peluru

258 40 0
                                    

Setelah dari UKS, Jieun kini menuju kelasnya. Tak peduli dengan ocehan Woojin yang bertanya 'kenapa?' sepanjang koridor tadi.

Hanbin duduk di bangku Jieun, bertanya mengapa tidak ke kantin. Dan sekarang, Jieun telah diseret ke kantin dengan Hanbin. Memang tadi Jieun berniat ke kantin, tapi ia mencari Woojin terlebih dahulu.

Jieun merasa risih, karena tangannya kini digenggam erat oleh Hanbin, ia jadi tak nyaman dilihat orang-orang. Terlebih, ancaman yang diberikan untuk Jieun beberapa hari yang lalu masih membuat Jieun takut untuk dekat dengan Hanbin atau Bobby.

Jieun hanya bisa menghela napasnya, semoga tidak ada ancaman lagi setelah ini. Jieun hanya ingin hidup tenang, banyak yang masih ingin Jieun selesaikan.

Pertama, masalah keluarganya. Kedua, masalah dengan perasaannya sendiri. Ketiga, masalah dengan ancamannya beberapa hari yang lalu. Walaupun Jieun tahu, mustahil untuk menyelesaikannya dengan seorang diri.

Seandainya bisa, Jieun ingin memberitahukan orang-orang terdekatnya kalau ia sedang butuh bantuan, butuh perhatian, butuh menceritakan semua masalahnya itu. Tapi itu tidak gampang bagi gadis Park ini, entah sampai kapan Jieun akan menutup diri?

Jieun tersadar, saat mendengar pekikan dari seberang koridor. Lagi dan lagi.

Woojin segera menghampiri Jieun dan Hanbin,

"Pinjem temen lo dong," kata Woojin pada Hanbin.

Hanbin hanya diam, menatap Jieun meminta jawaban. Jieun segera menggeleng menandakan tidak ingin diganggu oleh lelaki Park itu. Dan, untungnya Hanbin peka.

"Dia mau makan nih, bentar lagi udah mau bel. Dia belum makan, ntar gue jadi repot ngurusin dia,"

HA? APAAN BIN? NGURUSIN DARI MANA BINNNN

"Bentar doang kok, ntar gue kasih makan deh," sahut Woojin memohon.

Hanbin ngelirik Jieun sekilas, lalu menjawab lagi,

"Ck, lo gimana sih masa cewek di biarin gak makan? ntar dia sakit,"

Jieun hanya diam sedari tadi, tak ingin buka suara. Ia mempercayakan Hanbin dalam hal ini. Hanbin memang bisa diandalkan.

Woojin melengos, menatap Jieun dingin. Lalu berkata,

"Ji, ntar lo gak bisa balik sama gue. Gue bareng Sejeong," kata Woojin tegas.

HAHA.

SADAR LAH JI, LO BUKAN SAPA-SAPANYA WOOJIN, PANTES AJA WOOJIN LEBIH MILIH BALIK SAMA KAK SEJEONG, LO MAH GAK ADA APA-APANYA. HAHAAA

HAAAAA.

Jieun mulai merasakan sakit di dadanya, pandangannya seakan kosong. Ia hanya memainkan kuku-kuku dijarinya, tak menjawab perkataan Woojin.

Tiba-tiba Hanbin menjawab,

"Jieun pulangnya sama gue," kata Hanbin nimbrung, "mana mau dia sama lo?!"

Jieun langsung terperangah dengan perkataan Hanbin, ia menyikut Hanbin pelan agar tak menjadikan ini masalah dan berhenti berdebat,

"Oh, ok." sahut Woojin dingin. Berbalik arah, meninggalkan Jieun dan Hanbin.

Lalu, tangannya kembali ditarik memasuki area kantin yang mulai sepi, karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

"Duduk aja, biar gue yang pesenin," kata Hanbin,

Jieun masih memikirkan kejadian tadi, memikirkan perasaannya yang sudah hancur. Seperti ada tancapan tajam dihatinya saat ini. Jieun membatin,

Cowok yang brengsek, ataupun baik sekalipun juga pasti gak bakal nolak kalo dikasih Kak Sejeong.

Percaya diri Jieun menciut, ia ingin segera mundur dari permainan cinta ini. Sedari awal memang Jieun yang bodoh, mana bisa ia menggapai Woojin?

"Nih, Ji. Makan cepet, ntar keburu bel," kata Hanbin menyodorkan nampan didepan Jieun,

"Lo gak beli?"

"Nggak, gue udah makan tadi,"

"Jadi, gue dibayarin?"

"Iya, hari ini aja ya. Kayanya lagi banyak masalah banget, sampe harus diseret dulu ke kantin, biasanya lo yang ngajak," sahut Hanbin dengan senyum hangat.

Jieun tertegun, Hanbin hanya menebak tapi tebakannya benar. Memang Jieun sedang banyak masalah,

Jieun hanya membalas dengan senyuman, lalu mulai memakan makanannya.

***

Setelah selesai makan, ia beranjak keluar dari kantin dengan Hanbin disebelahnya.

Jieun seakan lupa dengan ancaman nya waktu itu, persetan dengan itu. Kini Jieun tertawa bahagia karena sedari tadi Hanbin mencoba bercanda receh, tetapi gagal.

Hanbin nyeletuk membuat Jieun berhenti tertawa,

"Itu temen lo Ji, yang tadi noh," Hanbin menunjuk Woojin yang sedang berbicara dengan Kak Sejeong.

PERASAAN GUE DARI TADI KETEMU DIA MULU, PADAHAL DULU SEBELUM KENAL, GUE GAK PERNAH DEH KETEMU DIA.

Ini sekolah luas lohh, tapi berasa sempit aja ketemunya Woojin mulu. Apalagi pas sama Kak Sejeong.

Jieun memperhatikan Woojin dengan Kak Sejeong dari kejauhan, hingga Kak Sejeong sadar dan melihat kearah Jieun. Jieun langsung mengalihkan pandangan, karena kini Woojin juga ikut terarah dengan pandangan Kak Sejeong.

Jieun mencoba tenang, walaupun hatinya sudah ketir sedari tadi. Lalu Woojin membawa Sejeong kearah kelas 12, yang harus melewati jalan Jieun dan Hanbin, karena kelas 12 berlawanan arah dengan kelas 11.

Woojin hanya menatap lurus tanpa memperdulikan Jieun didepannya, dan saat itu juga Hanbin menarik Jieun ke sebelah kanan yang sedari tadi ada disebelah kiri.

Entah apa maksud Hanbin, Jieun mengernyit seakan meminta alasan kenapa, namun Hanbin hanya tersenyum hangat, tidak mengeluarkan sepatah kata apapun.

Kini Woojin dan Kak Sejeong mulai dekat kearah Jieun dan Hanbin. Jieun tersenyum pada Kak Sejeong, bagaimana pun dia tetap senior Jieun. Jieun tak melirik Woojin yang berada disebelah Kak Sejeong, begitupun dengan Woojin.

Seakan Woojin tahu kelemahan hati Jieun, seakan Woojin mempunyai banyak peluru yang terus ditembakkan tepat pada hati Jieun, seakan Woojin memang sengaja membuat hari Jieun menjadi kalut.

Jieun menghela napas berat. Ia bingung, mengapa Woojin berbuat seperti itu, dan bertingkah laku seperti orang asing.

Up lagi nihh!❤

Jangan lupa tinggalkan jejak ya❤

Semoga sukaaaa🙏

TBC .

Heal Me | Park WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang