Mengikis jarak yang ada lalu memunculkan kedekatan yang nyata.
***
"Tumben lo bikin yang manis manis?" Tanya Dimas Abangnya, lalu mengambil potongan brownis kukus yang dibuat Adiknya yang sudah tertata rapi di piring saji.
Biasanya Tessa selalu membuat makanan yang pedas atau makanan yang gurih. Dia sangat suka dengan dua rasa itu, sama seperti Ibunya. Mereka selalu kompak mengatakan, bahwa tanpa pedas makanan tidak akan terasa nikmatnya. Rasa pedas merupakan rasa wajib yang harus di rasa lidahnya.
"Liat muka lo asem. Makanya gue punya ide buat bikin yang manis manis!" Ujar Tessa yang sedang menambahkan toping pada brownis kukus yang akan dia bawa untuk kesekolah.
Dimas menjitak kepala Adik terduriannya kesal. "Aseman ketek Ontalah daripada muka gue!"
"Onta jauh lebih terdepan daripada lo."
"Yang jelas lebih gantengan gue daripada Onta." Ujarnya lalu mengambil kembali potongan Brownis kukusnya.
Tessa mengidikan bahunya. "Tapi sayang, lo kalah famous sama Onta. Coba aja lo searching google, gambar Onta bakal langsung muncul. Beda sama nama lo, yang muncul malah gambar Monyet." Kekehnya yang mendapat getokan pelan dari Ibunya yang sedang menuangkan puding kedalam cetakan.
Diana mengambil alih pekerjaan yang dilakukan Tessa tadi, mengkocek kocek adonan Puding dikompor yang menyala. Dia tidak tega melihat anaknya kelimpungan sendiri memasak. Belum lagi Tessa akan berangkat sekolah. Jadi mereka berdua membagi tugas. Diana membuat puding sedangkan Tessa sendiri menghias kue kukusnya. Tessa selalu bersemangat untuk membuatkan makanan, entah itu untuk keluarganya atau teman temannya.
"Monyet monyet. Kamu Adiknya Monyet kalo gitu!" Ujar Diana Mamahnya.
Tessa menyengir. "Iya. Kalo Mamah, Ibunya Monyet!" Ujarnya sambil menghias brownis kukus terakhirnya. Dia berencana akan membawa enam brownis kukus kesekolah. Untuk Mila, Lita, Reza, Zuki, Reyhan dan Adit. Ukuran satu brownis kukusnya tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar cukup pas untuk mereka, tapi pasti akan kurang untuk Reyhan.
"Minta Mamah coret ya nama kamu di KK?" Peringat Diana memasukan pudingnya kedalam kulkas.
"Coret aja Mah. Kalo bisa taro dia didepan panti asuhan!" Timpal Dimas yang masih sibuk memakan potongan brownisnya.
Adiknya memang tidak bisa diremehkan dalam memasak, dia jagonya kecuali untuk memasak Mie rebus dia selalu gagal, kadang mienya belum matang tapi sudah dia angkat atau mienya terlalu matang karena kelamaan diangkat. Saat itu saja dia yang harus memasak mienya untuk membuat nugget. Aneh memang.
Tessa merenggangkan otot tangannya setelah menghias toping brownisnya selesai. Dia lalu mencolek white cream dengan jari telunjuk dan jari tengahnya lumayan banyak.
"Jangan kangen ya kalo aku tinggal dipanti." Ujarnya sebelum mencium pipi Diana lalu mencoret muka Abangnya dari dahi ke hidung, bahkan sampai kena mulut. Secepat kilat Tessa berlalu untuk mandi sebelum Dimas melakukan hal yang sama terhadapnya.
"TESSA GUE UDAH CUCI MUKA! NGAPAIN LO NYORET MUKA GUE ADIK DURIAN!" Teriak Abangnya menggelegar didapur.
Tessa masuk kedalam kamar Rani, Adiknya dengan cekikikan. Dia melihat Rani yang sedang terlelap dengan posisi terlentang khasnya, tidak ada feminim feminimnya. Pikir Tessa.
Tessa mencoretkan white cream yang masih ada dalam kedua jarinya kewajah Rani. Bukan mencoret melainkan mengusapkanya keseluruh wajah. Lalu kabur saat melihat ada pergerakan dari Adiknya dan mata adiknya yang mengerjap hendak bangun.

YOU ARE READING
Teza
Teen FictionIni bukan cerita tentang seorang Player yang mengejar incarannya yang susah untuk ditaklukkan. Bukan pula tentang seorang Lelaki kaya raya yang mencintai wanita biasa saja. Ini hanya cerita tentang Tessa dan Reza. Kedua manusia yang bernafas denga...