Chapter 8

38 4 0
                                    

Jikapun ada alasan untuk menjauh. Maka tinggal adalah alasan yang klasik untuk digunakan agar tetap dekat.

***

"Sayang, pulang sekolah nanti kamu ada acara?" Tanya Fini, Mamahnya Reza yang sedang menyiapkan sarapan pagi.

"Engga. Kenapa emang Mah?" Reza balik bertanya lalu menyendok nasi gorengnya kepiring.

"Anter Mamah ke tempat kursus masak ya!" Pintanya. Fini selalu hadir disetiap pelaksanaan kursus memasak. Disana, kadang Fini memberikan resep baru atau tidak mencoba coba membuat makanan baru dengan teman satu kursusnya.

Reza mengkerutkan keningnya, tiba tiba saja dia teringat Tessa, Tessa juga ikut kursus memasak, tapi bukan hari Jum'at melainkan hari Rabu. Tentu dia mengingatnya saat waktu itu dia mengembalikan pembalut Tessa yang kesatukan dengan pembalut Adiknya. (Chapter 3 kalo ada yang lupa;)).

"Biasanya juga Papah yang nganter!" Reza melirik Papahnya yang sedang memainkan tablet.

Merasa nama dirinya disebut Renaldi mendongkakan kepalanya. "Papah gak bisa pulang dulu kerumah. Ada banyak kerjaan, ada acara metting juga nanti jam satuan sama klien." Ujarnya. Memang sudah menjadi kebiasaan Renaldi selalu pulang terlebih dahulu setiap hari jum'at, untuk mengantar Istrinya kursus memasak.

"Alesannya yang anti mainstream dong Pah! Misalkan, Papah ada banyak hutang, Papah ada metting sama Biyawak, ada acara kencan sama istri simpanan. Jangan ada banyak kerjaan atau metting sama klien, bosen dengernya." Ujar Reza diakhiri dengan cengiran dan tangan membentuk viss, karena Ibunya sudah siap untuk menggetok dirinya menggunakan centong nasi, yang sedang dipakai untuk menambahkan nasi ke piring Papahnya.

"Kamu mau punya Ibu tiri? Kalo Papah sih oke oke aja. Tanya Mamah sama Adik kamu, gak Papa kalo nambah keluarga lagi?" Ujarnya santai lalu menyantap nasi gorengnya.

"Siap siap tidur diluar rumah, bukan diluar kamar lagi!" Ujar Fini mengangkat centong nasinya memperingati.

"Aku bakalan mutilasi Papah kalo bawa Bini baru!" Adiknya, Nadya ikut memperingati dengan mengangkat sendoknya yang sedang dia pakai untuk makan.

Renaldi sedikit tersedak saat mendengarnya, sebelum akhirnya tertawa. "Gak papa. Papah bisa tidur dirumah Bini kedua jadinya!" Ujarnya membuat Fini bersiap mengambil pisau yang akan digunakan untuk mengupas Apel.

"Mampus loh Pah mati!" Pekik Reza kegirangan.

"Mutilasi sekarang Mah!" Nadya turut memberi semangat kepada Ibunya.

Renaldi langsung mengusap kepala Istrinya lembut. "Bercanda sayang. Gak ada Istri yang lain selain kamu. Tapi kalo kamu ngizinin, aku bisa kok cari Istri yang lain selain kamu!" Ujarnya masih bercanda.

Fini menepis tangan Suaminya. "Jangan tidur dirumah, siapin  makanan sendiri. Bikin anak sama kambing, jangan minta sama aku lagi!" Pekik Fini membuang mukanya kesal, membuat gelak tawa memenuhi ruang makan menambah kehangatan yang kian menguat didalam keluarga Reza. Reza sangat menyayangi keluarganya.

***

Reza tampak asik memperhatikan Tessa yang begitu semangatnya memakan bakso. Mereka berdua sedang dikelas Tessa sekarang. Tessa malu jika terus terusan menghampiri Reza ke kelasnya dengan membawa bekal untuk dimakan Reza, terlebih lagi dia seorang perempuan. Meskipun kelas Reza selalu sepi, tapi tetap saja rasanya tidak enak, terlebih lagi rabu kemarin ada yang menyindirnya karena dia tanpa tahu malu terus mendekati Reza yang notabenya memiliki pacar. Dikelas, Reza memang sangat dikenal dengan kesetiaannya terhadap kekasihnya yang jauh disana.

TezaWhere stories live. Discover now