Komennya boleh ya?
---------------------
Sudah seminggu semenjak kejadian waktu itu, Woojin dan Jieun tidak pernah bertegur sapa lagi. Jangan kan bertegur sapa, Woojin berpapasan dengan Jieun saja sudah melengos. Kentara jika Woojin sedang menghindari Jieun, entah mengapa. Jieun tak ambil pusing soal ini, ia tak ingin bermasalah lagi dengan perasaannya, karena Jieun bukan wanita yang lemah terhadap perasaan yang semu.
Jieun berjalan menuju kelasnya, dari jarak dekat ia bisa mendengar suara gaduh itu, padahal ini masih pagi, buktinya saat ini Jieun tidak telat. Akhir-akhir ini teman kelas Jieun lah yang selalu ada untuk dia, menemani, dan menghibur Jieun layaknya seorang sahabat pada umumnya.
Setidaknya Jieun harus bersyukur, masih ada orang-orang baik disekitarnya, dan masih banyak orang-orang yang menyebarkan energi positif. Bagi Jieun itu sudah cukup membuat hidupnya tenang kembali.
Teman-teman Jieun juga tidak terlalu memaksa ingin mengetahui masalah Jieun, katanya "gak papa Ji, kalau gak mau cerita. Setiap orang punya privasi dengan hidupnya masing-masing kok. Baru deh kalo lo butuh teman curhat, kita bisa jadi pendengar setia lo." ya, beruntung Jieun memiliki teman-teman yang sangat mengerti keadaan Jieun.
Dan bagi Jieun, untuk menceritakan keluh kesah pada temannya juga tidak semudah yang orang lain pikirkan, Jieun hanya tidak terlalu biasa untuk membuka diri sekalipun pada teman terdekatnya. Ia lebih memilih memendamnya, dan menyelesaikannya sendiri.
Langkahnya terhenti tepat didepan pintu kelasnya, ia bisa mendengar jelas suara gaduh tadi, "woi gimana nih ajarin gue goyang 2 jari dong." Lalu Jieun melangkah lagi memasuki kelasnya.
Jieun mengerutkan dahinya, pemandangannya kali ini sungguh luar biasa, karena tidak pernah ia melihat teman-temannya mengerumuni benda didepan mereka. Biasanya tuh, mereka pada sibuk sama handphonenya masing-masing apalagi teman lelaki Jieun pasti sudah berkutat dengan mobile legendsnya.
Tapi pagi ini berbeda, mereka hanya terpaku dengan satu handphone saja. Mata Jieun mengitari sekelilingnya, hanya ada beberapa anak yang tidak ikut berkumpul, memilih dengan bukunya masing-masing. Ya, tipe-tipe anak rajin. Dan mata Jieun tertuju pada Hanbin yang kini sedang memejamkan mata dengan menggunakan earphone di telinga nya, Jieun menggeleng-gelengkan kepalanya. Menurutnya, pagi ini terlalu indah.
Jieun berjalan menuju tempat duduknya, bahkan Lalisa teman sebangkunya saja sudah sedari tadi ikut meramaikan sekumpulan anak tadi. Entah, mereka sedang melakukan apa. Bukannya tidak ingin ikut berkumpul bersama mereka, tapi dengan Jieun memperhatikan mereka tertawa bersama saja sudah membuat hati Jieun senang.
"Eh eh komuknya yang bener dong, biar viral nih, biar kaya anak jaman now. Kita gak boleh kalah. Anak ipa aja buat ginian masa ips nggak?" kata Lala yang diselingi tawa.
Bobby yang sedari tadi terlihat kebingungan berkata, "ayodong ajarin gue goyang 2 jarinya, kaku banget nih."
"Yaelah bob, tinggal goyang gini doang masa gak bisa." balas Lalisa menunjukkan jarinya.
"Diem! ini kapan mulainya? Ntar keburu bel, cepet napa ah! ntar jadinya malah debat capres nih." kata Yedam menengahi.
EH.. EH NTAR DEH ITU SUARA YEDAM? APA-APAAN BAPAK KETUA KITA IKUTAN, BIASA KALEM JUGA NAPA INI IKUT GENG BOBROK ASTAGA. GAK BISA DIBIARIN.
Jieun pun beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Hanbin yang masih memejamkan matanya. Lalu menarik earphone dari telinga Hanbin.
Hanbin pun membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjap berapa kali. Mengumpulkan nyawanya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Park Woojin
FanfictionPark Jieun perempuan yang sangat ceria namun bisa sangat pendiam jika sudah dikaitkan dengan pertengkaran orang tuanya, ia bahkan sudah terbiasa mendengar pertengkaran orang tuanya yang hampir setiap hari. Saat SMA ia pun merasa mempunyai masalah de...