keluh

314 55 3
                                    

Sudah 2 hari Jieun menjadi pendiam, sejak pertengkaran orang tuanya ditambah masalahnya dengan Woojin belum selesai, sebenarnya Jieun ingin meminta maaf pada Woojin namun ia tidak bertemu dengan Woojin dari kemarin. Teman temannya sudah terbiasa melihat perubahan Jieun, mereka sudah bertanya pada Jieun namun ia tetap saja berkata tidak apa-apa. Teman temannya lebih memilih tidak ikut campur dan menghargai privasi Jieun.

"Ji kalo ada apa-apa cerita aja." Ucap Lala

"Siap bosku." Jawab Jieun mengacungkan jempolnya.
"Gue perpus dulu ya." Lanjut Jieun yang dibalas anggukan oleh Lala. Karena ini sudah jam istirahat, ia lebih memilih untuk ke perpus.
Jika suasana hatinya mulai memburuk ia membutuhkan ketenangan, membutuhkan kesendirian.

Diperpustakan Jieun hanya diam, sesekali memejamkan matanya. Membuka buku yang diambilnya secara acak, mendengarkan lagu menggunakan earphone.

"Hidup dalam kegelapan, warnanya semakin pudar, cerianya semakin menghilang, kesedihannya semakin dalam, air matanya semakin kering, hidupnya semakin bimbang, rapuhnya semakin tajam. Diterkam setiap pilu yang datang, adakah warna ceria yang bersedia menemani?"

Jieun semakin asik dengan dunianya sendiri, sedari tadi hanya musik yang menemaninya. Bahkan bel masuk sedari tadi berbunyi, namun Jieun tidak mendengarnya. Jieun tersadar dari pikirannya dan mulai melihat sekelilingnya, sepi.

"Udah bel kali ya?" Batin Jieun.
"Bolos gak ya?" Lanjut batin Jieun.

Jieun pun melangkah keluar dari perpustakaan, ia berjalan pelan menuju taman belakang. Selain perpustakaan, tempat ini adalah tempat kedua untuk mengasingkan dirinya dari keramaian. Ia mulai menyandarkan tubuhnya pada tempat duduk disana, suasana yang sangat sepi, angin yang meniup setiap helai rambut Jieun, ini sangat membuatnya tenang dan nyaman. Ditengah ketenangan itu, Jieun mulai khawatir karena akhir-akhir ini ia sering bolos jam pelajaran, dengan hati bimbang dan berat, ia harus melangkahkan dirinya menuju kelas jika tidak ingin masuk ruang BK, Jieun tak ingin.

"Assalamualaikum." Ucap Jieun ketika hendak memasuki kelasnya

"Waalaikumsalam, dari mana kamu nak?" Jawab Pak Amir lirih

"Saya dari perpustakaan pak, hehe." Balas Jieun cengengesan.

"Yasudah, duduk saja sana."

Pak Amir ini memang orang yang sabar, saking sabarnya Pak Amir terkadang anak-anak menjahili Pak Amir karena tahu Pak Amir tak akan marah. Yang dilakukan Jieun sepanjang pelajaran Pak Amir adalah diam, pikirannya sudah tidak karuan. Entah pikirannya seakan berjalan tak tahu arah.

"Ji lu dengerin gak sih?" Ucap Lisa yang dari tadi mengamati teman sebangkunya. Namun Jieun tidak menjawab, ia terlalu fokus dengan pikirannya sendiri. Lisa menghela napas sekilas, ia tahu jika teman sebangkunya sedang ada masalah. Lisa terlihat iba dengan Jieun yang akhir akhir ini menjadi pendiam.

"Ngapain lo liat liat gue? Cantik ya Lis?" Ucap Jieun yang sedang bingung karena dari tadi Lisa terus mengamatinya.

"Jangan nggak nggak deh. Lo itu kenapa?" Balas Lisa tidak ingin memperpanjang candaan Jieun.

"Gue? Emang gue kenapa? Lebay lo ah haha." Jawab Jieun menenangkan suasana. Karena Jieun tahu, jika sudah dalam keadaan seperti ini, ia harus mengatur keadaan menjadi tidak tegang, saatnya fake smile.

"Lu dicari Rubin tadi pas istirahat." Kata Lisa.

"Oh iya? Tumben." Jieun mengernyit.

"Gak tau deh, gue bilang lo lagi keluar kelas." Jawab Lisa.

"Yaudah deh." Jieun menutup pembicaraan.

Setelah terlibat percakapan sejenak, keduanya melakukan aktivitasnya kembali seperti semula. Lisa yang mulai memperhatikan penjelasan Pak Amir, Jieun yang mulai dengan pikirannya sendiri.

Heal Me | Park WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang