terlihat oleh Thata.

"Loh? Bang Jev kok ada di kamar kak Abby?" Thata yang kepo mengintip ke dalam dan melihat Abby sedang tertidur pulas di kasurnya.

"Tadi ketiduran, kamu ngapain sih? Berisik tau."

"Wah! Harus kasih tau bunda nih. Jangan-jangan bang Jev nyari kesempatan dalam kesempitan lagi!"

Begitu mendengarnya, Jevin langsung buru-buru memiting Thata sebelum ia melarikan diri.

"Apa kamu bilang? Mau ngasih tau bunda? Hah?"

"Aaa! Ampun bang, ampun!"

"Mau bilang bunda?"

"Sesek bang, lepas ihhh!"

"Mau dilepas atau mau bilang bunda?"

"Iya deh iya! Thata gak bakal bilang bunda! Sekarang lepasinn!"

Jevin melepas pitingannya dengan senyum tak bersalah.

"Teteh! Bang Jevinnya jahat sama Thata!!!" sorak Thata selagi kabur dari jangkauan Jevin.

Mata Jevin sontak melotot kemudian menghela nafas, "Alamat gak bisa main ToD sampe pagi lagi ini mah."

***

"Yaudah kalo itu mau kalian. Mulai sekarang Abby tidur di kamar Jevin, kasurnya ada dua kan? Walaupun sekamar kalo kalian macem-macem bunda bakal langsung bawa kalian ke KUA, setuju?"

"Jangan lupa, mulai sekarang kalian gak bisa jalin hubungan sama orang lain lagi! Kalian udah mau lulus, oke?"

Yang bener aja!?!

One Room [Onhold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang