Chapter 3

33 3 0
                                    

Selamat Membaca💋

***

"Kak kenapa pembalutnya beli dua? Tumbenan amat lo baik." Tanya Nadya menghempaskan bokongnya dimeja makan, untuk ikut sarapan dengan keluarganya.

Reza yang sedang menyantap roti selai nanas mengkerutkan keningnya, lalu sedetik kemudian matanya membulat. "Mana satu lagi?" Tanyanya cepat. Tentu saja itu pasti pembalut milik Tessa yang kemasukan kedalam kereseknya tadi malam.

"Ada dikamar. Kenapa emang? Lo juga mau pake?" Tanya Nadya asal jeplak.

"Engga lah, lo pikir gue cowok apaan make gituan!"

"Priawa Za!" Timpal Fini yang sedari tadi memperhatikan interaksi kedua anaknya.

"Apaan itu Mah?" Tanya Renaldi mengkerutkan keningnya, sama seperti Anaknya yang lain.

"Pria setengah wanita... Hahaha" tawa menggelegar keluar dari mulut Fini, lalu sedetik kemudian Fini mengatupkan mulutnya saat dipandang malas oleh suami dan kedua Anaknya.

"Hehe.. lucu ya?" Cengir Fini cengengesan.

"Lucu sayang lucu, sampe aku gak bisa ketawa gini!" Jawab Renaldi antusias, lebih kepada meledek.

"Garing!" Nadya menjawab malas.

"Jangkrik!" Ucap Reza menimpali lalu kembali mengunyah rotinya.

"Udah tau gak pantes jadi pelawak. Masih aja maksain. Yang sabar ya sayang! Besok besok latihannya sama Papah aja, jangan sama Nadya lagi." Ucap Renaldi mengusap lembut kepala Istrinya dengan sayang, yang malah membuat Fini beringsut menjauhkan kursinya ke sebelah Nadya.

"Latihan sama kambing guling? Dia mana punya bakat, pake sepatu aja sebelah sebelah gitu." Reza menimpali membuat Nadya berdecak kesal.

"Kalo gak sebelah sebelah, ya gak bakal enak buat dipandanglah bego... Bego kok ditanem sih!" Gelengnya diakhir kalimat.

"Mending gue bego, daripada lo gak punya otak" Ledek Reza membuat Nadya ingin sekali melemparkan selai coklat ke wajah Kakaknya.

"Berisik, Makan yang bener!!! Peralatan kamu mana sayang? Udah bikinkan?" Tanya Fini terhadap Nadya. Karena setau Fini, kemarin sore Nadya mengeluh dengan apa yang diperintahkan oleh panitia osis, karena harus membuat tas dari karung, kalung dari tutup botol dan berakhir topi penyihir dari Karton hitam.

Nadya menghembuskan nafasnya kasar. "Udah, tapi malu Mah bawanya! Kaya gembel aku pake begituan"

Reza terkekeh. "Emang udah gembel, bukan kayanya lagi!"

Adu mulut terus berlanjut sampai mereka sadar bahwa harus berangkat kesekolah. Perdebatan itu selalu hadir disetiap kegiatan makan. Tidak pernah sekalipun meja makan sepi jika mereka berempat hadir, terutama jika ada Reza dan Nadya yang selalu beradu mulut layaknya sedang melakukan diskusi untuk menyuarakan pendapat.

***

"Omay Opahh Cowok yang kemarin ngiket rambut lo ada ngehubungin gak?" Tanya Mila kepada Tessa saat mereka sudah mendudukan bokongnya dikursi kantin setelah membeli makanan yang dipesan.

Tessa mengunyah pelan baksonya. "Semalem gue ketemu dia diAlfa." Ujarnya tersenyum setelah menelan baksonya.

Mila membulatkan matanya. "Seriously? Omay Opah. Gue tau hal ini bakal terjadi....Gimana gimana? Ceritain dong! kenapa lo bisa ketemu sama dia? Gue rasa lo berdua bakal pacaran. Omay opah senengnya, lo bisa ngelepas masa jomblo selama hidup ini." Lanjutnya heboh sendiri.

TezaWhere stories live. Discover now