Prolog

103 10 11
                                    

Haiii ini cerita pertama yang aku publish di wattpad, hope you like it♡

Jangan lupakan voment (^v^)

Happy reading~

***

Abbriana Elleanor Vincetia Pearce, itu aku. Seorang perempuan dari keluarga Pearce dan Abbysteer yang bisa dibilang berkelimpahan, anak tunggal plus cucu pewaris tunggal keluarga Pearce yang agak tertutup dan jarang nampak di media massa.

Setelah bertahun-tahun hidup dengan menyembunyikan nama belakangku itu, kemarin aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia yang adalah tempat kelahiranku, tempatku menghabiskan masa kecilku dan masa SMPku yang sedikit menyebalkan eh bukan sedikit sih tapi SANGAT.

Dan di sinilah aku di Bandara Internasional Soekarno-Hatta sambil menyeret koper kecil berwarna biru mencari-cari orang yang menjemputku hingga aku menemukan seorang laki-laki cool memegang selembar kertas bertuliskan 'Bibi Elleanor Vincentia'

Hey! Panggilanku Abby bukan Bibi. Ck! Yang benar saja, Jev. Aku bukan tante-tante yang dipanggil bibi oleh keponakannya.

Aku menghampiri lelaki itu yang menatapku dengan heran seolah berkata 'kenapa kau menghampiriku?'.

"Hai Jevin Hantarian Pierre, long time no see."

"A-Bibi? Is that you??"

"Iya, Jev. Lo lupa sama sahabat lo yang unyu-unyu cantik ini?" tanyaku mengedipkan satu mata dengan genit.

"Dih, kayak si Devin aja lo." Jevin memutar bola matanya dengan malas.

"Intinya lo gak lupa sama gue kan, Jevin?"

"Nyelow Bi, gimana caranya gua lupa sama cewek yang tiap hari ngajakin gua main ToD sampe pagi."

"Yakin gue yang ngajak? Kok gue ingetnya lu yang ngajak ya, Jev."

"Serah lo, bi. Serah."

"Ayo cabut, gue risih ditatap cowok mata keranjang."

"Lo berubah sih bi."

"Berubah? Maksud lo?"

"Jujur ya, lo lebih cantik dari yang kemaren."

"Serius? Gawat dong Jev!"

"Kok gawat sih bi."

"Nanti gue ceritain, ayo cabut buruan!"

"Tetep pemaksa," kata Jevin dengan datar.

"Lo sendiri, tetep menyebalkan," balasku tak terima.

"Itu hobi gua."

"Jev, sumpah deh gue gak nyaman disini. Ayolah anterin gue ke rumah."

"Makanya siapa suruh lo pake crop top gitu, ini Indonesia bukan London kale."

"Jevin!!" Aku gemas pada Jevin dan mencubit perutnya.

"Astaga bi! Ish, sakit tau gak kasar banget sih jadi cewek," gerutu Jevin.

"Jev, ayolahh," mohonku kini menampilkan puppy eyes, huft just like a dog.

"Fine, let's go." Tanpa diduga Jevin melingkarkan tangannya pada lingkar pinggangku.

"Jev, I said I want to go but I didn't say that I want go like this," tolakku risih dengan tangannya.

"But I want, it's very long time after I couldn't hug you everyday," balas Jevin menggoda.

"What a stupid thought!"

Bener-bener alasan bodoh! You can't teasing me anyway, BWAHAHAHAA.

Banyak sorot mata melihat kami di lobby tapi Jevin terlihat biasa saja tidak sepertiku, aku benci jadi pusat perhatian dan ini semua karna Jevin!

Tbc.

~dibutuhkan saran dan masukan~

One Room [Onhold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang