Consolation. Misi yang harus dihadapi Jevin dan Thata kali ini adalah penghiburan untuk seorang Abbriana Elleanor Vincentia yang sedikit --mungkin sangat-- emosional sejak pulang dari sekolah Thata.
"Shut up! Ik heb geen zin om een grapje! (Diam! Aku tidak ingin bercanda!)" bentak Abby yang sedang sudah kesal dengan ocehan Jevin.
"Gua ga bercanda, cuma mau ngehibur lo," balas Jevin santai.
"Ik meen het! Heb nu geen grapjes. (Maksudku itu! Jangan bercanda sekarang.)"
"Lo makin imut pas marah-"
"Kom op, Jev. Ik wil echt niet om nu te exploderen, (Ayolah, Jev. Aku benar-benar tidak ingin meledak sekarang,)" potong Abby tak sabaran.
"Gua juga ga mau lu meledak sekarang, Bibi."
"Dan zwijg, (maka diamlah,)" kata Abby dengan juteknya.
Diluar dugaan, Jevin tersenyum kecil dan mengacak-acak rambut Abby sementara Abby menatapnya garang.
"Kebiasaan kecil. That Dutch language made me miss our childhood," kata Jevin pelan sampai-sampai Abby mengira ia salah mendengar.
"Sorry eerder waar heb je het over? (Maaf tadi apa yang kau bicarakan?)" tanya Abby melembut sedikit.
"Ik heb net mis je."
Abby terdiam, agak perlu sedikit waktu untuk mengetahui Jevin serius atau tidak yang jelas Jevin telah berhasil membuat Abby melupakan amarahnya hanya dengan satu kalimat pendek.
"I hate you," kata Abby melirik sinis pada Jevin, sedangkan yang ditatapnya menampilkan senyuman khas.
"Waktunya makan malam, ayo turun!" Jevin mendahului Abby yang terlihat masih sedikit kesal.
Jevin segera duduk di salah satu kursi tepatnya di sebelah Thata, disusul dengan Abby yang tak lama kemudian ikut duduk di hadapan Jevin. Wajahnya biasa saja, tidak ada kesan kesal di wajahnya. Efek perkataan Jevin berhasil membuat Abby melupakan Tana hingga Thata heran, secepat itukah perubahan mood Abby?
"Kok bisa sih, bang?" bisik Thata pelan-pelan saat Jevin mengedipkan matanya pada Thata.
"Jevin gitu loh, makanya jangan pake otak kalo mau mood Abby balik."
Thata memutar malas bola matanya, semua keluarganya sudah terkena virus alay Devin rupanya. Abby tertawa kecil, "Adeknya raja alay emang alay semua ternyata."
"Bukan alay! Cuman narsis," kata Jevin bergaya narsis dengan tangannya membuat lambang 'nike' di bawah rahang.
"Kalian ini daritadi bukannya makan," kata bunda Isabell berdecak pinggang dengan kamera di tangannya.
"Nungguin bunda," jawab Thata dan Jevin dengan polos menatap ibu mereka, sementara Abby tersenyum manis dan membentuk simbol 'damai' pada jarinya.
Dalam 3 detik Isabell memfoto mereka selagi Jevin dan Thata tidak sadar, Abby --yang sudah memperkirakan kebiasaan bunda Isabell-- hanya tertawa tanpa beban saat tebakannya berhasil.
"Bunda..!" Isabell terkekeh melihat ekspresi anaknya yang lucu. "Coba liatt!" Abby berlari kecil menghampiri Isabell dan kemudian tawa mereka berdua pecah sangat geli.
"Sasha pulang!!"
Sasha sampai di ruang makan kemudian ia melihat Jevin dan Thata menekuk wajahnya sementara Isabell dan Abby masih tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Room [Onhold]
Novela Juvenil[NOT an Adult Story] Abbriana Elleanor Vincetia Pearce adalah seorang perempuan yang tinggal a.k.a menumpang di rumah sahabat masa kecilnya, Jevin. Dengan segala keanehan dan kekompakan keluarga Jevin, bagaimana kisah Abby?