Eight - Punishment

44 3 0
                                    

Seperti kemarin, hati ini Abby pergi ke sekolah Thata untuk menyelesaikan dua urusan sekaligus namun kali ini Abby hanya membawa Brine. Brine adalah bodyguard Abby yang mengenal Tana, setelah sedikit bertanya akhirnya Abby tahu bahwa Brine adalah anak salah satu pengusaha yang sedang berusaha bangkit dari ancaman bangkrut.

Untuk memperoleh dukungan finansial dan yang lainnya, Brine dipinta ayahnya untuk menjadi bodyguard keluarga Pearce yang merupakan keluarga paling masyur di London. Karna ketaatan Brine pada orang tuanya ia rela melepas sementara studi dan pekerjaannya di Belanda.

Dan satu lagi informasi penting yang Abby dapat, Tana merupakan anak pengusaha furniture dan designer baru --Arian dan Kianess-- dan tentunya keluarga Brine lebih berkuasa daripada keluarga Tana.

Kali ini Abby membawa limosin --yang disupiri oleh supir pribadi keluarga Pearce-- untuk rapat penting yang harus ia hadiri setelah masalah ini selesai namun kali ini limosin Abby parkir di parkiran petinggi.

Rapat bersama para donatur hari ini dilaksanakan di aula SMP Elang Putih, bukan wajib dihadiri langsung oleh petinggi perusahaan namun karna Abby ingin protes pada sekolah Abby menyempatkan diri untuk datang langsung.

"Bri, saya ke Thata dulu. Kamu laporan ke kepala sekolah aja, nanti saya nyusul." Sebagai penghormatan Brine menundukkan tubuhnya 90 derajat lalu pergi.

Abby melangkahkan kakinya tanpa arah, banyak siswa yang menyapanya karna kemarin ia juga datang kesini. Abby melihat-lihat arsitektur gedung-gedung sekolah ini, sepertinya cukup bagus. Untuk 2 tahun belakangan ini, SMP EP sudah mengalami kemajuan pesat dalam pembangunannya.

"Siang kak," sapa seorang perempuan yang menghampirinya.

"Siang," balas Abby ramah.

"Kak, saya boleh minta tolong? Saya ketua osis SMP Elang Putih, dengan hormat saya dan tim osis mengundang kakak sebagai tamu kehormatan di pensi kami tahun ini."

"Maaf?"

"Karena rata-rata siswa-siswi disini mengidolakan kakak, saya ingin murid-murid bersemangat ikut pensi karna ada kakak sebagai bintang tamu."

Abby tersenyum ringan, jujur ia bingung mau menjawab apa. Sudah sangat lama ia tidak ikut pensi tapi ia tidak boleh seenaknya menerima ajakan seseorang... gimana nih?

"Kak Abby!" panggil Thata yang langsung berlari menghampiri Abby.

"Hai."

"Kak, satu sekolah ribut tuh gara-gara limosin kakak!" adu Thata sebal.

"Kalian saling kenal??"

"Eh kak An, hai."

"Maaf ya An, bukannya gak mau tapi pensi kalian tanggal 20 bulan ini kan? Tanggal 20 aku gak bisa kemana-mana, maaf ya."

Tanggal 20... tanggal terkutuk yang paling seorang Abbriana Elleanor Vincentia kesali, dengan alasan yang sangat jelas.

"Begitu ya kak, kalau begitu terima kasih. Saya pergi dulu," kata An merasa tak enak.

"Sekali lagi maaf ya, An."

"Iya kak gak apa-apa kok." An berbalik menjauh setelah tersenyum tipis.

Abby dan Thata sama-sama terdiam, bukan bingung tapi mereka sama-sama tidak enak hati pada An. Abby pernah jadi ketua osis dan dia tahu bagaimana susahnya, Thata juga tahu rasanya karena ia sering mengamati Abby dulu.

"Sayang tanggalnya tanggal 20," celetuk Abby dengan pandangan kosong.

"Oh iya... tanggal 20 ya. Thata bolos sekolah aja ya kak?"

One Room [Onhold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang