Eleven - ✌ Faces

20 2 0
                                    

"Maaf tuan ini memang rumah yang tuan cari tapi nona muda tidak berada disini."

Ucapan wanita berumur 40an itu jelas membuat Jevin kaget. Apa semua usaha ini sia-sia? Bantuan Chan juga sia-sia?

"D-dia tidak ada disini?" balas Jevin terlalu terpukul bahkan sampai tak kuasa mempertahankan senyum formalnya yang biasa.

"Benar, saat ini nona muda sedang berada di sekolah bersama anak-anak saya."

Hah? Jadi Bibi emang tinggal disini? Cuma lagi sekolah doang gitu? Bilang daritadi kek! Untung gua gak lebay banget tadi, apes banget sih dikibulin segala.

"Jadi Abby bener tinggal disini kan, bu?"

"Tentu saja, tuan. Tuan silahkan masuk dan tunggu nona di dalam," kata wanita itu sopan.

"Ah tidak perlu, saya ingin pergi ke sekolahnya saja. Dimana sekolah itu?"

"Biar ada yang mengantar, sikahkan tunggu sebentar di dalam tuan."

Wanita itu masuk ke dalam rumah, Jevin akhirnya mengikuti untuk melihat keadaan rumah yang ditinggali Abby saat ini. Begitu Jevin duduk, wanita itu pergi ke dalam lagi dan samar-samar memanggil nama seseorang. Tak lama ia kembali dengan seorang lelaki yang kurang lebih seumuran Jevin dan bayi mungil yang tengah menangis lantang.

"Tuan, dia akan mengantar tuan ke sekolah. Maaf saya tidak bisa mengantar, saya harus merawat anak saya."

"Tidak masalah. Terima kasih telah menjaga Abby ya, bu."

Wanita itu tersenyum lembut. Jevin beralih pada lelaki di sebelahnya, lelaki bertubuh tegap dan memiliki wajah yang seperti besar di kota bukan di pelosok Bandung seperti ini.

"Bisa kita pergi sekarang?" tanya Jevin selagi tersenyum formal.

Mereka pergi dengan mobil Jevin, tadinya Jevin mengira berdua di dalam mobil akan terasa awkward tapi terbukti bahwa cowok di sebelah Jevin ini orangnya asik juga. Bukan tipe yang sangat formal walau sebenarnya dia tahu sednag berbicara dengan siapa.

"Jadi, kita belom kenalan kan? Gue Adhi, bisa dibilang gue numpang disana."

"Gua Jevin, lo tau kan?"

"Siapa yang gak kenal lo sih? Kampungan banget."

Jevin membalasnya dengan tersenyum geli, tidak bisa berlebihan karena ia sedang menyetir.

"Jadi lo gak ada hubungan apa-apa sama keluarga itu?"

"Yang jelas gue ada utang karena mereka udah ngijinin gue tinggal disana," jawab Adhi lancar.

"Sejak kapan?"

"Awal SMA mungkin? Gak inget gue, sekitar 1 tahunan sih."

Jevin mengangguk mengerti.

"Lo pasti panik ya nyari tunangan lo."

"Ya jelaslah, gimanapun gua sama dia biasanya masih bisa interaksi. Gua tau dia dimana, gua bisa samperin kalo kangen. Lah ini, boro-boro nyamperin tau aja kagak."

"Kalian udah kenal dari kecil kan? Pantes aja sih."

Jevin tersenyum lalu memasuki kawasan sekolah SMA Negeri 21 yang ternyata lumayan dekat dengan rumah tadi.

"Mereka biasa pulang jam berapa?"

"Ini jamnya mereka pulang kok."

"Lo gak sekolah juga, Dhi?"

"Sebenernya gue lagi bolos, gara-gara lo aja gue jadi ke sekolah juga akhirnya."

"Sorry bro, salahin bokapnya Abby aja bukan gua."

One Room [Onhold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang