Jangan tanya, karena akupun tidak menemukan jawabannya kenapa begitu ingin dekat denganmu. Yang aku tau hanya satu, aku hanya ingin melakukan itu.
***
"Makan yang benar Tessa. Simpan handponenya!" Peringat Papahnya, Deka dengan tegas.
"Hape gak bikin kenyang Tessa. Cepat makan!" Mamahnya, Diana ikut memperingati.
Sedari tadi Tessa terus saja memainkan handponenya. Bahkan saat masak untuk makan malampun dia tidak konsen, bukannya memasukan salam kedalam kuah bumbu daging sapinya, Tessa malah memasukan daun jeruk. Sayang sekali handponenya tidak ikut dia celupkan.
Tessa menyengir sebagai tanggapan kepada orangtuanya lalu menyimpan handponenya disamping piring dan memulai makan malamnya.
"So soan megang hape. Paling chat dari temen, ngebahas lo yang gak laku laku. Kasihan ampas santan." Celetuk Dimas terkikik, dengan nada meledek, lalu melanjutkan acara makannya.
"Jangan salah Bang. Kak Tessa udah punya cowok sekarang. Aneh, Cowok ganteng mau aja sama taplak meja rumahan." Celetuk Rani ikutan meledek yang sedang mengangkat potongan daging sapi dengan garpunya.
"Sirik aja duo jin. Takut kesaingi ya?..."
"...Bawa dong pacar lo Bang! Ngomongnya banyak pacar, tapi satupun gak pernah dikenalin ke Mamah Papah. Yaa Gaja, gede boong!" Lanjutnya diiringi senyum meledek.
Tessa sangat sebal dengan Abangnya yang selalu saja mengejek masa Selfnya. Mengaku banyak pacar, tapi tidak pernah sekalipun membawanya kerumah untuk dia kenalkan ke Mamah Papah, setidaknya Orangtuanya jadi bisa melihat seperti apa selera Abangnya jika dia membawa kekasihnya ke rumah.
Dimas mengidikan bahunya santai. "Kalo gue ngenalin ke Mamah Papah, nanti dikiranya gue serius. Terus dia ngebet mau kawin. Kan masa depan gue terancam."
"Kawin tinggal kawin! Masa depan lo udah keliatan suram. Ngapain masih dipikirin." Tessa meledek dengan kekehan kecilnya.
Papahnya berdehem membuat Tessa dan Dimas menyengir. "Makan, jangan banyak bicara!"
"Kalian ini, selalu aja ribut. Kapan ademnya sih?" Diana menggelengkan kepalanya heran. Karena setiap ketiga anaknya berada disatu ruang yang sama, selalu saja memperdebatkan hal hal yang tidak perlu. Tapi rumah selalu menjadi sepi jika mereka bertiga tidak ada.
"Aelah Mah siram aja pake air Es, pasti adem!" Rani memberikan saran.
"Kamu juga sama aja ribut mulu. Sekolah yang benar, jangan buat onar. Cewek kok kabur, ngajak berantem cowok, ngerjain tugas engga. Kamu ini cewek Rani, malu dong sama dada kamu." Diana menasehati Anak bungsunya, yang memiliki sikap jauh dari kata wajar sebagai seorang wanita.
Tessa dan Dimas terbahak saat mendengar penuturan Mamahnya.
"Rani mana punya dada Mah, Rata gitu." Tessa tertawa meledek Rani, tibalah pembalasan berpihak padanya. Hati Tessa bersorak ria.
"Jalan tol aja kalah ratanya sama dada Rani. Aku aja yang notabenya cowok gak bernafsu liat Rani Mah." Dimas ikut menimpali yang langsung mendapatkan pukulan telak dari Rani dan mendapatkan pelototan dari Deka dan Diana.
"Dimas, siapa yang ngajarin kamu kaya gitu?" Diana menggeram marah saat mendengar penuturan Anak pertamanya itu.
Dimas tersedak oleh daging yang baru saja dilahapnya saat mendengar geraman Mamahnya. "Tadi Mamahkan bicara dada, ya Dimas ngikut aja." Ujarnya tanpa beban setelah acara tersedaknya selesai.

YOU ARE READING
Teza
Ficção AdolescenteIni bukan cerita tentang seorang Player yang mengejar incarannya yang susah untuk ditaklukkan. Bukan pula tentang seorang Lelaki kaya raya yang mencintai wanita biasa saja. Ini hanya cerita tentang Tessa dan Reza. Kedua manusia yang bernafas denga...