Four - New class

53 5 0
                                    

"JEVIN TAS GUE DIMANA!!!"

Teriakan bergema di seluruh penjuru rumah, siapa sangka suara itu ialah milik Abbriana Elleanor Vincentia Pearce pewaris tunggal perusahaan Pearce yang kini berada di posisi ke-10 perusahaan terkaya di dunia? Tentu saja tidak ada yang menyangka.

"ABBY! JEVIN! Cepat turun, jangan bertengkar terus!" seru seorang wanita paruh baya sambil berdecak pinggang, siapa lagi wanita ini jika bukan Rita Isabell a.k.a ibu dari Sasha dan adik-adiknya.

"Jevinnya tuh bun!!" ucap Abby dengan pakaian SMA miliknya sambil menggerutu sebal dengan wajah kusut berjalan melawati Isabell menuju ruang makan.

"JEVIN CEPAT TURUN!" Isabell sepertinya sudah kehabisan kesabaran, pasalnya ini sudah jam 7 lewat 10 menit dan Abby juga Jevin masuk sekolah jam setengah delapan pagi.

Ckckck, capek ya punya anak badung dan jail.

"JEVIN!!" seru Isabell lagi.

"Iya bunda! Sebentar, dasinya belom kepasang."

Akhirnya seorang pemuda yang terbilang tampan turun ke tangga dan menghampiri Isabell.

"Bun, pasangin dasinya dong."

"Pasang aja sendiri, bunda lagi sibuk." Isabell pergi dari hadapan Jevin kembali ke dapur.

"Ih! Bunda mah!!"

Dengan kesal Jevin duduk di antara yang lainnya masih dengan seragam acak-acakan.

"Ya ampun Jev, seragam lo kucel amat hahaha," komentar Sasha sambil tertawa sampai-sampai ia tersedak.

Dengan terburu-buru Thata memberikan sebuah gelas penuh pada Sasha. Jevin tertawa sangat geli ketika melihatnya.

"Hahaha! Sukurin tuh, Teh, makanya ga usah ngeledek."

"Adik durhaka lo, Jev!" maki Sasha.

"Sekolah kamu gimana, Ta?" tanya Abby mengalihkan pembicaraan.

"Biasa aja kak, yang paling aku suka tuh pas kak Abby yang jemput aku di sekolah. Kapan-kapan kak Abby yang jemput ya biar Thata bisa pamer ke temen-temen kalo Thata punya kakak blasteran!" ucap Thata dengan semangat.

"Udah SMP juga masih aja kayak anak SD Ta," ejek Jevin.

"Yeee, bang Jevin iri aja sih. Terserah Thata dong wleee." Thata memeletkan lidahnya pada Jevin, karna tidak terima dengan kelakuan Thata, Jevin mencubit hidung Thata dengan gemas.

"Aww! Ih, abang! Sakit tau." Thata merajuk.

"Abis kamu gemesin sih," balas Jevin dengan senyum jahilnya.

"Iya bang, Thata tau kok kalo Thata itu ngegemesin kayak boneka barbie tapi tolong ya jangan menodai hidung Thata yang mancung kayak perosotan gini!"

Sasha menyerngit polos, "Astaga dek, kamu ketularan Devin ya? Kok jadi alay plus lebay gitu sih."

"Tau ah! Thata sebel sama kalian berdua!!" Thata kembali merajuk.

Abby terkekeh, daridulu ia suka sekali menginap disini untuk melihat pertengakaran lucu keluarga mereka. Tapi hari ini karna ia menerima ajakan bunda Isabell untuk menetap karna rumahnya kosong, jadilah ia mendapati tas barunya raib walaupun ia tahu pasti siapa yang mengambilnya.

"Udah ya, gua mau piket." Jevin bangkit dari kursinya, Abby ikut berdiri saat mendengarnya.

"Teh, Ta, Abby juga berangkat ya. Tolong bilangin bunda."

"Oke."

Abby buru-buru menyusul Jevin, untungnya Jevin masih dapat tersusul.

"Ngapain lo?" tanya Jevin sinis.

One Room [Onhold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang