Chapter 2

58 4 1
                                    

"Gue temenin lo sampe rumah! Gak baik perempuan jalan sendiri malam malam gini. Masih mending dikejar setan bisa kabur. Kalo dikejar penjahat hidup lo bisa hancur"

***

Entah untuk yang keberapa kalinya malam ini Tessa mengguling gulingkan badan ditempat tidur miliknya. Dia menatap lekat dua ikat rambut yang memiliki warna sama, Ungu. Bayangan senyum lelaki yang bernama Reza terus saja memutari pikirannya.

Kelas berapa? Kenapa gue baru lihat? Kenapa dia niat banget nolong gue? Kenapa dia ngasih gue kipas? Kenapa dia harus ngikat rambut gue? Kenapa dia punya ikat rambut warna ungu? Kenapa harus warna ungu yang identik dengan Jomblo? dan masih banyak kata kenapa yang sedari tadi keluar dari mulutnya.

"Arghhhtttt... Ini kali ya yang disebut cinta pandangan pertama." Tessa mengerang kesal. Bisa bisanya dia berpikiran alay seperti itu.

"Aishh, masa iyaa?" Gumannya pada diri sendiri sambil menggigiti kain guling yang dipeluknya.

Jika sudah seperti ini Tessa sangat mengutuk dirinya yang tidak pernah punya pacar. Dia tidak bisa membedakan yang mana cinta yang mana rasa kagum. Dia pernah suka terhadap teman sekelasnya waktu SMP itupun karena dia sangat tampan, baik dan rajin. Sedangkan sekarangkan dia tidak tau seperti apa sikap Reza yang sebenarnya. Bisa saja Reza memiliki niat terselubung dibalik sikap baiknya, siapa yang tau kan niatan orang yang sebenarnya.

Tessa bangun dari tidurnya untuk mengambil handpone.
"Nama lengkapnya siapa ya?.... Aishh nama Reza pasti pasaran disosmed." Tessa berbicara pada diri sendiri lalu menggigiti handponenya.

Tessa menoleh saat pintu kamar tiba tiba terbuka, memperlihatkan wajah sebal Adiknya yang menggunakan baju kebesaran berwarna hitam dan celana jeans pendek.

"Wajah lo mirip kentang busuk gitu. Kenapa dah?" Tanya Tessa merubah posisinya menjadi duduk, lalu memasukan dua ikat rambut itu kedalam kotak asesoris.

Rani bersender dipintu dengan tangan yang dilipat didepan dada. "SMA Pancasila ada dizaman mana sih. Gue disuruh bawa tas karung, bikin kalung dari tutup botol, topi kerucut dari karton. Sebenernya sekolah lo ini ajang mencari siswa teladan atau ajang nyari gembel sih? Heran gue, masih ada SMA yang pake adat istiadat mulung sampah kek gitu" Adunya nyolot.

Tessa tergelak mendengar keluhan Adiknya. "Yee koran bekas, kalo lo ogah ngerjain ya jangan bikinlah. Biasanya juga gitu."

"Lahh anjing. Bukannya nasehatin yang bener jadi Kakak." Rani berjalan legeg kedalam kamar Tessa.

Tessa melemparkan guling yang sedari tadi dipeluknya ke arah Rani saat mendengar umpatan dari Adiknya itu. "Adik laknat lo. Gak ada sopan sopannya!"

"Lahh Anak cicak sirik aje! Tadi apaan banget dah so soan bikin drama korea dikantin." Ledek Rani, lalu ikut duduk dihadapan Kakaknya.

"Tapi lucu yeee, Cowok secakep dia mau maunya ngiket rambut nenek lampir!" Lanjutnya membuat Tessa sangat ingin melahap Adiknya hidup hidup.

"Tapi jangan baperan dulu lo Kak, baru kaya gitu langsung jantungan. Bisa aja kan dia cuman mau caper doang sama lo. Lo taukan cowok zaman sekarang kebanyakan yang php, giliran udeh ngarep lebih si goblok malah pergi. Kan anjing." Peringat Adiknya membuat Tessa tersenyum.

"Kaya pernah aja lo diphp in cowok! Eh lupa, lo kan cowoknya"  kekeh Tessa membuat Rani menatapnya tajam.

"Pernahlah, emangnya elo telur asin. Gak laku laku" Tawa menggelegar dari mulut Rani memenuhi kamar Tessa.

TezaWhere stories live. Discover now